KEPERAWATAN
PROFESIONAL (MPKP)
Oleh:
Hoffart dan Woods dalam Arsad Suni (2018), mendefinisikan MPKP sebagai suatu sistem yang
meliputi struktur, proses, dan nilai profesional yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan dan mengatur lingkungan untuk menunjang asuhan
keperawatan.
Menurut Afandi (2016) Lima sub sistem dalam pengembangan MPKP adalah sebagai berikut:
1. Nilai-Nilai Profesional Sebagai Inti Model
Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga, menjadi partner dalam
memberikan asuhan keperawatan.
2. Pendekatan Manajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi yang jelas ant ara PP
dan PA
3. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi keperawatan
primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP
4. Hubungan Professional
Hubungan antar professional dilakukan oleh PP. PP yang paling mengetahui perkembangan
kondisi klien sejak awal masuk
5. Sistem Kompensasi Dan Penghargaan
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan keperawatan yang
dilakukan sebagai asuhan yang profesional
B. Pengembangan dan Pengorganisasian MPKP
Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) menurut Nursalam (2011) ada lima :
1. Fungsional
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan satu atau
dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya, merawat luka) kepada semua pasien di bangsal.
Kelebihan metode fungsional:
a. Sederhana dan efisien
b. Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu
Kelemahan metode fungsional :
c. Prioritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang menekankan pada
pemenuhan kebutuhan holistic
d. Mutu asuhan keperawatan sering terabaikan karena pemberian askkep terfragmentasi.
C. Jenis-Jenis Model Asuhan Keperawatan dalam MPKP
2. MAKP Tim
Metode ini perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional,
teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Kelebihan metode tim :
a. Saling member pengalaman antar sesama tim
b. Pasien dilayani secara komprehensif
Kelemahan metode tim :
c. Antar tim tidak mengetahui kondisi pasien yang bukan tanggung jawabnya.
d. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada sutuasi sibuk rapat tim ditiadakan atau
terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan miskomunikasi
C. Jenis-Jenis Model Asuhan Keperawatan dalam MPKP
3. MAKP Primer
Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Keuntungan metode PP :
a. Mendorong kemandirian perawat
b. Ada keterikatan pasien dengan perawat selama perawatan
Kelemahan metode PP :
c. Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
d. Hanya dapar dilakukan oleh perawat professional
C. Jenis-Jenis Model Asuhan Keperawatan dalam MPKP
4. MAKP Kasus
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi dalam memberikan asuhan keperawatan khusus
seperti kasus isolasi dan intensive care.
Menurut Sitorus (2006) terdapat kelebihan dan kekurangan dalam menggunakan metode MPKP
dalam suatu ruangan rawat, yaitu :
Kelebihan MPKP
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
Kekurangan MPKP
c. Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi tim, membutuhkan waktu
dimana sulit melaksanakannya pada waktu-waktu sibuk
d. Beban kerja tinggi
E. Tingkatan dan Struktur Organisasi MPKP
Menurut Sitorus (2006) dalam Nursalam (2014), kategori MPKP dapat diklasifikasikan
berdasarkan tingkat pendidikan Perawat Primer (PP) menjadi :
1. MPKP Pemula
Jumlah SDM (ketenagaan) sesuai kebutuhan, S1/Ners (1 : 25-30 klien), DIII keperawatan sebagai
perawat primer pemula, DIII keperawatan sebagai PA. Dokumentasi keperawatan mengacu
standar rencana perawatan masalah aktual.
2. MPKP tingkat I
MPKP tingkat I, PP adalah S1/Ners, agar PP dapat memberikan asuhan keperawatan
berdasarkan ilmu dan teknologi, diperlukan kemampuan seorang ners spesialis yang akan
berperan sebagai clinical case manager (CCM).
3. MPKP tingkat II
Praktik keperawatan pada tingkat ini diharapkan mampu memberikan modifikasi keperawatan
primer/asuhan keperawatan profesional tingkat II.
4. MPKP tingkat III
Praktik keperawatan diharapkan mampu memberikan modifikasi keperawatan primer/asuhan
keperawatan profesional tingkat III.
E. Tingkatan dan Struktur Organisasi MPKP
1. Tahap Persiapan
a. Pembentukan Tim
b. Rancangan Penilaian Mutu
c. Presentasi MPKP
d. Penempatan Tempat Implementasi MPKP
e. Penetapan Tenaga Keperawatan
f. Penetapan Jenis Tenaga
g. Pengembangan Standar rencana asuhan Keperawatan.
h. Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan
F. Langkah-Langkah Membentuk MPKP dan Menyusun Rancangan MPKP
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut ini (Sitorus, 2006) :
a. Pelatihan tentang MPKP
b. Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan konferensi.
c. Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan ronde dengan
porawatasosiet (PA).
d. Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar renpra.
e. Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi dengan klien/keluarga.
f. Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus dalam tim.
g. Memberi bimbingan kepada CriticalCareManager (CCM) dalam membimbing PP dan PA.
h. Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi keperawatan.
F. Langkah-Langkah Membentuk MPKP dan Menyusun Rancangan MPKP
3. Tahap Evaluasi
Evluasi hasil (outcome) dapat dilakukan dengan (Sitorus, 2006) :
a. Memberika instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap klien pulang.
b. Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai berdasarkan dokumentasi.
c. Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang rawat).
d. Penilaian rata-rata lama hari rawat.
4. Tahap Lanjut
Agar implementasi MPKP memberikan dampak yang lebih optimal, perlu disertai dengan
implementasi substansi keilmuan keperawatan.
G. Visi dan Misi MPKP
Visi
Merupakan pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasiitu terbentuk serta tujuan
organisasi tersebut. Visi di MPKP adalah mengoptimalkan kemampuan kepada klien.
Misi
Merupakan pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalammencapai visi yang telah
ditetapkan. ( siagiran, 2007)
H. Menyusun MPKP
a. Tahap Persiapan
1) Pembentukan Tim
2) Rancangan Penilaian Mutu
3) Presentasi MPKP
H. Menyusun MPKP
b. Tahap Pelaksanaan
1) Pelatihan tentang MPKP Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang
terlibat di ruang yang sudah ditentukan.
2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan konferensi.
3) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan ronde dengan
porawat asosiate (PA).
4) Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar rencana asu
5) Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi dengan
klien/keluarga. han keperawatan
6) Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus dalam tim
7) Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam membimbing PP
dan PA. emberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus dalam tim
8) Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi keperawatan
H. Menyusun MPKP
c. Tahap Evaluasi
1) Memberikan instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap
klien pulang.
2) Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai
berdasarkan dokumentasi.
3) Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang rawat).
4) Penilaian rata-rata lama hari rawat.
d. Tahap Lanjut
1) MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I.
2) MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II.
3) MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III.
I. Pelayanan Mutu
Dalam pelayanan mutu dapat dinilai dari BOR dan LOS tiap ruangan dengan rumus :
1. Penghitungan Tempat Tidur Terpakai ( BOR )
Bed occupancy rate adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat
tidur rumah sakit. Standar internasional BOR dianggap baik adalah 80 – 90 % sedangkan
standar nasional BOR adalah 70 – 80 %.
Rumus penghitungan BOR sbb:
Jumlah hari perawatan
x 100 %
Jumlah TT x jumlah hari persatuan waktu
Keterangan:
a. Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu hari kali jumlah hari
dalam satu satuan waktu.
b.Jumlah hari per satuan waktu. Kalau diukur per satu bulan, maka jumlahnya 28 – 31 hari,
tergantung jumlah hari dalam satu bulan tersebut.
I. Pelayanan Mutu
Menurut Sitorus (2006) berikut tugas dan tanggung jawab masing-masing kepala ruangan, CCM,
PP dan PA dalam ruangan MPKP.
1. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Ruangan
a. Mengatur diskusi dengan staf untuk ememcahkan masalah di ruangan.
b. Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah di ruangan.
2. Tugas dan tanggung jawab CCM
c. Membimbing PP pada implementasi MPKP
d. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA
3. Tugas dan tanggung jawab PP
e. Melakukan kontrak klien dan keluarga pada awal masuk ruangan
f. Melakukan pengkajian terhadap pasien baru
4. Tugas dan tanggung jawab PA
g. Membaca renpra yang telah ditetapkan PP
h. Membina hubungan terapeutik dengan klien / keluarga
K. Kriteria Ketergantungan Pasien
1. Timbang Terima
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien
2. Preconference
Preconfrence adalah komunikasi yang dilakukan antara ketua tim dan perawat pelaksana yang
dilakukan setelah perawat-perawat dalam ruangan MPKP melakukan operan.
3. Postconference
Poscofrenceadalah komunikasi antara ketua tim dan perawat pelaksana yang membahas hasil-
hasil kegiatan sepanjang jadwal dinas dan dilakukan sebelum dilakukannya operan kepada
jadwal dinas berikutnya.
4. Manajemen Konflik
penyelesaian konflik yang dianjurkan adalah dengan melakukan kolaborasi, karena cara ini
dapat untuk memuaskan kedua belah pihak yang sedang mengalami konflik.
5. Pendelegasian
Pendelegasian dalam ruangan MPKP dilaksanakan dalam bentuk pendelegasian kepala
ruangan kepada perawat primer atau ketua tim, dan perawat primer atauketua tim kepada
perawat pelaksana atau perawat asosiet.