Anda di halaman 1dari 20

1

IMPLEMENTASI PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN LALU LINTAS TERHADAP
KENYATAAN YANG BERLAKU DIDALAM
MASYARAKAT

Dosen Pengampu : Windarto, S.Kom.M.S.I


Anggota Kelompok
Wahyu Noviacahyani.S (B10018187)
Rini Angraini Batubara (B1001223)
Elfi Nola Tumangger (B10018214)
Rindi Hariani (B10018175)
Dina Aprista (B10018199)
Hafiza Yetti (B10018188)
Meisri Rijki (B10018195)
Fua’di (B10018173)
Pengimplementasian dari Peraturan perundang-undangan
lalu lintas terhadap kenyataan yang berlaku didalam
masyarakat

Implementasi merupakan salah satu tahap dari keseluruhan proses kebijakan publik, mulai
dari perencanaan sampai dengan evaluasi, dan implementasi dimaksudkan untuk
mencapai tujuan kebijaksanaan yang membawa konsekuensi langsung pada masyarakat
yang terkena kebijaksanaan. Tujuan implementasi kebijaksanaan adalah untuk
menetapkan agar tujuan-tujuan kebijaksanaan pemerintah dapat direalisir

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
merupakan kelanjutan dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992, terlihat bahwa
kelanjutannya adalah merupakan pengembangan yang signifikan dilihat dari jumlah
clausul yang diaturnya, yakni 16 bab dan 74 pasal, menjadi 22 bab dan 326 pasal.
4

Jika kita melihat UU sebelumnya yakni UU Nomor 14 Tahun 1992 menyebutkan Untuk mencapai
tujuan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, transportasi memiliki posisi yang
penting dan strategis dalam pembangunan bangsa yang berwawasan lingkungan dan hal ini harus
tercermin pada kebutuhan mobilitas seluruh sektor dan wilayah. Transportasi merupakan sarana
yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh
persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara.

Berbeda dengan undang-undang Nomor 22 Tahun 2009, UU ini melihat bahwa


lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung
pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan
kesejahteraan umum.
Tujuan dari undang-undang Nomor 22 Tahun 2009
5
 Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu Undang-Undang ini berlaku untuk membina dan
dengan moda angkutan lain untuk mendorong menyelenggarakan Lalu Lintas dan Angkutan
perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan Jalan yang aman, selamat, tertib, dan lancar
umum, memperkukuh persatuan melalui:
dan kesatuan bangsa, serta mampu
menjunjung tinggi martabat bangsa;
 Terwujudnya etika berlalu lintas dan  Kegiatan gerak pindah Kendaraan, orang,
budaya bangsa; dan dan/atau barang di Jalan;
 Terwujudnya penegakan hukum dan  Kegiatan yang menggunakan sarana,
kepastian hukum bagi masyarakat. prasarana, dan fasilitas pendukung Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan; dan
 Kegiatan yang berkaitan dengan registrasi
dan identifikasi Kendaraan Bermotor dan
Pengemudi, pendidikan berlalu lintas,
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta
penegakan hukum Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
PP Kelanjutan dari UU No 22 Tahun 2009 berperan membina dan menyelenggarakan lalu lintas dan
angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, dan lancar melalui kegiatan gerak pindah kendaraan,
orang, dan/atau barang di Jalan; yang menggunakan sarana, prasarana, fasilitas pendukung; kegiatan
berkaitan registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, pendidikan berlalu
lintas, manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta penegakan hukum. PP No 74 Tahun 2014;
perpindahan orang dan/atau barang menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

Secara substansi, UU Nomor 22 Tahun 2009 masih dapat diperdebatkan. Mulai dari banyaknya
amanat untuk membuat aturan pelaksana dan teknis; nilai keefektifan dari penegakan hukum berupa
sanksi administrasi, perdata hingga pada pidana; pengaturan mengenai hak dan kewajiban dari
penyelenggara negara dan masyarakat, dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan ini adalah untuk
lebih mendalami apakah peraturan ini dapat dilaksanakan, kedayagunaan dan kehasilgunaan. Selain
itu, apakah norma peraturan tersebut memang lahir dari masyarakat, hal ini guna menjawab
kebutuhan siapa yang memang harus dipenuhi.
Secara struktur, UU Nomor 22 Tahun 2009 telah menjelaskan mengenai pihak yang terkait. Jika
kita cermati maka kita dapat melihatnya sebagai berikut

Pembinaan menjadi Urusan di bidang sarana dan Urusan di bidang Jalan, oleh
tanggung jawab negara. Prasarana Lalu Lintas dan kementerian negara yang
Pembinaan mencakup Angkutan Jalan, oleh kementerian bertanggung jawab di bidang
perencanaan, pengaturan, negara yang bertanggung jawab di Jalan
pengendalian, dan bidang sarana dan Prasarana Lalu
pengawasan Lintas dan Angkutan Jalan
Urusan di bidang
pengembangan teknologi Lalu
Urusan pemerintahan di bidang Urusan di bidang pengembangan Lintas dan Angkutan Jalan, oleh
Registrasi dan Identifikasi industri Lalu Lintas dan kementerian negara yang
Kendaraan Bermotor dan Angkutan Jalan, oleh bertanggung jawab di bidang
Pengemudi, Penegakan Hukum, kementerian negara yang pengembangan teknologi serta
Operasional Manajemen dan bertanggung jawab dibidang Mengkoordinasi
Rekayasa Lalu Lintas, serta industri penyelenggaraan lalu lintas dan
pendidikan berlalu lintas, oleh angkutan jalan dilakukan oleh
Kepolisian Negara Republik forum Lalu Lintas dan
Indonesia. Angkutan Jalan
7
Pengimplementasian UU Nomor 22 Tahun 2009

Pasal 106 ayat (9)

Pasal 107 ayat (1) Pasal 106 ayat (8)

Pasal 106 ayat (4)


Pasal 106 ayat (5)
huruf A

8
Pengimplementasian UU Nomor 22 Tahun 2009

Pasal 106 ayat (3)

Pasal 107 ayat (4) Pasal 106 ayat (4)


Huruf G Huruf C

Pasal 106 ayat (4)


Pasal 106 ayat (1)
Huruf A

9
Pengimplementasian UU Nomor 22
Tahun 2009 (Pemidanaan)
Pasal 292 1
Tentang pengemudi dilarang untuk
berboncengan lebih dari dua orang
2 Pasal 291 ayat 1

Tentang kewajiban pengendara untuk penggunaan


helm berstandar Nasional Indonesia (SNI).
Pasal 107 3
Tentang pengemudi kendaraan
bermotor wajib menyalakan lampu Pasal 281 dan Pasal 288 ayat 2 jo
utama. 4 pasal 106
Tentang tidak memiliki SIM dan
lupa membawa SIM tapi
287 ayat (1) 5 sebenarnya punya
Pelanggaran terhadap rambu-rambu
lalu lintas 10
Pengimplementasian UU Nomor 22 Tahun 2009
(Pemidanaan)
Pasal 285 ayat (1) 1
Tentang pengaturan penggunaan
kaca spion
2 Pasal 287 ayat 2

Tentang penerobosan lampu


merah
Pasal 287 ayat 5 3
Tentang pengaturan batas kecepatan
berkendara
4 Pasal 287 ayat 1
Tentang pengaturan kendaraan yang
melawan arah
Pasal 283 5
Tentang pengaturan larangan melakukan kegiatan
lain yang mengakibatkan gangguan konsentrasi si
11
pengemudi
Contoh-contoh
pelanggaran yang sering
terjadi
Kesimpulan :

Dari beberapa contoh diatas , bahwa penerapan ( implementasi ) uu no 22 tahun 2009 masih
belum dapat dijalan dengan baik , yaitu peraturan hukum ( das sollen) dengan suatu petistiwa
konkret yang terjadi masyarakat ( das sein ) tidak dapat berjalan dengan baik “ HARAPAN
TIDAK SESUAI DENGAN KENYATAAN” , dan dalam segi perspektif antropologi hukum
yaitu “ menempatkan hukum pada tempatnya atau suatu peraturan hukum harus sesuai dengan
pelaksaannya yang terjadi di masyarakat “ juga belum dapat diimplementasikan dengan baik .
Oleh sebab itu, pemerintah harus lebih mengutamakan program kegiatan Penegakkan Hukum
bukan berorientasi mencari kesalahan dari pengguna jalan tetapi lebih berorientasi pada
perlindungan, pengayoman dan pelayanan pengguana jalan yang melanggar itu sendiri.
Faktor penyebab peraturan perundang-undangan lalu lintas tidak dapat
terealisasikan dengan baik

1. Faktor Internal

• Minimnya pengetahuan mengenai,


peraturan, marka dan rambu lalu • Kesadaran Manusia itu Sendiri
lintas Etika, toleransi antar pengguna jalan, kematangan
dalam pengendalian emosi serta kepedulian pengguna
Tidak semua pengemudi kendaraan paham dan
jalan di jalan raya akan menimbulkan sebuah interaksi
mengetahui peraturan-peraturan lalu lintas, arti dari
yang dapat mewarnai situasi lalu lintas berupa hasil
marka, dan rambu-rambu lalu lintas. Penyebabnya
yang
adalah kurangnya kesadaran untuk mencari tahu arti
dari marka dan rambu-rambu lalu lintas ditambah pada positif seperti terciptanya keamanan, keselamatan dan
saat ujian memperoleh SIM, mereka lebih senang kelancaran lalu lintas sehingga mentalitas pengguna
mendapatkan SIM dengan instan daripada mengikuti jalan merupakan suatu hal yang pundamental dalam
seluruh prosedur. mewujudkan situasi lalu lintas yang baik. Semakin
tinggi kesadaran masyarakat akan hukum maka
semakin memungkinkan adanya penegakkan hukum di
masyarakat.
14
15
Rendahnya kualitas hakim, jaksa,
01 polisi dan advokat
Faktor eksternal
a. Faktor penegak hukum Tidak diindahkannya prinsip the right
02 man in the right place
Penegak hukum itu adalah pihak-pihak yang
langsung maupun tidak langsung terlibat dalam Rendahnya komitmen mereka
03 terhadap penegakan hukum;
penegakan hukum mulai dari Polisi, Jaksa, Hakim.
Kenyataannya penegakan hukum tidak berjalan
dalam koridor yang benar, sehingga penegakan Tidak adanya mekanisme penegakan hukum yang
hukum mengalami kendala dalam tingkatan teknis
04 terintegrasi, baik dan moderen
operasional di masing-masing penegak hukum.
Penyebabnya antara lain : Kuatnya pengaruh dan intervensi politik dan
05 kekuasaan ke dalam dunia caturwangsa, terutama
ke badan kepolisian, kejaksaan dan kehakiman

Kuatnya tuduhan tentang adanya korupsi dan


06 organized crime antaranggota penegak hukum
dengan tuduhan mafia peradilan
b. Faktor sarana dan fasilitas
Tanpa adanya atau dukungan sarana atau fasilitas yang memadai, maka
tidaklah  mudah penegakan hukum berlangsung dengan baik, yang antara
lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan tinggi dan terampil,
organisasi yang baik, peralatan yang cukup memadai, keuangan yang
cukup, dan seterusnya. Kalau hal-hal tersebut tidak dipenuhi, maka
sulitlah penegakan hukum dapat mencapai tujuannya. Tenaga manusia
yang berpendidikan tinggi disini diartikan sebagai para penegak hukum
yang mumpuni dan berkualitas yaitu mampu atau dapat melayani dan
mengayomi masyarakat sesuai dengan tugas dan bidangnya masing-
masing.
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam
mengatasi dan menerapkan peraturan perundang – 1 Pemerintah mensosialisasikan
undangan No. 22 tahun 2009
kepada masyarakat tentang peraturan
lalu lintas secara detail dan dimengerti
Pemerintah mengawasi dan oleh masyarakat
2
menindak petugas-petugas yang
melakukan pungli dan pemungutan
liar
3 Lebih diperhatikan kepada
kelayakan pengemudi,
dimulai dari fisik dan jasmani
Menambah atau memperbaiki 4
rambu-rambu lalu lintas yang ada
di jalan dan mudah dimengerti
oleh masyarakat
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam
mengatasi dan menerapkan peraturan perundang – 5
undangan No. 22 tahun 2009 Menghimbau masyarakat untuk naik
transportasi umum seperti bus, kereta
api supaya kemacetan rendah
Memperhatikan dan
6
memperbaiki jalan yang tidak
layak dipakai dan selalu diawasi
kerusakannya Mengawasi dan membatasi
7 bisnis transportasi umum yang
berisifat milik pribadi harus
sesuai dengan prosedur dan
8 aturan yang berlaku
Menambah dan mengatur jalan
yang lebih efektif
Solusi yang tepat agar permasalahan pelanggaran peraturan perundang
undangan lalu lintas dapat terealisasikan dengan baik.

1 Pilar I yaitu Manajemen Keselamatan Jalan


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun
2013 tentang Program Dekade Aksi Keselamatan 2 Pilar II yaitu Jalan yang Berkeselamatan
Jalan. Program ini dijalankan untuk melakukan
penguatan koordinasi antar pemangku kepentingan
di bidang keselamatan Dalam Instruksi Presiden 3 Pilar III yaitu Kendaraan yang Berkeselamatan
tersebut terdapat beberapa langkah yang diperlukan
untuk melaksanakan Program Dekade Aksi
Pilar IV yaitu Perilaku Pengguna Jalan yang
Keselamatan jalan yang berpedoman kepada 5 4
Berkeselamatan
(lima) Pilar Program Dekade Aksi Keselamatan
jalan yang meliputi :
5 Pilar V yaitu Penanganan Pra dan Pasca Kecelakaan

19
That’s all! Thank you! 
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai