Anda di halaman 1dari 66

MASTERPLAN PENANGANAN

PERSAMPAHAN DI
PERKOTAAN TASIKMALAYA

Nuraeni Cahyati Ningsih


C1525201011
Teknik Lingkungan Umtas
1
PARADIGMA LAMA :
Kumpul-Angkut-Buang

SUMBER SAMPAH KUMPUL PINDAH ANGKUT


ANGKUT

ANGKUT BUANG 2
3
MAKSUD DAN TUJUAN

Menentukan pola Rencana Umum


(Masterplan) penangangan
persampahan yang tepat dan
terintegrasi di Perkotaan
Tasikmalaya.

4
5
BAB V

RENCANA SISTEM TEKNIK


OPERASIONAL
PENGELOLAAN SAMPAH
DI Kota TASIKMALAYA

6
Skenario Pelayanan

 Skenario A : skenario business-as-


usual (seperti biasa)
 Tidak terdapat kegiatan 3-R di sumber
atau di kawasan dimana sampah berasal
 Sampah yang terlayani, dari TPS diangkut
seluruhnya ke TPA
 Seluruh sampah yang diangkut ke TPA
seluruhnya diurug/ditimbun

7
Skenario Pelayanan
 Skenario B : skenario moderat
 Tidak terdapat kegiatan 3-R di sumber atau di
kawasan dimana sampah berasal
 Sampah yang terlayani, dari TPS diangkut
seluruhnya ke TPA
 Sebagian sampah yang diangkut ke TPA kemudian
diolah menjadi kompos dan kegiatan 3-R lainnya,
sebagian sampah bersama residu pengomposan
dibawa ke area pengurugan untuk diurug/ditimbun.
Persen sampah yang diangkut ke TPA, dan kemudian
diolah menjadi kompos diasumsi pada tahun 2008
sebesar 5%, dan meningkat menjadi 10% pada tahun
2017. 8
Skenario Pelayanan
 Skenario C : skenario ideal
 Kegiatan 3-R dimulai di sumber sampah atau di TPS atau
di kawasan di daerah pelayanan. Asumsi pada tahun 2008
sebanyak sampah yang terlayani, mengalami proses 3-R
sebesar 5%, dan pada tahun 2017 menjadi 10%
 Sampah yang lain serta residu kegiatan 3-R, diangkut
dari TPS ke lokasi TPA
 Sebagian sampah yang diangkut ke TPA kemudian diolah
menjadi kompos dan kegiatan 3-R lainnya, sebagian
sampah bersama residu pengomposan dibawa ke area
pengurugan untuk diurug/ditimbun. Persen sampah yang
diangkut ke TPA, dan kemudian diolah menjadi kompos
diasumsi pada tahun 2008 sebesar 5%, dan meningkat
menjadi 10% pada tahun 2017. 9
Peningkatan Persen Pelayanan
Tahun Proyeksi Penduduk (Jiwa) % Dilayani

2008 569.537 67,50


2009 580.472 70,00
2010 591.617 72,50
2011 602.976 75,00
2012 614.553 77,50
2013 626.353 80,00
2014 638.379 82,50
2015 650.635 85,00
2016 663.128 87,50
2017 675.860 90,00
10
Skenario 3 (Optimum) Kota Tasikmalaya

1.000.000,00
Grafik
900.000,00
Perbandingan
800.000,00 Nilai Timbulan
Sampah (skenario
/tahun)

700.000,00

optimum)
3

600.000,00
Timbulan Sampah (m

500.000,00

400.000,00

300.000,00

200.000,00

100.000,00

0,00
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun

Total Timbulan Sampah Reduksi Pra Pengangkutan


Sampah Terangkut Daur-ulang dan Pengomposan di TPA
11
Arah Sistem Pengelolaan Sampah di Tasikmalaya
sampai Tahun 2017

12
Alternatif
Sub Sistem
Pengumpulan
Sampah
Rumah
Tangga

13
Mekanisme
Pengumpulan
Sampah
Pasar

TPA
CIANGIR

14
Arah Pengembangan
Sistem Penyapuan Sampah Jalan

15
Arah Pengembangan Pola Operasi Pelayanan Kebersihan
Daerah Komersial dan Fasilitas Umum

16
Rencana Operasi Pengelolaan Sampah Daerah
Komersil dan Fasilitas Umum Tahun 2008-2017

17
SISTEM PEMINDAHAN

 Perlu dikembangkan 4 (empat) alternatif TPS sesuai


dengan kebutuhan pengembangan, sbb:
 TPS Tipe-1 adalah TPS model Ram Kapasitas 2
kontainer 10 m3. TPS tipe ini merupakan rencana
pengembangan TPS Pasar dan TPS pemukiman yang
kritis.
 TPS Tipe-2 adalah TPS model RAM kapasitas 1
kontainer 10 m3 atau 6 m3.
 TPS Tipe-3 adalah TPS Pelataran
 TPS Tipe-4 adalah TPS Pelataran dengan fasilitas
pengomposan
18
SISTEM PEngangkutan
 Kendaraan pengangkut jenis arm-roll dengan steel kontainer 10
m3 dan atau 6 m3
 Faktor pemadatan yang diakibatkan karena proses pengumpulan
dan pemindahan ke dalam kendaraan pengangkutan = 200 kg/m3 :
300 kg/m3
 Frekuensi pengangkutan disesuaikan dengan timbulan di setiap
TPS. Minimal 2 rit per hari, maksimal 5 rit per hari
 Kapasitas angkut maksimum arm roll adalah 5 rit per hari atau 50
m3/hari pada densitas 200 kg/m3
 Kapasitas muat maksimum Steel Container 10 m3 pada densitas
300 kg/m3
 Zona pelayanan disusun berdasarkan zona pelayanan terkecil
yaitu pada tingkat kecamatan
 Masing-masing tingkat wilayah kecamatan akan mengoperasikan
armada angkutan sesuai dengan beban timbulan sampahnya
 Pengaturan jadwal pelayanan angkutan direncanakan sesuai
dengan zona pelayanan
 Rencana detail kebutuhan jumlah armada masing-masing zona
pelayanan berikut jadwalnya. 19
SISTEM PEngolahan
1.Sistem Pengomposan
 Pengomposan individual
 Pengomposan Komunal skala TPS
 Pengomposan Komunal skala TPA
2.Daur Ulang Sampah Anorganik
3.Sistem Pembuangan Akhir
 Dalam periode waktu 10 tahun mendatang,
tindakan di TPA diprioritaskan untuk
penataan lahan dalam tahap awal menuju
controlled landfill yang disertai dengan
pembangunan konstruksi optimalisasi fungsi
kolam pengolah lindi, perpipaan lindi, dan
perpipaan gas. 20
RENCANA MASA LAYAN TPA
Kebutuhan ruang penimbunan untuk tahun 2008 hingga
seterusnya minimal hingga tahun 2017,
direkomendasikan untuk:
 Tahap pertama dilakukannya usaha mining TPA, yang
mampu memperbesar ketersediaan ruang TPA
Ciangir.
 Tahap kedua ketika mining telah dilakukan dengan
optimal, maka selanjutnya evaluasi terhadap
program daur ulang perlu dilakukan untuk mengukur
efektifitas dan kemungkinan pengembangannya.
 Jika Kota Tasikmalaya konsisten melakukan
perintisan usaha pengelolaan sampah dengan
penerapan pengomposan dan integrasi SIDUS selama
tahun 2008-2017, maka dapat dipastikan daur ulang
dapat menjadi strategi utama pengelolaan sampah
Kota Tasikmalaya selepas tahun 2017.
21
FOTO UDARA TPA CIANGIR
KOTA TASIKMALAYA

LOKASI
TPA
CIANGIR

22
FOTO LOKASI DAN KEGIATAN DI
TPA CIANGIR KOTA TASIKMALAYA

23
BAB Vi

RENCANA PENGEMBANGAN
ASPEK KELEMBAGAAN,
PERATURAN DAN PERAN
SERTA MASYARAKAT

24
ASPEK KELEMBAGAAN
 ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH PUSAT
– UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah membawa
harapan bagi usaha untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta masyarakat.
– Untuk melaksanakannya ditetapkan kewenangan pemerintah
yakni melalui PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom,
termasuk didalamnya bahwa pengelolaan kebersihan/sampah
kota merupakan kewenangan daerah dan sebagai bagian dari
bidang pekerjaan umum.
– Berdasarkan PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, bidang Pekerjaan Umum
merupakan salah satu urusan wajib bagi pemerintah daerah.
– Sebagai tindak lanjut dari penyerahan kewenangan ini,
dikeluarkan PP No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, sebagai pedoman bagi daerah dalam membentuk
organisasi perangkat daerah untuk melaksanakan kewenangan
tersebut. 25
Perhitungan Besaran Organisasi

 Berdasarkan Bab V Peraturan Pemerintah


Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi
Perangkat Daerah, Besaran organisasi
perangkat daerah ditetapkan berdasarkan
variabel :
– Jumlah penduduk
– Luas wilayah; dan
– Jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD)

26
Perhitungan Besaran Organisasi kota
tasikmalaya

No Variabel Jumlah Kelas Interval Nilai

1 Jumlah 537.952 > 400.000 40


penduduk
2 Luas 171,56 km2 151-200 km2 28
wilayah
3 Jumlah 564.535.748.000 400.000.000.001 15
APBD sd
600.000.000.000
Jumlah - - 83

27
Perhitungan Besaran Organisasi kota
tasikmalaya

Berdasarkan perhitungan di atas, maka merujuk


kepada Pasal 21 Peraturan Pemerintah tersebut
besaran organisasi perangkat daerah memiliki nilai
lebih dari 70, maka Pemerintah Kota Tasikmalaya
terdiri dari :
• Sekretariat daerah, terdiri paling banyak 4 (empat)
asisten
• Sekretariat DPRD
• Dinas paling banyak 18 (delapan belas)
• Lembaga teknis daerah paling banyak 12 (dua belas)
• Kecamatan
• Kelurahan
28
Analisis kebijakan pemerintahan daerah

Orientasi struktur organisasi di Daerah adalah perampingan


organisasi dengan prinsip miskin struktur tetapi kaya fungsi.
Akibatnya akhir-akhir ini terjadi penyatuan lembaga-
lembaga dan Dinas daerah termasuk lembaga penyelenggara
kebersihan kota.

Lembaga pengelola kebersihan yang semula berbentuk Dinas


Tersendiri (Dinas Kebersihan) digabung atau disatukan
menjadi Dinas Kebersihan dan Pertamanan, atau Dinas
Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman, atau UPTD
Kebersihan dari Dinas Pemukiman dan Tata Wilayah atau
Dinas Cipta Karya, atau Seksi Kebersihan dalam Dinas
Lingkungan Hidup atau lainnya.
29
ANALISIS BEBAN KERJA
 Beban kerja yang dapat diukur adalah beban kerja
teknik operasional pelayanan yang meliputi:
– Pemeliharaan kebersihan jalan melalui kegiatan penyapuan
jalan.
– Pengumpulan sampah dari seluruh sumber sampah
(pemukiman, pasar, komersial, tempat umum, industri,
rumah sakit dan lain-lain).
– Pengangkutan sampah dari lokasi penampungan sementara
ke tempat pembuangan akhir.
– Pengelolaan tempat pembuangan akhir.
 Beban kerja yang diemban adalah:
– Perencanaan pengembangan teknologi yang diorientasikan
ke arah 4 R.
– Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat.
– Pembinaan dan pengaturan peran serta masyarakat/swasta.

30
ANALISIS KEBUTUHAN
 Kebutuhan Kapasitas Kelembagaan
yang Memadai
 Kebutuhan Struktur Organisasi
 Kebutuhan Koordinasi
 Kebutuhan Kerjasama antar
Stakeholder
 Kebutuhan Kapasitas Sumber Daya
Manusia
 Kebutuhan Kerjasama Antar Daerah

31
RENCANA PENGEMBANGAN
 Bentuk Lembaga
– Tahap Penyempurnaan Dinas
– Tahap Pembentukan Dinas Pengelola
Sampah Kota
– Tahap Pembentukan Badan Usaha Milik
Daerah Persampahan
– Penguatan Kelembagaan Non Pemerintah
dan Swasta Formal

32
Tahapan Pengembangan Bentuk Lembaga
Pengelola Kebersihan Kota Tasikmalaya

Penyempurnaan Dinas
Lingkungan Hidup dan Dinas Pengelola Sampah BUMD Pengelola Sampah
Pelayanan Kebersihan Kota Kota
(DLHPK)

2008-2010 2011-2015 2016

33
Struktur organisasi
 Peningkatan kapasitas dinas dengan
mengoptimalkan kewenangan, tugas pokok
dan fungsi
 Melakukan sosialisasi dekskripsi tugas baik
kepada instansi terkait,pihak swasta dan
masyarakat
 Penyusunan dan penetapan Struktur
Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) yang
memberikan kewenangan yang lebih luas
dalam hal pelayanan kebersihan.
 Perencanaan Pembentukan Dinas Pengelola
Sampah Kota.

34
BIDANG KOORDINASI KELEMBAGAAN
Koordinasi Perencanaan
Konsep kebijakan pengelolaan sampah Walikota, DPRD, Ormas, LSM
Penggunaan ruang fasilitas kebersihan Bapeda, Dinas Pekerjaan Umum
Konsep Teknik Operasional Pakar Persampahan, Akademisi dan Praktisi
Konsep Kelembagaan Bagian Organisasi
Konsep Pembiayaan Bagian Keuangan
Konsep Peraturan Bagian Hukum
Konsep Peran Serta masyarakat Bagian Humas, Tokoh Masyarakat, Ormas, LSM
Koordinasi dalam pelaksanaan pelayanan
Pengelolaan Kebersihan Pemukiman RT, RW, Lurah dan Camat, Ormas, LSM
Pengelolaan Kebersihan Jalan, saluran Dinas Pekerjaan Umum
Pengelolaan Kebersihan Pasar Dinas Pengelola Pasar/Industri dan Perdagangan
Pengelolaan Kebersihan Rumah Sakit Dinas Kesehatan
Pengelolaan Kebersihan Terminal/ Stasiun Dinas Perhubungan
Pengelolaan TPA Pengelola sampah Kota Tasikmalaya
Koordinasi dalam pengawasan pelayanan
Pengelolaan Kebersihan Pemukiman RT, RW, Lurah dan Camat, Ormas, LSM
Pengelolaan Kebersihan Jalan, saluran Dinas Pekerjaan Umum
Pengelolaan Kebersihan Pasar Dinas Pengelola Pasar/Industri dan Perdagangan
Pengelolaan Kebersihan Rumah Sakit Dinas Kesehatan
Pengelolaan Kebersihan Terminal dan Stasiun Dinas Perhubungan
Pengelolaan TPA Pengelola sampah Kota Tasikmalaya
Penerapan Peraturan Daerah Sat. Polisi Pamong Praja, PPNS 35
ASPEK PERATURAN
 Keputusan Walikota yang perlu segera
dikeluarkan adalah menyangkut :
– Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK)
– Tata cara Pemungutan dan Penyetoran
Retribusi Kebersihan, yang merupakan
penyempurnaan dari yang telah dikeluarkan.
Tata Cara dan Syarat-syarat Pemberian Ijin
Pengelola Sampah Selain Seksi Kebersihan.
– Tata Cara Pengelolaan Sampah di
Pemukiman, Jalan, Pasar, Fasos dan Fasum.
– Standar Pelayanan Minimal dan Standar
Operasional Prosedur Pelayanan Kebersihan
dan Pengelolaan Sampah

36
ASPEK PERATURAN
 Dalam jangka menengah perlu
dipersiapkan Peraturan Daerah yang
mengatur tentang :
– Pembentukan Dinas Pengelola
Kebersihan Kota/Pengelola Sampah
Kota Tasikmalaya.
– Tarif Penyelenggaraan Pengelolaan
Kebersihan Kota Tasikmalaya.
– Penyelenggaraan Pengelolaan
Sampah Kota Tasikmalaya.
– Kerjasama dengan Pihak Ketiga
dalam pengelolaan Sampah Kota.
37
ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT
 Perilaku yang diharapkan terbentuk adalah :
– Masyarakat mengerti dan memahami masalah
kebersihan lingkungan.
– Masyarakat turut serta aktif baik secara individu
atau berkelompok dalam mewujudkan kebersihan
lingkungan, tindakan nyata yang diharapkan
adalah :
– Masyarakat dapat memahami dan melaksanakan
tata cara pengelolaan sampah sesuai dengan yang
ditetapkan di Kota Tasikmalaya untuk
lingkungannya. Atau masyarakat diberi
keleluasaan untuk menentukan cara pengelolaan
sampah yang sesuia dengan wilayahnya, tetapi
tidak menyalahi aturan yang ditetapkan.
– Tumbuhnya kesadaran masyarakat akan
kewajibannya membayar retribusi.
38
METODE PERAN SERTA
MASYARAKAT
 Pendidikan lingkungan di masyarakat sekolah
dasar yang memaparkan perilaku positif
terhadap sampah.
 Pendidikan masyarakat dewasa melalui
media masyarakat.
 Memunculkan lokasi atau daerah
bersih/bebas sampah sebagai percontohan
dan bukti nyata bagi masyarakat.
 Mengangkat para inisiator untuk menjadi
media duplikasi dan penularan kebiasaan.
 Transparansi sistem pengelolaan kepada
masyarakat kota.
39
TAHAPAN PERAN SERTA
MASYARAKAT
 Menentukan wilayah target.
 Pembentukan kelompok penggerak dari
dalam wilayah.
 Identifikasi Potensi Wilayah.
 Proses pemaparan pengetahuan untuk
pembangkitan kesadaran warga.
 Participatory Planning on Solid Waste
Management.
 Operasional sistem.

40
BAB ViI

RENCANA PEMBIAYAAN

41
STRATEGI PEMBIAYAAN
 Masih rendahnya pelayanan pengelolaan
sampah, antara lain disebabkan oleh
kurangnya dana untuk membiayai kegiatan
operasional sehari-hari.
 Kegiatan operasional selama ini dibiayai dari
retribusi kebersihan dan subsidi pemerintah
kota (APBD).
 Rendahnya pendapatan yang berasal dari
retribusi disebabkan oleh masih melekatnya
anggapan bahwa pengelolaan sampah sebagai
pelayanan umum adalah tugas pemerintah
yang dibiayai dari berbagai pajak yang telah
dibayar masyarakat.

42
STRATEGI PEMBIAYAAN
 Upaya meningkatkan pendapatan untuk
membiayai pengelolaan sampah:
 Pemutakhiran (Up Dating) Data Wajib
Bayar Retribusi Kebersihan
 Penambahan Jumlah Petugas Pemungut
Retribusi Kebersihan
 Sistem Pemungutan Retribusi
 Sistem Kemitraan

43
Pemungutan Retribusi
Pengelolaan Sampah
Pelaksana
Rumah Tangga:
Penagihan/Pemungutan
•Pendapatan Tinggi
Retribusi Pengelolaan
•Pendapatan
Sampah :
Menengah
1. Bersatu dengan
•Pendapatan Sedang
rekening listrik PLN
•Pendapatan KAS
2 Bersatu dengan
Rendah DAERAH
rekening air PDAM
Komersial dan
3 Langsung oleh
Kantor:
pengelola sampah kota
•Pasar
4 Bekerjasama dengan
•Kegiatan Usaha
Kantor Pos
•Kantor pelayanan
5 Membayar kepada
RT/RW

44
Alur Hubungan Kemitraan Pembiayaan
Pengelolaan Sampah

Unit Usaha
Pengelola
Sampah

45
Alur Proses Daur Ulang Unit Usaha
Pengelolaan Sampah

46
Skenario Penerapan Unit Usaha Pengelolaan
Sampah
 Berkaitan dengan wilayah operasional Unit
Usaha (Koperasi)
 Berkaitan dengan teknologi produksi unit
usaha koperasi
 Berkaitan dengan organisasi dan manajemen
 Berkitan dengan keuangan
 Berkaitan dengan strategi
pengimplementasian unit usaha koperasi

47
PERHITUNGAN
PEMBIAYAAN
1. Biaya Investasi
 Investasi untuk sarana dan prasarana
penyapuan : 20% – 30%
 Investasi untuk sarana dan prasarana
pengumpulan dan pengangkutan : 30% - 40%
 Investasi untuk sarana dan prasarana
pembuangan akhir : 50% - 55%
2. Biaya Operasional dan Pemeliharaan
 Penyapuan : 10% - 20%
 Pengumpulan dan pengangkutan : 30% - 45%
 Pembuangan akhir : 30% - 35%

48
PERHITUNGAN
PEMBIAYAAN
 Perbandingan biaya operasional dan pemeliharaan
untuk kegiatan penyapuan, pengumpulan,
pengangkutan dan pembuangan akhir adalah:
 Penyapuan : 10% - 20%
 Pengumpulan & pengangkutan : 30% - 45%
 Pembuangan akhir : 30% - 45%
 Kisaran biaya satuan pengelolaan sampah adalah :
 Biaya penyapuan : Rp. 51.000 s.d. Rp. 100.000 per m3
 Biaya pengangkutan : Rp. 35.000 s.d. 65.000 per m3
 Biaya pemindahan : Rp. 15.000 s.d. 20.000 per m3
 Biaya pembuangan Rp. 8000 s.d. 15.000 per m3

49
Sumber-sumber Pendapatan Pengelolaan Sampah
dan Alokasi/Penggunaannya

Hasil tagihan jasa Digunakan untuk


1 pelayanan (retribusi) penyelenggaraan pelayanan
pengelolaan sampah dan kepada masyarakat pengguna
jasa (pemukiman, komersial,
pengguna jasa
perkantoran)

Hasil penerimaan daerah Digunakan untuk


selain retribusi (pajak, penyelenggaraan pelayanan
2 bantuan, hibah) kebersihan jalan kota, taman
kota, saluran air, dll.

50
Tarif Jasa Pelayanan/Retribusi Pengelolaan
Sampah
 Tarif retribusi dikenakan kepada:
 Pengguna jasa atau yang menikmati penyelenggaraan jasa
pelayanan di pemukiman dengan wajib bayar adalah setiap
rumah tangga.
 Pengguna jasa atau yang menikmati penyelenggaraan jasa
pelayanan di daerah komersil dengan wajib bayar setiap
pengusaha (hotel, restoran, took, super market, tempat
hiburan dan lain-lain.
 Pengguna jasa atau yang menikmati penyelenggaraan jasa
pelayanan di daerah perkantoran baik pemerintah maupun
swasta.
 Tariff jasa pelayanan dikenakan dengan prinsip
yang mengotori wajib membayar atau polluters pay
principle dan yang menikmati wajib membayar atau
beneficiary pay principle.
51
Perhitungan Kebutuhan Biaya Pengelolaan Sampah
Kota
 Dasar perhitungan:
 Jumlah penduduk Kota Tasikmalaya tahun 2008 – 2017
 Timbulan sampah kota (pemukiman & komersial) 2
liter/orang/hari x jumlah penduduk = …m3
 Timbulan sampah di jalan = 0.15 liter/orang/hari x jumlah
penduduk = …m3
 Asumsi timbulan sampah untuk pemukiman & komersial
sebesar 2 liter/orang/hari dan jalan sebesar 0.15
liter/orang/hari sama selama periode 2008-2017.
 Tingkat pelayanan …%
 Sampah terkelola ; pemukiman & komersial = % pelayanan
x timbulan sampah = …m3/hari
 Jalan = % pelayanan x timbulan sampah = ….m3/hari
 Dengan menggunakan satuan biaya minimal untuk masing-
masing kegiatan pelayanan.

52
Timbulan Sampah
Proyeksi
Tahun Penduduk Pemukima Pemukima Pemukima
Jalan
(Jiwa) n& Jalan n& Jalan n&
% Dilayani m3/tahu
komersial m3/hari komersial m3/hari komersial
n
(m3/hari) (m3/hari) (m3/thn)

2008 569537 2 0.15 67.50

1139 85 280,639 21048

2009 580472 2 0.15 70.00

1161 87 296,621 22247

2010 591617 2 0.15 72.50

1183 89 313,113 23483

2011 602976 2 0.15 75.00


53
Kebutuhan Biaya Pengelolaan Sampah Kota
Tasikmalaya Tahun 2008 - 2017
Satuan Biaya (Rp) Jumlah Kebutuhan Biaya/tahun (Rp)
Komponen Tahu
Satuan Volume
Pelayanan n
Minimal Maksimal Minimal Maksimal
1 2 3 4 5 6 7 = (4 x 5) 8 = (4 x6)
1. Penyapuan jalan 

Volume Sampah 2,104,800,000.0


hasil Sapuah 2008 m3 21048 51000 100000 1,073,448,000.00 0

2,224,700,000.0
  2009 m3 22247 51000 100000 1,134,597,000.00 0

2,348,300,000.0
  2010 m3 23483 51000 100000 1,197,633,000.00 0

2,476,000,000.0
  2011 m3 24760 51000 100000 1,262,760,000.00 0

2,607,600,000.0
  2012 m3 26076 51000 100000 1,329,876,000.00 0

2,743,400,000.0
  2013 m3 27434 51000 100000 1,399,134,000.00 0

54
2,883,500,000.0
Kebutuhan Biaya Pengelolaan Sampah Kota
Tasikmalaya Tahun 2008 - 2017
Satuan Biaya (Rp) Jumlah Kebutuhan Biaya/tahun (Rp)
Komponen
Tahun Satuan Volume
Pelayanan
Minimal Maksimal Minimal Maksimal
1 2 3 4 5 6 7 = (4 x 5) 8 = (4 x6)
2. Pengumpulan dan Pengangkutan 
Volume
Sampah 2008 m3 280,639 35000 65000 9,822,377,600.00 18,241,558,400.00

  2009 m3 296,621 35000 65000 10,381,741,650.00 19,280,377,350.00

  2010 m3 313,113 35000 65000 10,958,965,500.00 20,352,364,500.00

  2011 m3 330,129 35000 65000 11,554,527,600.00 21,458,408,400.00

  2012 m3 347,683 35000 65000 12,168,917,600.00 22,599,418,400.00

  2013 m3 365,790 35000 65000 12,802,655,250.00 23,776,359,750.00

  2014 m3 384,464 35000 65000 13,456,231,250.00 24,990,143,750.00

55
Satuan Biaya (Rp) Jumlah Kebutuhan Biaya/tahun (Rp)
Komponen
Tahun Satuan Volume
Pelayanan
Minimal Maksimal Minimal Maksimal
1 2 3 4 5 6 7 = (4 x 5) 8 = (4 x6)
3. Pembuangan Akhir 

Volume Sampah 2008 m3 280,639 8000 15000 2,245,114,880.00 4,209,590,400.00

  2009 m3 296,621 8000 15000 2,372,969,520.00 4,449,317,850.00

  2010 m3 313,113 8000 15000 2,504,906,400.00 4,696,699,500.00

  2011 m3 330,129 8000 15000 2,641,034,880.00 4,951,940,400.00

  2012 m3 347,683 8000 15000 2,781,466,880.00 5,215,250,400.00

  2013 m3 365,790 8000 15000 2,926,321,200.00 5,486,852,250.00

  2014 m3 384,464 8000 15000 3,075,710,000.00 5,766,956,250.00

  2015 m3 403,719 8000 15000 3,229,752,160.00 6,055,785,300.00

  2016 m3 423,573 8000 15000 3,388,584,080.00 6,353,595,150.00

  2017 m3 444,040 8000 15000 3,552,320,160.00 6,660,600,300.00

56
Satuan Biaya (Rp) Jumlah Kebutuhan Biaya/tahun (Rp)
Komponen
Tahun Satuan Volume
Pelayanan
Minimal Maksimal Minimal Maksimal
1 2 3 4 5 6 7 = (4 x 5) 8 = (4 x6)
Total
Kebutuhan Vol smph + vol pengumpulan +
Biaya/tahun 2008 pembuangan akhir thn 2008 13,140,940,480.00 24,555,948,800.00
Vol smph + vol pengumpulan +
2009 pembuangan akhir thn 2009 13,889,308,170.00 25,954,395,200.00
Vol smph + vol pengumpulan +
2010 pembuangan akhir thn 2010 14,661,504,900.00 27,397,364,000.00
Vol smph + vol pengumpulan +
2011 pembuangan akhir thn 2011 15,458,322,480.00 28,886,348,800.00
Vol smph + vol pengumpulan +
2012 pembuangan akhir thn 2012 16,280,260,480.00 30,422,268,800.00
Vol smph + vol pengumpulan +
2013 pembuangan akhir thn 2013 17,128,110,450.00 32,006,612,000.00
Vol smph + vol pengumpulan +
2014 pembuangan akhir thn 2014 18,002,526,250.00 33,640,600,000.00
Vol smph + vol pengumpulan +
2015 pembuangan akhir thn 2015 18,904,146,860.00 35,325,421,600.00
Vol smph + vol pengumpulan +
2016 pembuangan akhir thn 2016 19,833,807,430.00 37,062,640,800.00
Vol smph + vol pengumpulan +
2017 pembuangan akhir thn 2017 20,792,173,860.00 38,853,501,600.00

57
BAB ViIi

PENUTUP:
REKOMENDASI

58
Langkah penyelesaian persampahan

1) Mengurangi volume timbulan sampah dengan


menggunakan konsep 4 R (Reduce, Reuce, Recycle
dan Recovery);
2) Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha;
3) Peningkatan peran antar pemerintah daerah dalam
pengelolaan persampahan seperti regionalisasi
pengelolaan sampah khususnya kota metropolitan
dan kota besar;
4) Pengembangan teknologi baru dan tepat guna yang
masih terjangkau oleh masyarakat dan dunia usaha;
5) Perbaikan struktur kelembagaan dan peningkatan
profesionalisme pengelola sampah;
6) Peningkatan kampanye hidup bersih dan sehat.
59
Tasikmalaya

Masyarakat Kota Tasikmalaya

60
PRIORITAS 2007
 Penataan struktur organisasi Bidang Penanganan dan Pelayanan
Kebersihan di bawah DLHPK, beserta penguatan lembaga
tersebut khususnya dalam manajemen penarikan retribusi
 Pendataan swakelola RT/RW dan pengelola swasta, untuk
menghimpun basis data potensi retribusi, sekaligus membuat
perjanjian atau kontrak kerja sama pengelola dan penarikan
retribusi
 Perbaikan Perda untuk penataan struktur organisasi Bidang
Penanganan dan Pelayanan Kebersihan di bawah Dinas PU
 Perbaikan Perda untuk penataan perangkat pengelolaan sampah
Kota Tasikmalaya
 Sosialisasi Perda mengenai retribusi beserta mekanisme
penarikan retribusi.
 Persiapan program pengomposan.
 Penelusuran lokasi contoh “kawasan bersih”.
 Persiapan ke arah terbentuknya kerjasama penataan TPA
Ciangir.
61
PRIORITAS 2008
 Persiapan pembentukan Dinas Kebersihan, meliputi:
penyusunan Perda pembentukan lembaga, dan
pembentukan SOTK, penguatan kelembagaan dan
sumber daya manusia
 Pemantauan kinerja sistem penarikan retribusi
 Monitoring kinerja swakelola RT/RW dan pengelola
swasta
 Pelaksanaan operasi pengomposan
 Pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat
sebagai suatu program rutin Bidang Penanganan dan
Pelayanan Kebersihan Kota Tasikmalaya, bekerja
sama dengan LSM dan atau LPM.

62
PRIORITAS 2011
 Sosialisasi bentuk lembaga hingga ke struktur
terbawah, menunjukkan tugas dan
kewenangan Pemerintah di tingkat
Kecamatan bahkan Kelurahan dalam
pengelolaan sampah.
 Pelaksanaan pengelolaan TPA bersama,
dengan monitoring sistem operasi dan
manajemen pengelola TPA.

63
PRIORITAS 2012
 Penarikan retribusi
 Efektifitas pengelolaan, ditinjau dari
perkembangan jumlah swakelola RT/RW,
pengelola swasta dan keterangkutan sampah
ke TPA oleh Dinas
 Kinerja mekanisme minimasi sampah
terangkut, yaitu terhadap pengomposan dan
perberdayaan SIDUS
 Pelaksanaan program pemberdayaan
masyarakat dalam kerangka menciptakan
Kawasan Bersih.

64
PRIORITAS 2013
 Monitoring terhadap seluruh
aktivitas yang telah ditetapkan
sejak tahun 2008.

65
66

Anda mungkin juga menyukai