Anda di halaman 1dari 16

ASKEP MIOMA UTERI

Ns. APRIZA,S.Kep
Defenisi
• Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim,
disertai jaringan ikatnya
ETIOLOGI
• Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri
dan diduga merupakan penyakit multifaktorial.
• Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor
monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah
sel neoplastik tunggal.
• Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom,
khususnya pada kromosom lengan.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di
samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen,
progesteron dan human growth hormone.
Estrogen
• Mioma uteri dijumpai setelah menarke.
• Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat
selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen.
• Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan
pengangkatan ovarium.
• Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan
anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. 17B
hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol
(sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah).
• Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous,
yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang
lebih banyak daripada miometrium normal.
Progesteron

• Progesteron merupakan antagonis natural


dari estrogen.
• Progesteron menghambat pertumbuhan
tumor dengan dua cara yaitu:
mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase
dan menurunkan jumlah reseptor estrogen
pada tumor.
Hormon pertumbuhan

• Level hormon pertumbuhan menurun


selama kehamilan
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa
faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya
mioma uteri, yaitu :

• Umur :
Mioma uteri jarang terjadi pada usia
kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 40
tahun. Tumor ini paling sering memberikan
gejala klinis antara 35 – 45 tahun.
• Paritas :
Lebih sering terjadi pada nullipara atau
pada wanirta yang relatif infertil, tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakan
infertilitas menyebabkan mioma uteri atau
sebaliknya mioma uteri yang
menyebabkan infertilitas, atau apakah
kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
• Faktor ras dan genetik :
Pada wanita ras tertentu, khususnya
wanita berkulit hitam, angka kejadian
mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras,
kejadian tumor ini tinggi pada wanita
dengan riwayat keluarga ada yang
menderita mioma.
• Fungsi ovarium :
Diperkirakan ada korelasi antara hormon
estrogen dengan pertumbuhan mioma,
dimana mioma uteri muncul setelah
menarke, berkembang setelah kehamilan
dan mengalami regresi setelah
menopause.
Lokasi
1. Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke
arah vagina menyebabkan infeksi.
2. Isthmica (7,2%), lebih sering
menyebabkan nyeri dan gangguan
traktus urinarius.
3. Corporal (91%), merupakan lokasi paling
lazim, dan seringkali tanpa gejala.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb: turun, Albumin : turun, Lekosit :
turun / meningkat, Eritrosit : turun.
• USG : terlihat massa pada daerah uterus.
• Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa,
konsistensi dan ukurannya.
• Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma
tersebut.
• Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat
menghambat tindakan operasi.
• ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat
mempengaruhi tindakan operasi.
Penatalaksanaan
• Indikasi mioma uteri yang diangkat adalah mioma uteri
subserosum bertangkai.
• Pada mioma uteri yang masih kecil khususnya pada
penderita yang mendekati masa menopause tidak
diperlukan pengobatan, cukup dilakukan pemeriksaan
pelvic secara rutin tiap tiga bulan atau enam bulan.
Adapun cara penanganan
• pada myoma uteri yang perlu diangkat adalah dengan
pengobatan operatif diantaranya yaitu dengan
histerektomi dan umumnya dilakukan histerektomi total
abdominal. Tindakan histerektomi total tersebut dikenal
dengan nama Total Abdominal Histerektomy and
Bilateral Salphingo Oophorectomy (TAH-BSO).
Diagnosa Keperawatan yang Muncul

• Gangguan eliminasi urin (retensio)


berhubungan dengan penekanan oleh
massa jaringan neoplasm pada daerah
sekitarnnya, gangguan sensorik / motorik.

• Gangguan rasa nyaman (nyeri)


berhubungan dengan kerusakan jaringan
otot.
INTERVENSI DX 1
• Observasi adanya nyeri dan tingkat nyeri.
Rasional : Memudahkan tindakan keperawatan
• Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakah untuk mengatasi nyeri
Rasional : Meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang dialaminya.
• Ajarkan teknik relaksasi
Rasional : Meningkatkan kenyamanan klien
• Anjurkan untuk menggunakan kompres hangat
Rasional : Membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan
klien
• Kolaborasi pemberian analgesik
Rasional : Mengurangi nyeri
DIAGNOSA II
• Catat pola miksi dan monitor pengeluaran urine
Rasional : Melihat perubahan pola eliminasi klien
• Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya
ketidaknyamanan dan rasa nyeri.
Rasional : Menentukan tingkat nyeri yang dirasakan oleh
klien
• Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian
air hangat, mengatur posisi, mengalirkan air keran.
Rasional : Mencegah terjadinya retensi urine

Anda mungkin juga menyukai