Anda di halaman 1dari 29

MODEL PRAKTEK Kelompok 4

KEPERAWATAN
PROFESIONAL (MPKP)
Oleh:

Rice Dwi Oktavia (1711114044)


Rima Eka Setiawati (1711113684)
Riska Apriani (1711113595)
Salsabila Putri Aulia (1711113677)
Sangkot Hani Rizki (1711122842)
Setiasima Br. Situmorang (1711114023)
Shindy Yurisca (1711122220)
Susilawati (1711114034)
Siti Febryza Indra (1711113658)
Siti Khairunnisa (1711122277)
Syntia Eka Putri (1711113719)
Tia Pratiwi (1711123099)
Vania Utami Salsabila (1711113985)
Vidia Humaira (1711113930)
Vivi Dwiyani (1711121838)
Wahyu Sofyan Salim (1711114005)
Wulan Dari (1711113724)
Yantris Suha (1711114035)
SKENARIO 2
"Perencanaan Metode Penugasan Perawat di Ruang Rawat Inap"
A. Metode Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

Hoffart dan Woods dalam Arsad Suni (2018), mendefinisikan MPKP sebagai suatu sistem yang
meliputi struktur, proses, dan nilai profesional yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan dan mengatur lingkungan untuk menunjang asuhan
keperawatan.

Adapun tujuan dibentuknya MPKP dalam suatu ruangan, yaitu :


1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan
oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap tim keperawatan.
6. Meningkatkan mutu askep melalui penataan sistem pemberian asuhan keperawatan.
7. Memberikan kesempatan kepada perawat untuk belajar melaksanakan praktik keperawatan
profesional.
8. Menyediakan kesempatan kepada perawat untuk mengembangkan penelitian keperawatan
(Murwani & Herlambang, 2012).
B. Pengembangan dan Pengorganisasian MPKP

Menurut Afandi (2016) Lima sub sistem dalam pengembangan MPKP adalah sebagai berikut:
1. Nilai-Nilai Profesional Sebagai Inti Model
Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga, menjadi partner dalam
memberikan asuhan keperawatan.
2. Pendekatan Manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi yang jelas ant ara PP
dan PA
3. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi keperawatan
primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP
4. Hubungan Professional
Hubungan antar professional dilakukan oleh PP. PP yang paling mengetahui perkembangan
kondisi klien sejak awal masuk
5. Sistem Kompensasi Dan Penghargaan
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan keperawatan yang
dilakukan sebagai asuhan yang profesional
B. Pengembangan dan Pengorganisasian MPKP

Struktur organisasi ruang MPKP :


Struktur organisasi ruang MPKP menggunakan sistem penugasan tim-primer keperawatan. Ruang
MPKP dipimpin oleh kepala ruangan yang membawahi dua atau lebih ketua tim. Ketua tim
berperan sebagai perawat primeer membawahi beberapa perawat pelaksana yang memberikan
asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok pasien.
B. Pengembangan dan Pengorganisasian MPKP
Mekanisme Pelaksanaan Pengorganisasian di Ruang MPKP:
1. Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 tim dan tiap tim diketuai oleh
seorang ketua tim yang terpilih melalui riset.
2. Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua tim mengatur jadwal tim dinas
3. Kepala ruangan membagi pasien untuk masing-masing tim
4. Apabila suatu ketika satu tim kekurangan perawat pelaksana karena kondisi tertentu,
kepala perawat dapat memindahkan perawat pelaksana ke tim yang mengalami
kekurangan tenaga kesehatan
5. Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift apabila karena sesuatu hal kepala
perawat tidak dapat bertugas. Untuk itu yang dipilih adalah perawat yang paling
kompenten dari perawat yang ada.
6. Ketua tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien
7. Ketua tim mengendalikan askep yang diberikan kepada pasien baik yang diterapkan oleh
dirinya maupun oleh perawat pelaksana anggota timnya
8. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dilakukan oleh ketua tim. Bila ketua tim sedang tidak
dapat bertugas maka tanggung jawab di delegasikan kepada perawat yang paling kompeten
yang ada di dalam tim
9. Masing-masing tim memiliki buku komunikasi
10. Perawat pelaksana melaksanakan askep kepada pasien dan menjadi tanggung jawabnya.
C. Jenis-Jenis Model Asuhan Keperawatan dalam MPKP

Menurut Nursalam (2014), ada beberapa model praktik keperawatan yaitu :


1. Praktik Keperawatan Rumah Sakit
perlu dikembangkan pengertian praktik keperawatan rumah sakit dan lingkup cakupannya
sebagai bentuk praktik keperawatan profesional, seperti proses dan prosedur registrasi, dan
legislasi keperawatan.
2. Praktik Keperawatan Rumah
Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan pelayanan/asuhan
keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan rumah sakit.
3. Praktik Keperawatan Berkelompok
Bentuk praktik keperawatan ini dapat mengatasi berbagai bentuk masalah keperawatan yang
dihadapi oleh masyarakat dan dipandang perlu di masa depan.
4. Praktik Keperawatan Individual
Perawat profesional senior dan berpengalaman secara sendiri/perorangan membuka praktik
keperawatan dalam jam praktik tertentu untuk memberi asuhan keperawatan, khususnya
konsultasi dalam keperawatan bagi masyarakat yang memerlukan
C. Jenis-Jenis Model Asuhan Keperawatan dalam MPKP

Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) menurut Nursalam (2011) ada lima :
1. Fungsional
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan satu atau
dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya, merawat luka) kepada semua pasien di bangsal.
Kelebihan metode fungsional:
a. Sederhana dan efisien
b. Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu
Kelemahan metode fungsional :
c. Prioritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang menekankan pada
pemenuhan kebutuhan holistic
d. Mutu asuhan keperawatan sering terabaikan karena pemberian askkep terfragmentasi.
C. Jenis-Jenis Model Asuhan Keperawatan dalam MPKP

2. MAKP Tim
Metode ini perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional,
teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Kelebihan metode tim :
a. Saling member pengalaman antar sesama tim
b. Pasien dilayani secara komprehensif
Kelemahan metode tim :
c. Antar tim tidak mengetahui kondisi pasien yang bukan tanggung jawabnya.
d. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada sutuasi sibuk rapat tim ditiadakan atau
terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan miskomunikasi
C. Jenis-Jenis Model Asuhan Keperawatan dalam MPKP

3. MAKP Primer
Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Keuntungan metode PP :
a. Mendorong kemandirian perawat
b. Ada keterikatan pasien dengan perawat selama perawatan
Kelemahan metode PP :
c. Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
d. Hanya dapar dilakukan oleh perawat professional
C. Jenis-Jenis Model Asuhan Keperawatan dalam MPKP

4. MAKP Kasus
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi dalam memberikan asuhan keperawatan khusus
seperti kasus isolasi dan intensive care.

5. Modifikasi: MAKP tim-primer.


Model MAKP tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua sistem.
D. Kelebihan dan Kekurangan MPKP

Menurut Sitorus (2006) terdapat kelebihan dan kekurangan dalam menggunakan metode MPKP
dalam suatu ruangan rawat, yaitu :
Kelebihan MPKP
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
Kekurangan MPKP
c. Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi tim, membutuhkan waktu
dimana sulit melaksanakannya pada waktu-waktu sibuk
d. Beban kerja tinggi
E. Tingkatan dan Struktur Organisasi MPKP

Menurut Sitorus (2006) dalam Nursalam (2014), kategori MPKP dapat diklasifikasikan
berdasarkan tingkat pendidikan Perawat Primer (PP) menjadi :
1. MPKP Pemula
Jumlah SDM (ketenagaan) sesuai kebutuhan, S1/Ners (1 : 25-30 klien), DIII keperawatan sebagai
perawat primer pemula, DIII keperawatan sebagai PA. Dokumentasi keperawatan mengacu
standar rencana perawatan masalah aktual.
2. MPKP tingkat I
MPKP tingkat I, PP adalah S1/Ners, agar PP dapat memberikan asuhan keperawatan
berdasarkan ilmu dan teknologi, diperlukan kemampuan seorang ners spesialis yang akan
berperan sebagai clinical case manager (CCM).
3. MPKP tingkat II
Praktik keperawatan pada tingkat ini diharapkan mampu memberikan modifikasi keperawatan
primer/asuhan keperawatan profesional tingkat II.
4. MPKP tingkat III
Praktik keperawatan diharapkan mampu memberikan modifikasi keperawatan primer/asuhan
keperawatan profesional tingkat III.
E. Tingkatan dan Struktur Organisasi MPKP

Struktur Organisasi MPKP :


Struktur dari ruang MPKP yaitu meliputi kepala ruang, ketua tim dan perawat pelaksana dan
ditambah satu tenaga administrasi. Khusus untuk ruang MPKP memiliki struktur terdapat kepala
ruang, ketua tim dan perawat pelaksana dimana perawat pelaksana berada dibawah ketua tim
dan ketua tim di bawah kepala ruang berbeda dari ruang non-MPKP dimana tidak terdapat
ketua tim sehingga kepala ruang langsung membawahi perawat pelaksana.
F. Langkah-Langkah Membentuk MPKP dan Menyusun Rancangan MPKP

1. Tahap Persiapan
a. Pembentukan Tim
b. Rancangan Penilaian Mutu
c. Presentasi MPKP
d. Penempatan Tempat Implementasi MPKP
e. Penetapan Tenaga Keperawatan
f. Penetapan Jenis Tenaga
g. Pengembangan Standar rencana asuhan Keperawatan.
h. Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan
F. Langkah-Langkah Membentuk MPKP dan Menyusun Rancangan MPKP

2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut ini (Sitorus, 2006) :
a. Pelatihan tentang MPKP
b. Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan konferensi.
c. Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan ronde dengan
porawatasosiet (PA).
d. Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar renpra.
e. Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi dengan klien/keluarga.
f. Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus dalam tim.
g. Memberi bimbingan kepada CriticalCareManager (CCM) dalam membimbing PP dan PA.
h. Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi keperawatan.
F. Langkah-Langkah Membentuk MPKP dan Menyusun Rancangan MPKP

3. Tahap Evaluasi
Evluasi hasil (outcome) dapat dilakukan dengan (Sitorus, 2006) :
a. Memberika instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap klien pulang.
b. Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai berdasarkan dokumentasi.
c. Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang rawat).
d. Penilaian rata-rata lama hari rawat.
4. Tahap Lanjut
Agar implementasi MPKP memberikan dampak yang lebih optimal, perlu disertai dengan
implementasi substansi keilmuan keperawatan.
G. Visi dan Misi MPKP

Visi
Merupakan pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasiitu terbentuk serta tujuan
organisasi tersebut. Visi di MPKP adalah mengoptimalkan kemampuan kepada klien.

Misi
Merupakan pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalammencapai visi yang telah
ditetapkan. ( siagiran, 2007)
H. Menyusun MPKP

a. Tahap Persiapan
1) Pembentukan Tim
2) Rancangan Penilaian Mutu
3) Presentasi MPKP
H. Menyusun MPKP

b. Tahap Pelaksanaan
1) Pelatihan tentang MPKP Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang
terlibat di ruang yang sudah ditentukan.
2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan konferensi.
3) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan ronde dengan
porawat asosiate (PA).
4) Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar rencana asu
5) Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi dengan
klien/keluarga. han keperawatan
6) Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus dalam tim
7) Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam membimbing PP
dan PA. emberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus dalam tim
8) Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi keperawatan
H. Menyusun MPKP

c. Tahap Evaluasi
1) Memberikan instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap
klien pulang.
2) Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai
berdasarkan dokumentasi.
3) Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang rawat).
4) Penilaian rata-rata lama hari rawat.
d. Tahap Lanjut
1) MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I.
2) MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II.
3) MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III.
I. Pelayanan Mutu

Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan.


pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas
sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk
menjamin kualitas serta pengevaluasian penampilan. Langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam pengendalian meliputi :
1. Menetapkan standard an menetapkan metode pengukuran prestasi kerja
2. Melakukan pengukuran prestasi kerja
3. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
4. Mengambil tindakan korektif
I. Pelayanan Mutu

Dalam pelayanan mutu dapat dinilai dari BOR dan LOS tiap ruangan dengan rumus :
1. Penghitungan Tempat Tidur Terpakai ( BOR )
Bed occupancy rate adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat
tidur rumah sakit. Standar internasional BOR dianggap baik adalah 80 – 90 % sedangkan
standar nasional BOR adalah 70 – 80 %.
Rumus penghitungan BOR sbb:  
Jumlah hari perawatan
x 100 %
Jumlah TT x jumlah hari persatuan waktu
 
Keterangan:
a. Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu hari kali jumlah hari
dalam satu satuan waktu.
b.Jumlah hari per satuan waktu. Kalau diukur per satu bulan, maka jumlahnya 28 – 31 hari,
tergantung jumlah hari dalam satu bulan tersebut.
I. Pelayanan Mutu

2. Penghitungan Rata-rata Lama Rawat (ALOS)


Average Length of Stay (ALOS) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini di
samping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosa tertentu yang dijadikan tracer ( yang perlu
pengamatan lebih lanjut ). Secara umum AvLOS yang ideal antara 6 – 9 hari.
Di MPKP pengukuran ALOS dilakukan oleh kepala ruangan yang dibuat setiap bulan dengan rumus
sbb :  
Jumlah hari perawatan pasien keluar

Jumlah pasien keluar (hidup+mati)


Keterangan:
a. Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien keluar hidup atau
mati dalam satu periode waktu.
b.Jumlah pasien keluar(hidup atau mati): jumlah pasien yang pulang atau meninggal dalam satu
periode waktu.
J. Tugas dan Fungsi Tenaga Kesehatan Dalam MPKP

Menurut Sitorus (2006) berikut tugas dan tanggung jawab masing-masing kepala ruangan, CCM,
PP dan PA dalam ruangan MPKP.
1. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Ruangan
a. Mengatur diskusi dengan staf untuk ememcahkan masalah di ruangan.
b. Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah di ruangan.
2. Tugas dan tanggung jawab CCM
c. Membimbing PP pada implementasi MPKP
d. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA
3. Tugas dan tanggung jawab PP
e. Melakukan kontrak klien dan keluarga pada awal masuk ruangan
f. Melakukan pengkajian terhadap pasien baru
4. Tugas dan tanggung jawab PA
g. Membaca renpra yang telah ditetapkan PP
h. Membina hubungan terapeutik dengan klien / keluarga
K. Kriteria Ketergantungan Pasien

1. Kategori I: Minimal care/perawatan minimal (1-2 jam/24 jam)


Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi
emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan
pengobatan biasanya ringan dan simple.
Kriteria:
a. Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri
b. Makan dan minum dilakukan sendiri
2. Kategori II: Partial care/perawatan parsial (3-4 jam/24 jam)
Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital, periksa urin reduksi, fungsi
fisioogis, status emosional, kelancaran drainage dan infuse. Pasien memerlukan bantuan
pendidikan kesehatan untuk support emosi 5-10 menit/shift atau 30-60 menit/shift dengan
mengobservasi side efek obat atau reaksi alergi.
Kriteria:
c. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
d. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
K. Kriteria Ketergantungan Pasien

3. Kategori III: Total care/perawatan total (5-6 jam/24 jam)


Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri, semua dibantu oleh perawat,
penampilan sakit berat. Pasien memerlukan observasi terus-menerus.
Kriteria:
a. Semua keperluan pasien dibantu
b. Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 2 jam
L. Bentuk Komunikasi Pada MPKP di Ruang Rawat

1. Timbang Terima
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien
2. Preconference
Preconfrence adalah komunikasi yang dilakukan antara ketua tim dan perawat pelaksana yang
dilakukan setelah perawat-perawat dalam ruangan MPKP melakukan operan.
3. Postconference
Poscofrenceadalah komunikasi antara ketua tim dan perawat pelaksana yang membahas hasil-
hasil kegiatan sepanjang jadwal dinas dan dilakukan sebelum dilakukannya operan kepada
jadwal dinas berikutnya.
4. Manajemen Konflik
penyelesaian konflik yang dianjurkan adalah dengan melakukan kolaborasi, karena cara ini
dapat untuk memuaskan kedua belah pihak yang sedang mengalami konflik.
5. Pendelegasian
Pendelegasian dalam ruangan MPKP dilaksanakan dalam bentuk pendelegasian kepala
ruangan kepada perawat primer atau ketua tim, dan perawat primer atauketua tim kepada
perawat pelaksana atau perawat asosiet.

Anda mungkin juga menyukai