Anda di halaman 1dari 16

KEMATIAN DAN

PROSES BERDUKA

Novy Yulianty, M.Psi, Psikolog


KEMATIAN
Q.S Ali – Imran, 3 : 154
“Katakanlah, sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-
orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu, akan keluar
juga ke tempat mereka terbunuh”

Q.S Al-Munafiqun , 53 :11


“Dan Alloh sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian)
seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Alloh Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Kematian dalam Islam bukanlah hal yang
dipandang buruk, karena selain dapat
mendorong individu untuk meningkatkan
pengabdiannya kepada Alloh SWT, juga
sebagai pintu gerbang untuk memasuki
kebahagiaan yang abadi.
SIKAP TERHADAP KEMATIAN PADA
FASE PERKEMBANGAN MASA HIDUP

MASA ANAK-ANAK
 Anak-anak tidak mempersepsikan waktu
seperti yang dipersepsikan orang dewasa.
 Pada bayi, kehilangan orang tua dapat
digantikan dengan kehadiran pengasuhnya
yang baru (nenek, keluarga lain, dsb).
 Anak usia 3-5 tahun hanya memiliki sedikit
ide atau tidak sama sekali mengenai
pengertian kematian.
 Anak usia pra sekolah akan menghayati
kematian dengan keyakinan bahwa orang yang
telah meninggal dapat hidup lagi melalui sihir,
memberikan makanan, atau pengobatan medis.
 Orang meninggal dihayati karena memiliki sifat
jahat atau nakal.
 Pada beberapa kasus, anak akan menyalahkan
dirinya sendiri bahwa orang lain meninggal
karena kesalahan dirinya.
 Pada masa anak-anak pertengahan dan anak-
anak akhir (dimulai usia 7-9 tahun keatas),
konsep kematian sudah mulai dapat dihayati
secara abstrak.
 Kematian orang tua baik salah satu maupun
keduanya akan menjadi pengalaman yang
menyulitkan bagi anak dan berpengaruh
pada relasi sosial dan prestasi belajarnya.
STRATEGI MMENDISKUSIKAN SITUASI
KEMATIAN PADA ANAK

 Jujur berbicara pada anak tentang kematian


 Jika anak usia prasekolah, berikan penjelasan
yang konkrit dan bersifat fisik/ biologis.
 Memberikan kesempatan anak untuk
mengekspresikan kesedihannya
 Meyakinkan anak bahwa mereka akan tetap
dicintai dan tidak akan ditinggalkan.
MASA REMAJA
 Kematian dapat dianggap dapat dihindari,
diabaikan, atau dianggap sebagai bahan
olok-olok.
 Remaja menghayati konsep kematian secara
lebih abstrak.
 Remaja mengembangkan penghayatan
religiusitas dan adanya kehidupan setelah
kematian.
MASA DEWASA

 Individu dewasa menengah dan masa dewasa


akhir memiliki intensitas lebih banyak dalam
berbicara tentang kematian.
 Individu dewasa mulai melihat orang di
sekelilingnya yang meninggal terlebih dahulu
sebagai suatu tanda.
DIMENSI – DIMENSI
DUKA CITA (GRIEF)

Grief adalah ketumpulan emosi, ketidakyakinan, kecemasan


karena keterpisahan, dan kesepian yang menyertai kehilangan
seseorang yang dicintai

Separation Anxiety (Kecemasan akan Keterpisahan), terjadi


tidak hanya munculnya perasaan sedih dan merana karena
orang yang meninggalnya saja melainkan juga berfokus pada
tempat dan hal-hal yang terkait dengan orang yang
meninggal tersebut.
Grief dapat menyebabkan munculnya
perasaan putus asa dan sedih, mencakup
ketidakberdayaan, munculnya gejala
depresif, apatis serta kehilangan makna
terhadap aktifitas-aktifitas yang biasa
melibatkan orang yang telah tiada.
Prolonged Grief
Dukacita yang dideskripsikan sebagai
keputusasaan yang berkepanjangan dan tidak
terselesaikan selama beberapa waktu tertentu.

Inidividu yang kehilangan seseorang


tempatnya bergantung, akan lebih rentan
mengalami prolonged grief.
Dukacita Disenfranchised

Dukacita yang dideskripsikan dukacita


seseorang terhadap orang yang meninggal
yang secara sosial merupakan kehilangan yang
tidak dapat diungkapkan secara terbuka.

Contoh : aborsi, kematian akibat penyakit


AIDS, kematian karena hukuman mati.
Strategi Penanganan Individu yang
Berkabung
 Berorientasi Pada Kehilangan
Berfokus pada inidividu yang telah meninggal
dan mencakup perilaku mengenang kembali
secara positif dan negatif.
 Berorientasi ppada Pemulihan
Timbul sebagai hasil tidak langsung dari
berkabung. Dapat mencakup perubahan status
misalnya dari “istri” menjadi “janda”, menguasai
keterampilan mengelola keuangan, dll.
Pengaruh Situasi yang Menyebabkan
Kematian
 Kematian terjadi secara mendadak.
 Kematian disebabkan oleh kekerasan/
penganiayaan.
 Kematian disebabkan oleh bencana.

Situasi tersebut memberikan dampak yang


intens terhadap individu yang ditinggalkan.
Dapat disertai gangguan PTSD
( Post Traumatic Stressn Disorder)
Proses Berduka
(Kubler Ross)

DENIAL
& ANGER BARGAINING DEPRESSIION ACCEPTANCE
ISOLATION

Anda mungkin juga menyukai