Anda di halaman 1dari 20

Asuhan Keperawatan pada Tn.

S dengan Asma di
ruang penyakit dalam

Dini Laras Utari C.0105.20.112

Iis Gandawati C.0105.20.155

Herlin Wahyuni C.0105.20.122

Lelah Nursiah C.0105.20.129

Nurleni C.0105.20.136

Riska Dwi Pratiwi C.0105.20.141

Sri Lestari C.0105.20.148

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
2020
Bab 1
Latar belakang
Asma merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan yang
banyak dijumpai pada anak-anak maupun dewasa. Menurut
global initiative for asthma (GINA) tahun 2015, asma
didefinisikan sebagai “ suatu penyakit yang heterogen, yang
dikarakteristik oleh adanya inflamasi kronis pada saluran
pernafasan. Hal ini ditentukan oleh adanya riwayat gejala
gangguan pernafasan seperti mengi, nafas terengah-engah, dada
terasa berat/tertekan, dan batuk, yang bervariasi waktu dan
intensitasnya, diikuti dengan keterbatasan aliran udara ekspirasi
yang bervariasi”, (Kementrian Kesehatan RI, 2017).
Tujuan Penulisan

• Tujuan Umum • Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui dan memahami definisi
Untuk mengetahui secara umum dan dari Asma bronkial
keseluruhan mangenai penyakit 2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi
Asma bronkial agar dapat dari Asma bronkial
memberikan asuhan keperawatan 3. Untuk mengetahui dan memahami
manifestasi klinis dari Asma bronkial
pada pasien dengan Asma bronkial
4. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi
sebaik mungkin. dari Asma bronkial
5. Untuk mengetahui dan memahami pathway
dari Asma bronkial
6. Untuk mengetahui dan memahami
patofisiologi Asma bronkial
7. Untuk mengetahui dan memahami
pemeriksaan Diagnostic pada Asma bronkial
8. Untuk mengetahui dan memahami
penatalaksanaan klinis Asma bronkial
Bab II
TINJAUAN TEORITIS

Etiologi
Asma bronkial dapat terjadi pada semua umur
Definisi namun sering dijumpai pada awal kehidupan.
Sekitar setengah dari seluruh kasus diawali
Asma adalah penyakit inflamasi sebelum berumur 10 tahun dan sepertiga bagian
(peradangan) kronik saluran napas yang lainnya terjadi sebelum umur 40 tahun. Pada usia
ditandai dengan adanya mengi, batuk, dan anak-anak, terdapat perbandingan 2:1 untuk laki-
rasa sesak di dada yang berulang dan laki dibandingkan wanita, namun perbandingan ini
timbul terutama pada malam atau menjadi sama pada umur 30 tahun. Angka ini
menjelang pagi akibat penyumbatan dapat berbeda antara satu kota dengan kota yang
saluran pernapasan. (Infodatin, 2017). lain dalam negara yang sama.
Asthma bronchial adalah suatu penyakit Asma merupakan gangguan kompleks yang
melibatkaan faktor autonom, imunologis, infeksi,
dengan ciri meningkatnya respon trakea
endokrin dan psikologis dalam berbagai tingkat
dan bronkus terhadap berbagai rangsangan pada berbagai individu. Pengendalian diameter
dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas dapat dipandang sebagai suatu
jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat keseimbangan gaya neural dan humoral
berubah-ubah baik secara spontan maupun 1. Faktor imunologis
hasil dari pengobatan (The American 2. Faktor endokrin
Thoracic Society).
3. Faktor psikologis
Manifestasi Klinis Klasifikasi
Biasanya pada penderita asma • Pembagian asma
bronkial yang sedang bebas serangan 1. Asma episode yang  jarang.
tidak ditemukan gejala klinis, tapi 2. Asma episode yang sering.
pada saat serangan penderita tampak 3. Asma kronik atau persisten
bernafas cepat dan dalam, gelisah,
duduk dengan menyangga ke depan, Sedangkan Berdasarkan penyebabnya,
serta tanpa otot-otot bantu pernafasan asma bronkhial dapat diklasifikasikan
bekerja dengan keras. Gejala klasik: menjadi 3 tipe, yaitu:
sesak nafas, mengi (wheezing), 1. Ekstrinsik (alergik)
batuk, dan pada sebagian penderita 2. Intrinsik (non alergik)
ada yang merasa nyeri di dada. 3. Asma gabungan
Patofisiologi
Proses inflamasi saluran nafas pasien asma tidak saja ditemukan pada pasien asma berat, tetapi juga pasien asma ringan,

dan reaksi inflamasi ini dapat terjadi lewat jalur imunologi maupun nonimunologi. Dalam hal ini banyak sel yang berperan,

khususnya sel mast, eosinofil, limfosit T, netrofil dan sel epitel. Gambaran khas inflamasi ini adalah peningkatan sejumlah

eosinofil teraktifasi, sel mast, makrofag dan limfosit T. Sel limfosit berperan penting dalam respon inflamasi melalui

pelepasan sitokin-sitokin multifungsional. Limfosit T subset T helper-2 (Th-2) yang berperan dalam patgenesis asma akan

mensekresi sitokin IL3,IL-4,IL-5,IL-9,IL-13,IL-16 dan Granulocyte Monocyte Colony Stimulating Factor (GMCSF).

Respon inflamasi tipe cepat dan lambat berperan terhadap munculnya manifestasi klinis asma. Pada fase cepat, sel-sel mast

mengeluarkan mediatormediator, seperti histamin, leukotrien, prostaglandin dan tromboksan yang menimbulkan

bronkokonstriksi. Pada fase lambat, sitokin-sitokin dikeluarkan sehingga memperlama inflamasi dan mengaktivasi eosinofil,

basofil, limfosit dan sel-sel mast. Sitokin bersama sel inflamasi yang lain akan saling berinteraksi sehingga terjadi proses

inflamasi yang kompleks yang akan merusak epitel saluran nafas. Hiperplasia otot polos dan hiperresponsif bronkial akibat

proses inflamasi kronis menyebabkan menyempitnya saluran udara, hal ini menimbulkan gejalagejala mengi, batuk, sesak

dada dan nafas pendek.


Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Laboratorium 2. Pemeriksaan Penunjang


 Pemeriksaan Sputum  Pemeriksaan Radiologi
 Pemeriksaan Darah (Analisa Gas  Pemeriksaan Tes Kulit
Darah/AGD/astrub)  Scanning Paru
 Sel Eosinofil
 Spirometer
 Peak Flow Meter/PFM
 X-ray Dada/Thorax
 Pemeriksaan IgE
 Petanda Inflamasi
Penatalaksanaan Klinis

Media (Farmakologi) Keperawatan


Menurut Long (1996) Menurut doenges (2000) nonfarmakologis
1. Memberikan oksigen pernassal. yaitu:
2. Antagonis beta 2 adrenergik (Salbutamol atau 1. Fisioterapi dada dan batuk efektif
fenetoral 2,5mg atau terbutalin 10mg). Inhalasi membantu pasien untuk mengeluarkan
nebulissetiap 20 menit sampai 1 jam. Pemberian
sputum, dengan baik.
antagonis beta 2 adrenergik dapat secara
subcutan atau intravena dengan dosis 2. Latihan fisik untuk meningkatkan
salbutamol 0,25mg dalam larutan dekstrose 5%. toleransi aktivitas fisik.
3. Aminophilin intravena 5-6mg per kg, jika sudah 3. Berikan posisi tidur yang nyaman (semi
menggunakan obat ini dalam 12 jam fowler).
sebelumnya maka cukup diberikan setengah
dosis. 4. Anjurkan untuk meminum air hangat
4. Kortikosteroid hidrikortison 100-200mg
1500-2000ml per hari.
intravena jika tidak respon segera atau dalam 5. Usaha agar pasien mandi air hangat
serangan sangat berat. setiap hari.
5. Bronkodilator, umtuk mengatasi obstruksi jalan 6. Hindarkan pasien dari faktor pencetus.
napas, termasuk didalamnya golongan beta
adrenergik dan anti kolinergik.
Konsep Asuhan keperawatan

Diagnosa
Pengkajian Analisa Data Intervensi
Keperawatan
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), asuhan keperawatan dengan asma meliputi:

1. Pengkajian
Biodata Asma bronchial dapat meyerang segala usia tetapi lebih sering dijumpai pada usia dini.
Separuh kasus timbul sebelum 10 tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40
tahun. Predisposisi lakilaki dan perempuan diusia sebesar 2 : 1 yang kemudian sama pada usia
30 tahun.
2. Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma dalah dispnea (sampai bisa berhari-hari
atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi (pada beberapa kasus lebih banyak paroksimal).
 Riwayat kesehatan dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya faktor predisposisi timbulnya penyakit ini, di antaranya
adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit saluran nafas bagian bawah (rhinitis, urtikaria, dan
eskrim).
 Riwayat kesehatan keluarga
Klien dengan asma bronkial sering kali didapatkan adanya riwayat penyakit keturunan, tetapi
pada beberapa klien lainnya tidak ditemukan adanya penyakit yang sama pada anggota
keluarganya.
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi
Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada posisi duduk.
Dada diobservasi dengan membandikan satu sisi dengan yang lainnya.
Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah.
Ispeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya, skar, lesi,
massa, dan gangguan tulang belakang, seperti kifosis, skoliosis, dan
lordosis.
Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan pergerakan
dada.
Observasi tipe pernapsan, seperti pernapasan hidung pernapasan
diafragma, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
Kelainan pada bentuk dada. Observasi kesemetrian pergerakan dada.
Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada
mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura.
Observasi trakea obnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat
mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
Auskultasi
Palpasi
• Merupakan pengkajian yang sangat
• Dilakukan untuk mengkaji
bermakna, mencakup mendengarkan
kesimetrisan pergerakan dada dan
bunyi nafas normal, bunyi nafas
mengobservasi abnormalitas,
tambahan (abnormal), dan suara.
mengidentifikasikan keaadaan kulit,
• Suara nafas abnormal dihasilkan dari
dan mengetahui vocal/tactile
getaran udara ketika melalui jalan nafas
premitus (vibrasi).
dari laring ke alveoli, dengan sifat
• Palpasi toraks untuk mengetahui
bersih.
abnormalitas yang terkaji saat
• Suara nafas normal meliputi bronkial,
inspeksi seperti : mata, lesi, bengkak.
bronkovesikular dan vesikular.
• Vocal premitus, yaitu gerakan dinding
• Suara nafas tambahan meliputi
dada yang dihasilkan ketika berbicara
wheezing, , pleural friction rub, dan
crackles
Perkusi, Suara perkusi normal
Resonan (Sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru normal.
Dullness : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas bagian jantung, mamae, dan
hati.
Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di atas perut yang berisi udara. Suara perkusi
abnormal :
Hiperrsonan (hipersonor) : berngaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan
timbul pada bagian paru yang berisi darah.
Flatness : sangat dullness. Oleh karena itu, nadanya lebih tinggi. Dapat didengar pada
perkusi daerah hati, di mana areanya seluruhnya berisi jaringan.
Diagnosa Keperawatan Asma Bronkial

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), meliputi :


• Ketidakefektifan bersihan jalan berhubungan dengan mukus
dalam jumlah berlebihan, peningkatan produksi mukus,
eskudat dalam alveoli dan bronkospasme.
• ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru
• perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, produksi mukus bertambah
• gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi
perfusi
 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Rasional

1 Bersihan jalan nafas Mampu 1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan


tidak efektif mengeluarkan ekspansi dada
berhubungan dengan sekret lebih 2. Catat upaya pernafasan termasuk
bronkus spasme, efektif. penggunaan otot bantu pernafasan.
eningkatan produksi Kriteria hasil : Kecepatan biasanya mencapai kedalaman
mukus, mukus • Sekresi pernafasan bervariasi tergantung derajat
bertahan tebal dan dapat gagal nafas.
kental, penurunan diluluhkan 3. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya
energi/ kelemahan atau bunyi nafas seperti krekels, wheezing.
untuk batuk dihisap Ronchi dan wheezing menyertai obstruksi
minimal jalan nafas atau kegagalan pernafasan.
• Bunyi 4. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
nafas Kongesti alveolar mengakibatkan batuk
terdengar sering/iritasi.
bersih 5. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan
latihan batuk. Untuk dapat
meningkatkan/banyaknya sputum dimana
gangguan ventilasi dan ditambah
ketidaknyaman upaya bernafas.
6. Kolaborasi : Berikan oksigen tambahan,
Berikan humidifikasi tambahan bertujuan
memaksimalkan bernafas dan
menurunkan kerja nafas, memberikan
kelembaban pada membran mukosa dan
membantu pengenceran sekret.
Bab III TINJAUAN KASUS

Seorang laki-laki berusia 50 tahun dirawat di ruang penyakit dalam karena


menderita sesak disertai bunyi mengi. Kondisi ini biasanya sudah sering kali
dialami, namun makin memberat 2hari terakhir. Pasien juga mengeluhkan batuk
berdahak yang sulit dikeluarkan. Sebelumnya ada keluhan demam, namun
membaik setelah diberikan penurun panas serta antibiotik selama 5 hari dari
dokter puskesmas. Pasien memiliki riwayat yang sama saat anak-anak dan ibu
pasien menderita penyakit tersebut.
Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/90mmHg, Nadi 120
kali/menit, Pernapasan 28kali/menit, Suhu 37’8C. Pemeriksaan thorak didapatkan
inpeksi dan palpasi simetris, pernapasan cuping hidung, penggunaan otot bantu
napas, perkusi sonor kedua paru, auskultasi didapatkan bunyi napas
bronkovesikuler, bunyi wheezing pada kedua lapang paru, fase ekspirasi lebih
panjang dibandingkan fase inspirasi.
Bab IV

LAPORAN KASUS
TERLAMPIR DI
WORD
Bab V

Kesimpulan Saran
Asma merupakan salah satu penyakit 1. Perawat
saluran pernafasan yang banyak dijumpai
2. Rumah sakit ( bidang pelayanan )
pada anak-anak maupun dewasa.
Menurut global initiative for asthma 3. Institusi pendidikan
(GINA) tahun 2015, asma didefinisikan
sebagai “ suatu penyakit yang heterogen,
yang dikarakteristik oleh adanya
inflamasi kronis pada saluran pernafasan.
Hal ini ditentukan oleh adanya riwayat
gejala gangguan pernafasan seperti
mengi, nafas terengah-engah, dada terasa
berat/tertekan, dan batuk, yang bervariasi
waktu dan intensitasnya, diikuti dengan
keterbatasan aliran udara ekspirasi yang
bervariasi”, (Kementrian Kesehatan RI,
2017).
LAMPIRAN

JURNAL PENELITIAN
ANALISA
Dan Penkes
Terlampir

Anda mungkin juga menyukai