Anda di halaman 1dari 90

Bab

8
Toksikologi di Tempat Kerja

Disusun oleh Tim Dosen K3L FTUI


Gasal 2020/2021
Materi kuliah
1. Introduction
2. Route of Body Entry
3. Dose-response relationship
4. Permissible exposure limit
5. Acute and chronic effect
6. Neoplasms
7. Air-contaminate exposure
8. Problems

Reference :
Charles A. Wentz, Safety, Health and Environmental Protection, MGH, 1998.
2
• Toxicology is the study of the adverse
1. Pengantar effects of chemicals on living
organisms. The science of toxicology is
concerned mainly with the toxic or
poisonous properties of chemical
substances.
• At sufficiently high concentrations and
levels of exposure, all chemicals have
the potential of being a hazard. But, at
sufficiently low concentration and
level of exposure, all chemicals are
safe and do not have the potential of
being a hazard.
• Medication, vaccines, and chemical
exposure can result in side effects that
Vaccine ampoules are life-threatening.
• The benefit of medicines must be
weighted against their adverse effects.
3
3
Bahan kimia yang diberikan melampaui batas2 yg
ditetapkan (jumlah, waktu dan rute pemberian yang
tidak lazim) dapat dikatakan akan menjadi racun

dan jika mencapai nilai tertentu dan


terakumulasi dalam konsentrasi tertentu dapat
menyebabkan kerusakan/kesakitan pada
makhluk hidup yang ter/terpapar

Rusaknya atau terganggunya struktur


anatomi dan fisiologik jaringan  kematian
Pengantar (lanj)
• The main objectives of toxicology is to
define how much is unacceptable and to
recommend precautionary measures
and constraints to assure that under
normal workplace conditions
employees are not exposed to those
unacceptable levels.
• Main factors contribute to toxicity:
 Route of entry
 Dosage level
 Physiological state of the receiver
 Environmental conditions
 Physical properties of the chemical
Pharmaceutical samples  Chemical properties of the chemical

5
5
Apa itu Toksikologi?
• Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh-pengaruh
suatu zat/bahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup.

TOKSIKOLOGI
TOKSIKOLOGI KERACUNAN
KERACUNAN

ilmu mengenai racun termasuk :


1. mendeteksi,
2. memisahkan
3. menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif,
4. mempelajari cara kerja racun dalam tubuh
5. dan bahan yang digunakan utk menetralkan.
Racun atau Bahan Toksik

Adalah suatu zat atau bahan kimia yang apabila


masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung,
suntikan dan absorbsi melalui kulit dengan dosis
relatif besar dapat menyebabkan gangguan
kesehatan dan kematian.
Toksisitas atau Derajat Racun
• Toksisitas atau derajat racun atau substansi toksik adalah bahan kimia
yang dpt mengakibatkan efek yang merugikan/menimbulkan kerusakan
pada organisme hidup.
• Prinsip penting adalah semua bahan kimia dapat toksik pada dosis dan
cara pemberian tertentu.
contoh : Oksigen murni, minum air, gula, garam berlebihan atau terlalu
banyak  toksisitas, tdk dpt dipisahkan antara senyawa yg
toksik dan yg tdk toksik  SEMUA SENYAWA KIMIA BERPOTENSI
TOKSIK PADA KONDISI TERTENTU
Beberapa faktor yang mempengaruhi toksisitas :
• Rute/Jalur paparan
• Dosis/takaran paparan
• Faktor individu
• Sifat fisik dan Sifat kimia
• Kondisi lingkungan
Toksikologi pada tempat kerja
Mempelajari bahan kimia pada tempat kerja yang
membahayakan para pekerja: proses pembuatannya,
transportasi, penyimpanan maupun penggunaannya.

Pengenalan Bahaya Bahan Kimia :

• Survei pendahuluan
• Mengenal proses produksi

• Mempelajari MSDS (Material Safety Data Sheet)


Pengenalan Bahaya Bahan Kimia
• Survai Pendahuluan untuk mengenal atau
mengidentifikasi bahan kimia yang terdapat di
industry/ditempat kerja dan merencanakan program
evaluasi risiko bahaya serta tindak lanjutnya.
• Mengenal proses produksi dengan mempelajari alur
proses mulai dari tahap awal sampai akhir, sumber
bahaya kimia serta memanfaatkan indera untuk
mengidentifikasi lingkungan kerja.
Pengenalan Bahaya Bahan Kimia
Mempelajari MSDS (Material Safety
Data Sheet) atau Lembar Data Bahan
Kimia yakni suatu dokumen teknik
yang memberikan informasi tentang
komposisi, karakteristik, bahan fisik
dan potensi bahaya kesehatan, cara
penanganan dan penyimpanan bahan
yang aman, tindakan pertolongan

pertama dan prosedur khusus lainnya.


Inhalation
(pernapasan)
Skin (kulit)
2. Route Of
Body Entry
Ingestion Injection
(pencernaan)
(injeksi)

Route : cara masuk


Route of body entry
• The route of entry into the body plays an
important role in chemical toxicity. The toxic
effects of a substance are dependent upon
how it gains entrance into the body and,
further, into the bloodstream.
• The most common routes of entry into the
body are inhalation, absorption through the
skin, ingestion, and injection.
• A substance can enter via more than one
route at a time, depending upon the chemical
properties and surrounding conditions (i.e. by
both inhalation and skin absorption).
• Once the chemical has entered the
bloodstream, the toxic effect may be general
or specific to certain organs or tissue.

Intravenous feeding bag

1
13 3
Rute masuk tubuh
Rute masuk ke dalam tubuh memainkan peran penting dalam
toksisitas kimiawi. Efek racun dari suatu zat bergantung pada
bagaimana zat itu masuk ke dalam tubuh dan, selanjutnya ke dalam
aliran darah.

Rute masuk yang paling umum ke dalam tubuh adalah dengan:


1. menghirup,
2. penyerapan melalui kulit,
3. mengkonsumsi,
4. dan menginjeksi.

Suatu zat dapat masuk melalui lebih dari satu rute pada satu waktu,
tergantung pada sifat kimiawi dan kondisi sekitarnya (yaitu melalui
penghirupan dan penyerapan kulit).

Setelah bahan kimia tersebut memasuki aliran darah, efek toksiknya


dapat bersifat umum atau spesifik pada organ atau jaringan tertentu.
Route of body entry (cont)

• When air and its contaminates are


inhaled, they first pass through
the upper respiratory tract: the
nose, throat, trachea, and
bronchial tubes.

The major parts of the human respiratory system


(sistem penafasan).

1
15 5
Route of body entry (cont)

• The air is transported to the alveoli,


where the gases are diffused across
thin membrane cells walls.

The gas exchange of air in an alveolus.


1
17 7
Route of body entry (cont)

• This gas diffusion model is based


mainly upon the differential partial
pressures of oxygen and carbon
dioxide in the respiratory system.

1 atm = 100.000 N/m2 = 100


kPa = 10 m H20 = 760 mmHg

Gas diffusion model for the respiratory


system and the bloodstream.
1
18 8
Route of body entry (cont)
• The oxygen concentration in the bloodstream is
greater than in the tissue cells, causing oxygen to
permeate the capillary walls to increase the level of
oxygen in the tissue cells.
• Oxygen deficiency for normal adults:
 21% to 15% : no immediate effects
 15% to 10% : dizziness and breathless
 7% to 5% : life-threatening conditions
 < 5% : death in minutes.
Possible outcomes when a chemical in contact with
skin:
 The skin may block entry into the body
 The chemical may cause skin irritation
 It may produce skin sensitization
Gas diffusion model for the  It may penetrate the skin and enter
bloodstream and tissue cells. the bloodstream.

1
19 9
Ukuran partikel:
•Penting utk paparan dg inhalasi
• Partikel dg diameter </= 1 μm efektif mencapai alveoli
dan mudah diabsorpsi
• Ukuran yg lbh besar dr diatas akan diendapkan di dinding
tenggorokan dn trakeairitasi atau trauma local

pH :
• Asam/alkali kuatpaparan terbatas dpt terjd efek
merugikan
• Asam/alkali yg lbh ringan sedikit iritasi lambung
3. Hubungan antara Dosis dan
Respon (Reaksi)
Hubungan Dosis – Respon/Reaksi (obyek yg
terpapar)
• Hubungan ini merupakan suatu pertimbangan
dasar pada toksikologi
• Hubungan diperoleh melalui uji laboratorium
dan hasilnya diplot pada kurva
• Kemiringan kurva dosis respon dapat
memberikan batas aman, sedang, sampai
mematikan dari suatu bahan kimia
LD : Lethal Dosis
Misalnya; ada mencit
sebanyak 30 ekor
disuntik Acrylamid setiap
hari dengan dosis 5 mg

Selama 2 minggu /14


hari yang meninggal
15 ekor mencit (50%
dari populasi)

Dosis – respon
Mencit adalah kelompok hewan mamalia dikatakan LD50
rodensia (pengerat) yang masuk dalam
famili Muridae
1. Nilai ambang batas (Treshold Limite Values-TLV) Glosarry
2. Batas terpapar yg diperbolehkan (permissible exposure limit, PEL)
3. Lethal dose (LD) dan lethal concentration (LC).

1) Nilai ambang batas (TLV)

• Threshold Limit Value — Time Weighted Average (TLV-TWA). Konsentrasi


rata-rata waktu terukur (TWA) untuk hari kerja normal 8 jam atau 40 jam
seminggu dimana hampir semua pekerja secara terus menerus dapat
terpapar tanpa pengaruh yg membahayakan.

• Threshold Limit Value — Short Term Exposure Limit (TLV - STEL).


Konsentrasi maksimum dimana pekerja dapat terpapar selama periode 15
menit secara terus menerus.

• Threshold Limit Value — Ceiling (TLV-C). Konsentrasi yang tidak boleh


dilewati bahkan secara langsung pd waktu yg sangat singkat.

• IDLH (Immediately Dangerous to Life or Health) Value - Konsentrasi yang


dapat membahanyakan secara cepat terhadap jiwa manusia atau
kesehatan.
2) Permissible Exposure Limit

Adalah batas paparan dari bahan fisik (physical agent) terhadap


pekerja. Biasanya dinyatakan dengan ppm atau mg/m3. PEL
biasanya juga dinyatakan dalam TWA atau STEL, yang telah
dijelaskan di atas.

3) Lethal Dose & Lethal Concentration

Tingkat racun yang dapat mematikan hewan yang diuji karena


tertelan atau kontak dengan kulit disebut Lethal Dose (LD).

Penilaian konsentrasi racun dari bahan kimia ini disebut Lethal


Concentration (LC) dimana LC 50 adalah konsentrasi yang dapat
menyebabkan 50% hewan yang diuji mati karena menghirup uap
atau gas dari bahan kimia tersebut pada suatu waktu uji yang
diberikan (1 jam)
Kerja normal : 8 jam/hari
Hubungan Dosis Respon
• Dosis level dapat dilaporkan sebagai:
– Kuantitas per unit dari berat tubuh
– Kuantitas per unit dari volume udara yang terserap
– Kuantitas per unit dari paparan permukaan kulit
• Terdapat hubungan antara waktu papar dengan
dosis respon
• Dapat digunakan untuk mengantisipasi efek
racun dari bahan kimia pada rentang tengah
kurva
Hubungan Dosis Respon
• Terdapat beberapa asumsi dasar untuk membangun hubungan
dosis respon
– Respon/reaksi disebabkan oleh bahan kimia yang diberikan
(tablet canderin > hipertensi  efek : bengkak, pusing, lemak
trigliserida dlm darah naik, lemas, sakit maag, mual)
– Respon/reaksi berkaitan dengan tingkat dosis ( 5, 10, 20 mg)
– Dosis dan respon dapat diukur secara kuantitatif
• Terdapat nilai ambang dimana terdapat tidak adanya pengaruh
bahan kimia.
(efek ambang batas paparan bahan kimia)
Hubungan Dosis - Respon
• Berdasarkan kurva,dapat menentukan tingkat
toksisitas zat
• Pemberian dosis rendah tapi berulang lebih aman
dibanding pemberian jumlah yang sama tapi untuk
dosis tunggal
• Pada dasarnya tubuh memiliki sistem detoksifikasi
sendiri
• Bahan berbahaya bisa sangat fatal jika paparan yang
diterima lebih besar dibanding laju detoksifikasi
dalam tubuh kita
Hubungan Dosis Respon
• Kurva dosis respon dapat digunakan untuk mempelajari
Lethal Dosis (LD) pada hewan uji
• Lethal dosis dipengaruhi oleh
– Jenis hewan
– Cara pemberian
– Kemurnian bahan kimia
– Periode waktu pemberian
• Paparan dari pernapasan dinyatakan sebagai Lethal
Concentration(LC),adalah konsentrasi zat kimia pada udara
yang sering sekali menyebabkan kematian pada beberapa
hewan uji (ppm)
Hubungan Dosis Respon
Hubungan Dosis Respon
• Aksi dari bahan beracun juga bisa dilihat dari
organ dalam, khususnya hati dan ginjal
• Bahan beracun dapat tersimpan dalam ginjal,
hati dan tulang
4. Threshold Limit Values

Nilai Ambang Batas (NAB)


Nilai Ambang Batas (NAB) atau Threshold Limit Value (TLV)

Nilai Ambang Batas (NAB)/Threshold Limit Value atau seringkali


dikenal sebagai Nilai Batas Pajanan (NBP)/Occupational Exposure
Value adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai
kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (Time Weighted Average)
yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau
gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak
melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu

NAB tertimbang rata-rata 8 jam (Thershold Limit Value – Time


Weighted Average  TLV-TWA), NAB-Pajanan singkat yang
diperkenankan (TLV-Short Term Exposure Limit  TLV-STEL 15
Menit), serta NAB-Konsentrasi tertinggi yang diperkenankan (TLV
Ceiling), NAB/NBP menggunakan satuan mg/m3 atau ppm.
Standar ini memuat tentang NAB rata-rata tertimbang waktu (Time Weighted
Average) zat kimia di udara tempat kerja, dimana terdapat tenaga kerja yang
dapat terpapar zat kimia sehari-hari selama tidak lebih dari 8 jam/hari atau 40
jam/minggu. Standar ini terdapat 3 jenis NAB :

1. NAB rata-rata tertimbang waktu (Time Weighted Average) zat kimia di udara
tempat kerja, dimana terdapat tenaga kerja yang dapat terpapar zat kimia
sehari-hari selama tidak lebih dari 8 jam/hari atau 40 jam/minggu.

2. NAB kadar tertinggi yang diperkenankan : kadar zat kimia di udara tempat
kerja yang tidak boleh dilampaui meskipun dalam waktu sekejap.

3. NAB paparan singkat yang diperkenankan : kadar zat kimia di udara tempat
kerja yang tidak boleh dilampaui agar tenaga kerja yang terpapar pada
periode singkat yaitu tidak lebih dari 15 menit, masih dapat menerimanya
tanpa mengakibatkan iritasi, kerusakan jaringan tubuh dan terbius.
Permissible Exposure Limits
Oleh ACGIH (American Conference of Governmental and Industrial
Hygienist) dikembangkan konsep TLV (Thershold Limit Value) atau Nilai
Ambang Batas (NAB) yang menunjukkan kadar suatu bahan kimia yang
manusia dapat menghadapinya secara fisiologik tanpa terganggu
kesehatannya.

Terdapat 3 (tiga) macam NAB yang spesifik, yaitu :


NAB rata-rata selama jam kerja atau TLV-TWA (Threshold
Limit Value-Time Weighted Average) yakni kadar bahan
kimia diudara tempat kerja selama 8 jam sehari atau 40
jam seminggu yg hampir semua tenaga kerja dapat
terpajan berulang kali sehari-hari dalam melakukan
pekerjaan tanpa terganggu kesehatannya.
Permissible Exposure Limits
NAB, batas pemajanan/paparan/exposure singkat atau TLV-STEL
(Threshold Limit Value-Short Term Exposure Limit) atau PSD
(Pemajanan Singkat yang diperkenankan) yakni kadar bahan kimia
yang diperkenankan untuk pemajanan tidak lebih dari 15 menit
atau tidak lebih dari 4 kali pemajanan per hari. Interval antara dua
periode pemajanan tidak boleh kurang dari 60 menit.
NAB tertinggi atau TLV-C (Threshold Limit Ceiling) yakni kadar
tertinggi bahan kimia di udara tempat kerja yang tidak boleh
dilewati selama melakukan pekerjaan. Sering di sebut juga sebagai
KTD (Kadar Tertinggi yang diperkenankan).

TLV = Nilai Ambang Batas (NAB)


TWA = Konsentrasi Rata-rata Waktu Terukur
https://tekno.kompas.com/read/2016/08/11/buruh.pabrik.samsung.mening
gal.karena.bahan.kimia.Penulis : Fatimah Kartini Bohang

KOMPAS.com - Sebanyak 76 pekerja Samsung meninggal akibat


lingkungan kerja tak sehat.

Rata-rata masih berusia 20-an hingga 30-an tahun. Mereka bekerja


sebagai buruh di pabrik semikonduktor dan LCD Samsung yang terletak
di Korea Selatan.

Paparan bahan kimia di lingkungan pabrik diduga berkontribusi pada


kejadian tersebut.

Menurut laporan investigasi organisasi berita non-profit AS, The


Associated Press, penyakit serius akibat paparan bahan kimia tersebut
yang teridentifikasi adalah leukimia, limfoma, lupus, dan gangguan sistem
saraf pusat.

Meskipun begitu, tidak diketahui rentang waktu kejadian ini.


Satuan Umum
• Untuk gas ppm (parts per million) atau mg/m3
• Untuk partikulat mg/m3
• Untuk asbestos fibers/cm3 udara
Threshold Limit Values (TLV), Time-Weighted
Average (TWA)

• Waktu rata-rata terukur konsentrasi paparan pada


pekerja setiap 8 jam hari kerja normal dan 40 jam dalam
1 minggu, tanpa timbul efek samping
contentration of chemical (ppm)
Equation

• TLV-TWA = Threshold Limit Value, Time Weighted Average (ppm)


• ti = exposure time at contentration i (h)
• Ci = contentration of chemical (ppm)
• n = total time periods
Perhitungan
• Rumus TLV-TWA umum
CONTOH
• Zat A mempunyai permissible exposure limits (PEL) =
12 ppm, terpapar pada si Badu:
- 4 jam @ 11 ppm selama 4 hari
- 2 jam @ 14 ppm selama 2 hari total 8 hari
- 2 jam @ 20 ppm selama 2 hari
CONTOH
Threshold Limit Values, short-term-exposure
limit
• Ukuran konsentrasi dimana pekerja dapat terpapar
secara terus menerus untuk waktu yang singkat tanpa
mengalami iritasi maupun kerusakan jaringan yang
kronis, atau tanpa mengalami narkosis yang dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan
yang menimbulkan cedera, penyelamatan yang
merusak diri, mengurangi efisiensi kerja.

• Tidak boleh melebihi TLV-TWA harian.


Equation

• TLV-STEL = Threshold Limit Value, Short Time Exposure Limit (ppm)


• ti = exposure time at contentration i (h)
• Ci = contentration of chemical (ppm)
• n = total time periods
Threshold Limit Value, Ceiling

• Nilai konsentrasi yang tidak boleh dilampaui,


kapan pun, dimana pun, siapa pun.
Contoh data ACGIH (American Conference of
Governmental Industrial Hygienists)
Chemical Odor threshold (ppm) Inhalation TLV - TWA (ppm)
Benzene 100 10
Carbon Monoxide ___ 25
Carbon tetrachloride 79 5 skin
Chlorine 5 0.5
Chlorobromomethane 400 200
Chloroform 200 10
Epichlorohydrin 10 2 skin
Ethylene Oxide 300 1
Isopropyl amine 10 5
Methanol 2000 200 skin
Methylene chloride 300 50
Nitromethane 200 20
Propylene oxide 200 20
Toluene-2,4-disocyanate 0.4 0.005
Turpentine 200 100
Vynil chloride 4100 5
Kata Kunci
• TLV adalah pedoman dalam pengendalian
Health Hazard
• TLV tidak bisa digunakan sebagai angka pasti
antara kondisi aman dan bahaya
• TLV tidak boleh digunakan sebagai standard
legal
• Namun dapat digunakan untuk
pengembangan program health & safety
5. Efek Toksik/Toksisitas
• Definisi :
Perubahan abnormal yang tidak diinginkan akibat pemaparan zat
kimia toksik.
• Tergantung pada :
1. Jenis zat kimia
2. Dosis zat kimia
3. Port d’ entry (inhalasi, ingesti, absorbsi dermal- melalui kulit)
4. Tipe paparan
1. Akut : pemaparan < 24 jam ~ dosis tunggal
2. Kronis: pemaparan berulang, jangka panjang, min. 3 hari terus
menerus.
Definisi
• Akut:
Pengaruh sejumlah dosis tertentu yang akibat nya
dapat dilihat atau dirasakan dalam waktu yang
singkat.

• Kronis:
suatu akibat keracunan bahan–bahan kimia
dalam dosis kecil tetapi terus menerus dan
efeknya dapat dirasakan dalam jangka panjang.
Toxic Material PPE (Personal Protective Equipment).
Liquids with high acute toxicity Safety goggles, long sleeved lab coat,
(poisons) impermeable gloves and apron, closed toe
shoes. If potential for a splash is high, use
impermeable coveralls and a face shield in
addition to goggles.

Solids of high acute toxicity Safety glasses, gloves, long sleeved lab coat,
(poisons) closed toe shoes. Note: manipulate only in a
hood.
Liquids with high chronic toxicity Safety goggles preferred, safety glasses
(Known and suspected human carcinogens, reproductive acceptable, impermeable gloves, long
toxins)
sleeved lab coat, closed toe shoes. If
potential for a splash is high, use
impermeable apron or coveralls and a face
shield in addition to goggles.

Solids of high chronic toxicity Safety glasses, gloves, long sleeved lab coat,
(carcinogens and reproductive toxins) closed toe shoes. Note: manipulate only in a
hood.
Compressed toxic or corrosive gases Safety goggles, gloves, long sleeved lab
coats, closed toe shoes.
Bahan Beracun Alat Pelindung Diri (APD) atau PPE
Cairan dengan toksisitas akut tinggi Kacamata pengaman, jas lab lengan panjang,
(racun) sarung tangan dan celemek kedap air, sepatu
jari kaki tertutup. Jika potensi percikan tinggi,
gunakan baju pelindung yang kedap air dan
pelindung wajah selain kacamata.
Padatan dengan toksisitas akut tinggi Kacamata safety, sarung tangan, jas lab lengan
(racun) panjang, sepatu tertutup. Catatan:
memanipulasi hanya di tudung
Cairan dengan toksisitas kronis tinggi Kacamata pelindung lebih disukai, kacamata
(Diketahui dan dicurigai sebagai pengaman dapat diterima, sarung tangan
karsinogen bagi manusia, toksin kedap air, jas lab lengan panjang, sepatu jari
reproduksi) kaki tertutup. Jika potensi percikan tinggi,
gunakan celemek atau baju kedap air dan
pelindung wajah selain kacamata.
Bahan padat dengan toksisitas kronis Kacamata safety, sarung tangan, jas lab lengan
tinggi (karsinogen dan toksin reproduksi) panjang, sepatu tertutup. Catatan:
memanipulasi hanya di tudung.
Gas beracun atau korosif terkompresi Kacamata pengaman, sarung tangan, jas lab
lengan panjang, sepatu jari kaki tertutup.
contoh
• Zat : Hidrogen Sulfida
Informasi yang tersedia :

Hydrogen sulfide CAS 


7783-06-4
H2 S RTECS 
MX1225000
Synonyms & Trade Names  DOT ID & Guide 
1053 / 117
Hydrosulfuric acid, Sewer gas,
Sulfuretted hydrogen
Physical Description 
Colorless gas with a strong odor of rotten eggs. [Note: Sense of smell
becomes rapidly fatigued & can NOT be relied upon to warn of the
continuous presence of H2S. Shipped as a liquefied compressed gas.]
MW: 34.1 BP: -77°F FRZ: -122°F Sol: 0.4%
VP: 17.6 atm IP: 10.46 eV RGasD: 1.19
Fl.P: NA (Gas) UEL: 44.0% LEL: 4.0%
Flammable Gas
Exposure NIOSH REL: C 10 ppm (15 mg/m3)
Limits [10-minute]
OSHA PEL†: C 20 ppm 50 ppm [10-
minute maximum peak]
IDLH  Conversion 
100 ppm See: 7783064 1 ppm = 1.40 mg/m3
Code Definition

Eye: Irrigate immediately If this chemical contacts the eyes, immediately wash
(irrigate) the eyes with large amounts of water, occasionally
lifting the lower and upper lids. Get medical attention
immediately.

Eye: Frostbite If eye tissue is frozen, seek medical attention immediately;


if tissue is not frozen, immediately and thoroughly flush the
eyes with large amounts of water for at least 15 minutes,
occasionally lifting the lower and upper eyelids. If irritation,
pain, swelling, lacrimation, or photophobia persist, get
medical attention as soon as possible.

Eye: Medical attention Self-explanatory

Skin: Blot/brush away If irritation occurs, gently blot or brush away excess.

Skin: Dust off solid; water flush If this solid chemical contacts the skin, dust it off
immediately and then flush the contaminated skin with
water. If this chemical or liquids containing this chemical
penetrate the clothing, promptly remove the clothing and
flush the skin with water. Get medical attention immediately.

Skin: Frostbite If frostbite has occurred, seek medical attention


immediately; do NOT rub the affected areas or flush them
with water. In order to prevent further tissue damage, do
NOT attempt to remove frozen clothing from frostbitten
areas. If frostbite has NOT occurred, immediately and
thoroughly wash contaminated skin with soap and water.
Objek Definisi
Mata: Segera dibasuh Jika bahan kimia ini mengenai mata, segera basuh (irigasi) mata
dengan air dalam jumlah banyak, sesekali angkat kelopak mata
bagian bawah dan atas. Segera dapatkan pertolongan medis.
Mata : Radang dingin Jika jaringan mata membeku, segera dapatkan bantuan medis; Jika
tisu tidak membeku, segera basuh mata secara menyeluruh dengan
air yg banyak selama min 15 menit, sesekali mengangkat kelopak
mata atas dan bwh. Jika iritasi, nyeri, bengkak, lakrimasi, atau
fotofobia berlanjut, sgr dptkan pertlngn medis.
Mata: Prhtian medis Cukup jelas
Kulit: Singkirkan noda Jika terjadi iritasi, tepuk2 dgn lembut /singkirkan yg masih tertinggal
Kulit: Debu padat; Jika bahan kimia padat ini mengenai kulit, segera bersihkan lalu
siram air basuh kulit yang terkontaminasi dengan air. Jika bahan kimia atau
cairan yang mengandung bahan kimia ini menembus pakaian, sgr
lepas pakaian & bilas kulit dgn air. Sgr dptkan pertolongan medis
Kulit: Radang dingin Jika terjadi radang dingin , segera dapatkan bantuan medis; JANGAN
menggosok area yang terkena atau menyiramnya dengan air. Untuk
mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut, JANGAN mencoba
melepaskan pakaian beku dari area yang terkena radang dingin. Jika
radang dingin TIDAK terjadi, segera cuci kulit yang terkontaminasi
dengan sabun dan air secara menyeluruh.
Measurement of Acute Toxicity
LD50-Wt/Kg LC50-PPM
Classification Single Oral Dose 4 Hr Inhalation
Rat Rat

Extremely Toxic 5-50 mg or less <10

Highly Toxic 5-50mg 1-100

Moderately Toxic 50-500 mg 100-1,000

Slightly Toxic 0.5-5grams, 1,000-10,000

Practically Non-toxic 5-15 grams 10,000-100,000

Relatively Harmless 15 grams or more >100,000


6. NEOPLASMA
intro neoplasma
• Menurut ILO setiap tahun terjadi 1.1 juta kematian yang
disebabkan oleh penyakit dan atau yang disebabkan oleh
pekerjaan.
• Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan
dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat kerja
dimana di perkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat
hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya.
• Dari data ILO tahun 1999, penyebab kematian yang
berhubungan dengan pekerjaan ditunjukan oleh data
sebagai berikut
DATA ILO Tahun 1999
PENYEBAB KEMATIAN PERSENTASE
• Kanker • 34 %
• Kecelakaan • 25 %
• Penyakit saluran pernafaasan • 21 %
• Penyakit kardiovaskuler • 15 %
• Lain lain • 5%
PERBEDAAN PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN PENYAKIT
TERKAIT KERJA
PENYAKIT AKIBAT KERJA PENYAKIT TERKAIT KERJA

• Terjadi hanya diantara • Terjadi juga pada populasi


populasi kerja penduduk
• Sebabnya spesifik • Multi faktorial
• Expose di tempat kerja • Expose di tempat kerja
sangat penting mungkin merupakan salah
• Dapat kompensasi dan satu faktor kemungkinan bisa
tercatat dapat kompensasi dan
tercatat
DEFINISI
• Neoplasma adalah pertumbuhan baru
jaringan yang tidak memiliki fungsi fisiologis.
Pertumbuhan jaringan abnormal sering
digunakan untuk menggambarkan jaringan
kanker atau berpotensi kanker.
Sebab-sebab terjadinya kanker
• perubahan sel normal menjadi kanker disebut
KARSINOGENESIS
• segala sesuatu yang dapat menimbulkan
perubahan tersebut disebut KARSINOGEN
AGEN KARSINOGEN
1. Zat kimia
2. Senyawa lain
3. Radiasi
4. Virus onkogenik
5. Agen biologis
ZAT KIMIA
• Agen pengalkil (alkilating agen
• Hidrokarbon aromatik polisiklik
• Zat warna azo (butter yellow)
• Karsinogen alam
aflatoksin B1 oleh jamur aspergillus flavus
(pada gandum&kacang tanah)
• Nitrosamina dan amida
SENYAWA LAIN
• Asbes
• Vinil klorida
• Logam
• Sakarin
RADIASI
a. Sinar ultra violet (UV)
b. Radiasi ionisasi
 Pekerja tambang biji logam radio aktif
 Dampak bom atom
 Radiasi terapeutik
PENANGANAN KLINIS
1. Pembedahan
2. Radioterapi
3. Kemoterapi
4. Bioterapi (terapi hormon dan imonoterapi)
• Pekerjaan yang beresiko terjadinya kanker
pada pekerja-pekerja berikut:
a. Laboratorium radiologi
b. Tambang-tambang, batu bara,minyak tanah
c. Industri-industri: kayu,nikel,
chrom,sepatu,cat petrokimia, plastik, karet,
asbes, dsb
PENCEGAHAN
a. Tingkatkan konsumsi sayuran segar
b. Tingkatkan masukan serat, vitamin alami
c. Lakukan pengontrolan berat badan
d. Kurangi makanan yg mengandung garam, makanan yg
diawetkan dengan cara pengasapan dan menggunakan nitrat
e. Hentikan merokok dan masukan alkohol
f. Konseling kesehatan dan check up kanker
7. Terpapar Udara Tercemar Di
Lingkungan Kerja
Klasifikasi Bahan Pencemar Udara
• Polutan primer: polutan yg dikeluarkan langsung dari sumber
tertentu
• Polutan sekunder
Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau
lebih bahan kimia di udara
Klasifikasi Fisiologis Kontaminan Udara
Pemaparan udara tercemar dilingkungan kerja terjadi melalui pernapasan,
dengan klasifikasi aksi fisiologis:

• Irritans, ialah kondisi pada kulit dan selaput lendir yang mengalami


rangsangan akibat kontak berkepanjangan dengan iritan sehingga dapat
menimbulkan peradangan.
• Asphyxiates, sesak napas.
• Narcotic, terbius

Respon fisiologis tergantung pada:


- kandungan bahan kimia pencemar
- kosentrasi pencemar
- durasi terpapar
Irritant
Iritant: Bahan kimia iritant yang
menyebabkan iritasi Gas kontak dengan wajah dan
Mist
ketika kontak dengan sistem pernapasan akan
jaringan tubuh Coating menganggu organ lain
Particle
seperti mata, hidung dan
mulut

solubility

Highly water soluble gas Less soluble gas

Ammonia, Hydrogen Cloride – meiritasi


hidung dan tenggorokan ketika Nitrogen Dioxide – akan masuk lebih dalam kedalam
permukaan lembab menyerap iritan paru-paru
Senyawa Penyebab Iritasi Dalam Saluran
Pernapasan
Aksi Racun Pada Irritant
• Primary Irritant : menunjukkan aksi iritan yang
signifikan akibat toxic yang berlebihan.
• Secondary Irritant : menghasilkan efek
sistematik yang jauh lebih hebat dari pada aksi
iritan manapun pada mocus membran.
Asphyxiants
• Menganggu transfer oksigen kedalam jaringan tubuh,
biasanya dapat menybebkan kehabisan nafas
• Contoh gas inert : nitrogen dan karbondioksida
• tapi dapat menipiskan oksigen pada sistem pernafasan dan
aliran darah
• Gas ini menghilangkan oksigen yang diangkut dari paru-paru
dalam darah.
• Sel otak akan mati dalam beberapa menit jika suplai oksigen
terputus.
• Dalam jangka waktu lama menyebabkan kerusakan otak
bahkan kematian.
Gas-Gas Gang Menimbulkan Asphyxiants

• Carbon Monoxide (1000 ppm)


menghambat pengangkutan oksigen dengan membentuk
ikatan dengan hemoglobin dalam darah
• Hydrogen Cyanide (150 ppm)
menghalangi kemampuan jaringan tubuh untuk
menggunakan O2
• Hydrogen sulfide (500 ppm)
melumpuhkan pusat respiratory otak dan indra
penciuman
Narcotic

• Bahan kimia beracun jika berinteraksi dengan pusat


sistem saraf akan menyebabkan anesthesia
(hilangnya rasa atau sensasi di tubuh, cara
kerja anestesi adalah dengan menghentikan atau
memblokir sinyal saraf dari pusat rasa sakit )
• Menimbulkan gejala ringan sampai kehilangan
kesadaran bahkan kematian pada dosis tinggi.
• Zat-zat narkotika dan anesthesia meliputi alipatik
rantai pendek, alkohol dan keton, alkil hidrokarbon
dan eter.
Zat Kimia Yang Mempengaruhi Sistem Saraf
Ginjal Terpapar Bahan Kimia

Ginja
l
Ion asam + As -> arsine (AsH3) Nephrotoxic CCl4 &CHCl3
(menghasilkan racun
(menyerang sel darah merah dalam ginjal jika
dan merusak ginjal) (menghasilkan racun dalam metabolisme ginjal,
terpapar bahan kimia)
kerusakan jaringan ginjal)

Proteinuria
Edema
Penyebab: logam berat Cd, Hg, Pb, As, Bi,
(akumulasi cairan yang berlebihan Cr, Pt dan U
pada rongga tubuh)
(ginjal gagal mengkonversi protein, urin
mengandung protein)
Liver Terpapar Bahan Kimia
Kerusakan
liver akibat
bahan kimia

Hidrokarbon Metal
(CCl4, CHCl3 trikloro etilen, dinitrobenzen) (As, Mn, phosphprus, beryllium)

Hepatotoxic chemical
(mengakibatkan kerusakan
atau luka pada liver *

*Mempengaruhi membran hati (CCl4)


*mengurangi plasma lipid dan plasma lipoprotein (Phosporus)
Jantung

‘Cardiac Sensitization’

Jantung terpapar
bahan kimia Menghirup lem atau
hidrokarbon seperti terpapar uap pelarut
kloroform dan aerosol
cyclopropane

Anda mungkin juga menyukai