Anda di halaman 1dari 32

FILSAFAT SOCRATES, PLATO, ARISTOTELES

SOFISME
 Abad ke-5 SM kata Sofis berarti orang-orang yang bijaksana,
“orang yang memiliki keahlian tertentu”.
 Istilah sofis bergeser artinya menjadi “guru bayaran keliling”.
 Istilah sofis kemudian menjadi negatif: “seorang penipu daya
cerdik dengan argumentasi yang menyesatkan”.
 Sofisme bukanlah mazhab yang terorganisir, tetapi lebih
merupakan gerakan intelektual yang sedang “trend” saat itu. Hal
itu disebabkan:
 Keadaan polis Athena yang kian maju dalam bidang politik,

ekonomi, sosial budaya.


SOFISME
 Untuk mengimbangi kemajuan-kemajuan tersebut, para kaum
muda membutuhkan pendidikan yang Iebih tinggi.
 Peraturan-peraturan etis menjadi dipersoalkan: apakah
bersifat kodrati atau adat kebiasaan yang dibuat dan
dijalankan secara ajeg (nomos).
SOCRATES (470 – 399 SM)

 Lahir di Athena.
 Ayah Socrates berprofesi sebagai
pemahat patung dari batu (stone
mason) bernama Sophroniscos. Ibunya
adalah seorang bidan yang bernama
Phainarete.
 Beristri seorang perempuan bernama
Xantippe dan dikaruniai tiga orang
anak yaitu Ramprocles, Sophroniscos
dan Menexene.
SOFIS vs SOCRATES

Persamaan antara Sokrates dengan Kaum Sofis: Perbedaan antar Sokrates dengan Kaum Sofis:
 Mereka memajukan pendidikan dan  Kaum Sofis mengaku sebagai cendekiawan
pengajaran masyarakat khususnya kaum dan bijaksana; sedangkan Sokrates tidak.
muda. Sokrates hanya pecinta kebijaksanaan
 Mereka mengarahkan perhatiannya kepada (philosophos).
masalah diri manusia dan etika.  Kaum Sofis mau mengajar dengan bayaran;
 Keutamaan hidup dicapai melalui belajar, tak Sokrates dengan tulus ikhlas.
hanya latihan.  Bagi Sokrates ada kebenaran umum yang
 Mereka bertitik tolak dari pengalaman dan objektif. Kaum Sofis menganut sikap
kehidupan konkrit. relativisme dan menolak kebenaran umum
itu.
 Bagi Sokrates kebenaran selalu terkait dengan
moral/etik, tak hanya teoritik sebagai bahan
perdebatan seperti Kaum Sofis.
PEMIKIRAN SOCRATES

 Tidak pernah menulis sebaris kalimatpun


dalam sebuah tulisan, melainkan
dilakukannya dengan perbuatan, praktik
dalam kehidupan.
 Metodenya berfilsafat Socrates disebut
metode kebidanan (majeutike).
 Socrates menganalogikan dirinya sebagai
bidan yang membantu kelahiran sebuah
pikiran melalui proses dialektik (dialog/tanya
jawab) yang panjang dan mendalam, sama
seperti seorang bidan yang membantu
kelahiran seorang bayi. Yang dikejarnya dari
proses diskusi tersebut adalah sebuah definisi
absolut tentang satu masalah.
PEMIKIRAN SOCRATES
 Socrates berfikir bahwa tidak semua kebenaran itu bersifat relatif.
Disebut juga cara berfikir induksi, yaitu menyimpulkan pengetahuan
yang sifatnya umum dengan berpangkal dari banyak pengetahuan tentang
hal yang bersifat khusus.

 Pemikiran tentang “keutamaan adalah pengetahuan”.


Semua hal dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada. Baik dan jahat
dalam kehidupan manusia dikaitkan dengan pengetahuan, bukan dengan
kemauan manusia.

 Pemikiran tentang adanya manusia yang abadi atau imortalitas.


Orang yang mati hanya meninggalkan jasad, dan ruhnya akan menuju ke
alam selanjutnya.
PLATO (427 – 347 SM)
 Lahir di Athena.
 Nama asli Plato adalah Aristokles.
 Nama Plato merupakan julukan yang ia terima dari pelatih
senamnya. Kata Plato dalam bahasa Yunani berarti lebarnya,
dan nama Plato ia terima karena dahi dan bahunya yang amat
lebar.
 Plato lahir dari dalam keluarga Aristokrat yang terpandang di
masa itu, yakni keluarga yang turun-temurun memegang
peran politik penting dalam ranah politik Athena.
 Ayah Plato, Ariston merupakan seorang yang dikatakan adalah
keturunan raja Athena, Codrus dan raja Messenia, Melantus. 
 Ibu Plato bernama Perictione yang berasal dari keluarga
terpandang dan terpelajar, kebanyakan keluarganya adalah
penegak hukum dan sastrawan.
 Plato memiliki 3 saudara kandung, yakni 2 orang saudara
lelaki bernama Adeimantus dan Glaucon serta seorang saudari
bernama Potone.
PEMIKIRAN PLATO

 Tahap pemikiran terbagi menjadi 3


periode:
 Sepenuhnya ikut Socrates.
 Mengikuti jalan pikirannya sendiri

(tentang dunia idea dan masalah


negara).
 Terarah ke hal praktis/alami.
PEMIKIRAN PLATO

 Ajaran tentang idea-idea


 Istilah “idea” menurut Plato berbeda dengan “idea/ide” yang dipahami

dalam istilah modern yang secara umum disebut sebagai gagasan yang
diciptakan oleh subyek.
 Idea menurut Plato bukan ciptaan subyek.

Idea terlepas dari subyek yang berpikir.


Idea tidak tergantung pada pemikiran, justru pikiran yang tergantung
pada idea-idea.
 Berpikir berarti mengarahkan aktivitas pikiran kepada idea-idea.

 Permisalan tentang idea: dalam ilmu matematika bisa ditemukan

bermacam-macam jenis segitiga secara “fisik inderawi”, tetapi idea


segitiga tetap (satu bentuk saja).
PEMIKIRAN PLATO
 Dua Dunia
 Dunia benda-benda jasmaniah: bermacam-macam; berubah.

Dunia idea: tetap.


 Hubungan dua dunia:

 Idea tidak terpengaruh dengan jasmaniah, idea-idea justru mendasari dan


menyebabkan benda-benda jasmaniah.
 Idea-idea “hadir” dalam benda-benda jasmaniah konkrit, tapi idea-idea tersebut tidak
berkurang apa-apanya sedikitpun.
 Benda-benda konkrit berpartisipasi pada satu atau lebih idea. Atas partisipasi benda-benda
tersebut, idea juga tidak berkurang apa-apanya.
 Idea adalah “model”. Benda-benda konkrit adalah gambaran tidak sempurna yang
menyerupai “model idea”.
 Jadi dapat disimpulkan bahwa dunia idea adalah dunia tersendiri, yang mandiri, sebagai
“keberadaannya” yang “otonomi”. Bahkan, dunia idea adalah dunia yang sejati.
 Dunia jasmaniah/fisik inderawi hanyalah suatu bayang-bayang dunia idea.
 Dalam dunia idea ada hierarkhi(tingkatan) idea. Idea yang tertinggi adalah “idea yang baik”.
PEMIKIRAN PLATO
 Ajaran tentang Pengenalan
 Ada dua jenis pengenalan: rasio dan inderawi.

 Rasio mengenal dunia idea dengan obyek jelas, tetap, tidak berubah, mutlak, yang disebut dengan

istilah episteme (knowledge).


 Inderawi mengenal dunia benda-benda jasmaniah dengan obyek relatif, berubah-ubah, yang disebut

dengan doxa (opinion).


 Dalam menjawab tentang permasalahan tentang dunia jasmaniah yang dianggap nyata, Plato

menggambarkan bahwa:
 Manusia sebagai tahanan yang dibelenggu dalam gua, menghadap dinding gua.
 Di gua ada nyala api dan ada budak-budak lalu lalang dekat api; tahanan tersebut melihat

bermacam-macam bayangan.
 Bayangan itulah yang dianggap realitas.

 Ketika tahanan dibawa keluar dan gua, mereka merasa telah mengetahui realitas dan ketika mata

mereka menatap matahari matanya silau, padahal itulah realitas yang sejati.
 Matahari adalah dunia idea, sedangkan bayang-bayang para budak adalah benda-benda

jasmaniah yang dianggap realitas yang sesungguhnya.


 ltulah kekeliruan manusia pada umumnya.
PEMIKIRAN PLATO
 Ajaran tentang Manusia (Jiwa dan Raga)
 Plato membagi manusia atas jiwa dan raga (badan) dimana keduanya berdiri “sendiri-sendiri”

dan dianggap sebagai dua substansi yang berbeda.


 Tubuh(badan) dianggap sebagai penjara jiwa.

 Jiwa bersifat baka/kekal, immortal dan sebelum jiwa ke dunia ini, jiwa sudah punya “pra

eksistensi”.
 Pada masa “pra eksistensi” sebenarnya jiwa sudah mengenal idea-idea.
 Pengenalan adalah pengingatan kembali terhadap idea-idea semasa jiwa masih dalam “pra

eksistensi” (sebelum datang “menyusup ke dunia ini”), peran doxa adalah menolong ke
episteme.
 Menurut Plato, Jiwa itu terdiri dari 3 bagian, yang masing-masing menjalankan fungsinya:

1. Rasional-----kebijaksanaan-----kepala
2. Keberanian-----kegagahan-----dada
3. Keinginan-----pengendalian diri-----dada
 Yang bertugas menjamin keseimbangan antara ketiga bagian jiwa adalah keadilan.
PEMIKIRAN PLATO
 Ajaran ini kemudian terkenal sepanjang jaman dan dikenal sebagai “The Cardinal Virtues”
yaitu:
Temperance (kesederhanaan)
Fortitude (ketabahan)
Prodence (kebijaksanaan)
Justice (keadilan)
 Plato menggambarkan bahwa jiwa rasional bagaikan kusir yang mengendalikan 2 ekor kuda
bersayap.
 Jiwa rasional (sais) mengendalikan keberanian yang bertujuan ingin keatas, ke dunia idea,
sekaligus mengendalikan keinginan yang bertujuan ke bawah (ke bumi).
 Tentang Jiwa dunia, Plato menggambarkan jagad raya sebagai makrokosmos dan manusia
sebagai mikrokosmos.
 Jiwa dunia/ jagad raya diciptakan lebih dulu daripada jiwa manusia.
PEMIKIRAN PLATO
 Ajaran tentang Negara
Plato menggaambarkan negara ideal terdiri dan 3 bagian:
 Golongan tertinggi (kepemimpinan) yang memerintah adalah penjaga dan para filsuf yang
bijaksanaan yang mengatur dengan kearifan dan kebijaksanaan.
 Golongan pembantu (para prajurit) yang menjaga keamanan dengan kegagahan dan
keberanian.
 Golongan terendah (petani, tukang batu) yang berproduksi, mencukupi keperluan hidup
(bertugas memikul ekonomi negara).
 Setiap golongan memainkan peranan masing-masing, tanpa campur tangan golongan yang satu
terhadap yang lain. Hal tersebut dapat terwujud jika ada keadilan. Sebagaimana ajaran Plato
tentang jiwa, ketiga golongan akan selaras/harmonis oleh prinsip keadilan.
 Negara idea menurut Plato bukan demokrasi, tapi anistokrasi. (aristo : yang baik, kratein: yang
berkuasa)
ARISTOTELES (384 – 322 SM)

 Lahir di Stageira, Yunani Utara.


 Ayah Aristoteles bernama Nicomachus, seorang
dokter Raja Amynta dari Macedonia.
 Sejak kecil Aristoteles dididik sebagai aristokrat
hingga ia berumur 13 tahun, dan beberapa
tahun kemudian melanjutkan pendidikannya di
Akademia Plato.
 Aristoteles menikah dengan Pythias pada masa
pengembaraannya sepeninggal Plato.
Namun, Pythias tak lama kemudian meninggal. 
 Aristoteles menikah lagi dengan Herpyllis yang
kemudian melahirkan seorang anak laki-laki
yang diberi nama Nicomachus.
PEMIKIRAN ARISTOTELES

 Tahap pemikiran terbagi menjadi 3


periode:
 Di Akademi Plato, Aristoteles

mengikuti ajaran Plato.


 Di Assos, Aristoteles mengkritik

ajaran Plato tentang Idea.


 Di Athena, Aristoteles berbalik dari

spekulatif ke empirik (konkrit,


individual)
PEMIKIRAN ARISTOTELES

 Ajaran tentang Logika


 Nama dan fungsi Logika

Aristoteles menggunakan dua nama, yaitu:


 Analytica, yaitu argumen dengan premis-premis yang jelas-
jelas benar.
 Dialectica, yaitu argumen dengan hipotesis.
Aristoteles membagi ilmu menjadi:

 Ilmu praktis yang terdiri dari etika dan politika.


 Ilmu produktif yang terdiri dari teknik, kesenian, dan kedokteran.

 Ilmu teoritis yang tediri dan fisika, matematika, dan filsafat.

 Logika “bukan ilmu” melainkan alat/piranti/organon bagi ilmu-ilmu.


 Aristoteles diberi gelar Bapak Logika, meski filsuf sebelumnya sudah

“bermain logika” (secara implisit), tapi baru Aristoteles yang memberikan


PEMIKIRAN ARISTOTELES

 lnduksi dan Deduksi


 lnduksi adalah jalan pikiran yang dimulai dan kasus-kasus khusus untuk

kemudian menarik kesimpulan untuk yang bersifat umum.


 Deduksi adalah jalan pikiran yang dimulai dan hal-hal yang bersifat

umum dan jelas-jelas benar untuk kemudian menarik kesimpulan yang


bersifat khusus.
 Silogisme adalah argumentasi yang terdiri dari tiga putusan.
 Semua kepala negara pasti akan mati (premis mayor)

 Obama adalah kepala negara (premis minor)

 Obama pasti akan mati (konklusi)


PEMIKIRAN ARISTOTELES

 Pengenalan Rasional
 Meski semua makluk hayati mempunyai jiwa, tapi hanya mahluk manusia

sajalah yang memiliki rasio.


 Rasio tidak hanya menangkap satu aspek sebagaimana indera, melainkan

menangkap segala sesuatu yang ada.


 Yang ditangkap rasio adalah esensi (hakikat) suatu benda.
 Rasio dibagi menjadi 2 yakni:
a. rasio pasif (intelectus possibilis), bagian rasio ini “menenima esensi”
b. rasio aktif (intelectus agens), bagian rasio ini “melepaskan esensi”
 Cara rasio menangkap esensi dengan abstraksi.
PEMIKIRAN ARISTOTELES

 Metafisika
Aristoteles menggunakan beberapa nama untuk mengistilahkan
metafisika:
a) metafisika: sophia (kebijaksanaan)
kebijaksanaan: ilmu pengetahuan mencari prinsip-prinsip yang
fundamental.
b) metafisika : to on hei on
ilmu pengetahuan yang mempelajari “yang ada” sejauh “ada” yakni
menyelidiki kenyataan seluruhnya, menurut aspek seumum-umumnya.
c) metafisika: filsafat pertama
ilmu pengetahuan yang menyelidiki substansi yang tetap, tak berubah.
PEMIKIRAN ARISTOTELES
 Metafisika
 Dunia idea yang “diciptakan” Plato itu tidak bisa diterima.
 Bagi Aristoteles, kenyataan/realitas benda-benda adalah “dirinya sendiri”.
 Dunia ide yang dimaksud Plato tidak lain adalah bentuk-bentuk yang tidak
“mengasingkan” diri di dunia lain (idea-idea), melainkan lekat pada setiap benda secara
individual.
 Menurut Aristoteles setiap benda memang punya esensi tapi bukan “terpisah” dan “ada”
di dunia lain (dunia ide).
 Esensi tiap-tiap benda adalah pada benda itu sendiri.
 Rasio mampu menangkap esensi ini dengan jalan abstraksi (“melepaskan”).
 Penampilan benda-benda yang tertangkap indera tidak menunjukkan “inti”, “hakikat”,
“substansinya”, melainkan hanya aksidensianya.
PEMIKIRAN ARISTOTELES
 Untuk sampai pada esensi, harus “melepaskan” aksiden-aksidennya. Inilah yang disebut
jalan abstraksi.
 Aristoteles mengajarkan 10 kategori:
substansi, kuantitas, kualitas, relasi, ruang, waktu, aksi, pasi, posisi, keadaan
d) Teologia
 “Gerak” yang terjadi dalam jagad raya disebabkan oleh “penggerak pertama”.

 Penggerak ini terlepas dari sifat materi, karena sifat “materi” mempunyai potensi
untuk bergerak.
 Penggerak pertama adalah “aktus murni” yang immaterial, non jasmani.
 Aktivitas “aktus murni” adalah “memikir”.
 Obyek pemikirannya adalah yang paling tinggi dan paling sempurna, tidak lain
adalah “pemikirannya sendiri”.
 Tuhan adalah “pemikir yang memikirkan pikirannya sendiri”.
PEMIKIRAN ARISTOTELES

 Etika
 Tujuan tertinggi hidup manusia adalah eudamonia (kebahagiaan).

 Eudaimonia bukanlah bersifat subyektif, melainkan suatu keadaan

manusia sebegitu rupa sehingga segala sesuatu yang termasuk keadaan


bahagia harus terdapat pada manusia.
 Aktivitas yang layak bagi manusia adalah mengikuti physisnya,

kodratnya; yang menunjukkan perbedaan sekaligus keunggulannya dan


mahluk-mahluk lain adalah rasionya.
 Kebahagiaan tertinggi adalah dalam aktivitas rasio, akan tetapi berfikir

bukanlah asal berfikir, melainkan berfikir yang disertai keutamaan.


PEMIKIRAN ARISTOTELES

 Keutamaan dibagi menjadi 2, yaitu:


 Keutamaan moral (putusan, tindakan) senantiasa mengambil jalan
tengah diantara 2 yang ekstrim.
 Keutamaan intelektual, dimana pada bagian ini dibagi menjadi 2:

 kebijaksanaan teoritis (senantiasa mengenal kebenaran secara ajeg).

 kebijaksanaan praktis (mengambil sikap dengan arif-bijaksaana).


PEMIKIRAN ARISTOTELES

 Psikologi
Menyelidiki segolongan mahluk yang memliki psykhe (tumbuh-
tumbuhan, hewan, manusia) .
 Tentang Jiwa

 Mula-mula Aristoteles mengikuti Plato, jiwa memiliki “pra eksistensi”

dan keabadian.
Jiwa dan badan adalah 2 substansi yang terpisah (dalam eudemos).
 Dikemudian hari, dalam de anima, ia berpendirian lain sama sekali.

“Jiwa” aktus yang pertama dari suatu badan organik. Disebut “aktus
pertama” karena ia merupakan aktus yang fundamental, yang
menjadi “sumber/penyebab” yang utama dan aktus-aktus sekunder.
PEMIKIRAN ARISTOTELES
 Pengenalan Inderawi
 Indera menenima/menyerap bentuk (tanpa materi) benda-benda.
 Indera ”menerima” bentuk-bentuk itu dalam salah satu aspek saja sesual dengan
kemampuannya, misalnya mata melihat, telinga mendengar.
 Organ-organ indera yang menangkap bentuk-bentuk/ kualitas benda yang dicerap,
tidak mempunyai kualitas secara aktual pada dirinya sendiri. Namun, organ-organ
indera mempunyai potensi akan kualitas-kualitas tadi. Maka pengenalan inderawi
adalah peralihan dari potensi aktus.
 Organ-organ indera yang secara potensial mempunyai kualitas, menjadi
memiliki/mengenal kualitas secara aktual lewat cerapannya terhadap benda-benda.
Dengan kata lain pengenalan inderawi adalah proses peralihan dan potensi ke aktus.
PEMIKIRAN ARISTOTELES
 Physis
 Semua benda alamiah (tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia dan keempat anasir,
yaitu air, tanah, udara, api) mempunyai physisinya, bertumbuh-berkembang,
mempertahankan diri. Dalam konteks ini, istilah physis berarti semacam kodrat.
 lstilah physis menunjuk arti yang luas yaitu keseluruhan mahluk yang mempunyai
physis sebagai prinsip intern dan bekerja sama secara selaras.
 lstilah physis kadang-kadang juga berarti, “alam” atau “nature”.
 Teologi
 Tiap-tiap mahluk, karena mereka mempunyai sifat physis bukanlah suatu kebutulan
yang membuta, melainkan mempunyai tujuan (teleologi).
 Aristoteles mengkritik filsuf-filsuf atomis yang menganggap atom bergerak “membuta”
ke segala arah tanpa tujuan.
 Bagi Aristoteles mustahil segala sesuatu berlangsung tanpa tujuan.
 Setiap hal benda/peristiwa pasti mempunyai penyebab timbulnya final atau tujuan.
PEMIKIRAN ARISTOTELES
 Kosmologi
 Dua wilayah jagad raya yang pertama yaitu bulan, planet-planet, bintang-bintang, anasir tunggai
(aether) dan bumi yang dibagi menjadi 2 yaitu badan tunggal (terdiri dan satu anasir) dan badan
majemuk (lebih dan satu anasir).
 Jagad raya bersifat azali dan abadi.
 Jagad raya berbentuk bundar dan ada batasnya.
 Bumi juga bundar dan tetap “diam” dalam pusat jagad raya (geosentris).
 Setiap yang bergerak, menerima gerak dari sesuatu yang lain. Menggerakkan dan digerakkan ini
terjadi secara berantai dan terus menerus.
 Akan tetapi mustahil bahwa “gerak menggerakkan ini” tak terhingga.
 Maka pasti ada “penggerak pertama” suatu penggerak yang tidak digerakkan (unmoved mover).
 Karena jagad raya bersifat azali — abadi, maka harus dikatakan bahwa “penggerak pertama”
juga azali-abadi.
 Penggerak pertama tidak bersifat jasmaniah. inilah yang dimaksud dengan Tuhan.
PEMIKIRAN ARISTOTELES

 Fisika
 Kajian Fisika
 Gerak dibagi menjadi 2 yaitu gerak yang dipaksa dan gerak spontan/

aiamiah.
 Dalam gerak spontan/alamiah dibagi menjadi 2, yaitu:

 Gerak substansial: sesuatu menjadi sesuatu yang lain.

 Gerak aksidental: sesuatu menjadi lain.

 Kajian fisika Aristoteles adalah gerak spontan/alamiah, harus

difahami, bahwa yang dimaksud “gerak” bukan sekedar “pergeseran”,


akan tetapi segala macam perubahan.
PEMIKIRAN ARISTOTELES

 Politik
 Manusia itu “zoon politikon” (mahluk yang hidup dalam polis yang
menurut kodratnya membutuhkan orang lain bagi hidupnya).
 Kenyataan menunjukkan, bahwa manusia membutuhkan sesamanya, dan
dimulai dari persekutuan hidup terkecil (rumah tangga/keluarga) sampai
persekutuan tertinggi (polis/negara).
 Keadaan saling membutuhkan dan saling mencukupi itulah yang mampu
membuat polis “mandiri”.
 Polis/negara adalah agar manusia hidup dengan baik.
PEMIKIRAN ARISTOTELES
 Tentang Pemerintahan/Pengeloloaan Negara
 Pengelolaan/pemerintahan yang baik adalah yang berkiblat pada pemenuhan
kebutuhan/kepentingan warganya, sedangkan yang buruk adalah yang berkiblat pada
pemenuhan kepentingan pengelola/penguasa.
 Berdasarkan jumlah personel penguasa dan sifat-sifatnya Aristoteles membagi tiga-tiga.
Yang buruk Jumlah penguasa Yang baik
Tirani Satu orang Monarkhi
Oligarkhi Beberapa orang Aristokrasi
Demokrasi Banyak orang Politeia

 Diantara yang baik, Aristoteles mengatakan yang ideal adalah polititeia yaitu demokrasi
demokrat, demokrasi dengan undang-undang dengan cara memilih wakil-wakil yang
dianggap cakap untuk memerintah atau mengelola negara, yakni mereka yang mengerti
“yang baik” bagi warga negaranya.

Anda mungkin juga menyukai