Bahasa Melayu dipakai oleh kerajaan Sriwijaya pada abad VII. Hal ini
terbukti dengan adanya empat buah batu bertulis peninggalan
kerajaan Sriwijaya. Keempat batu bersurat itu ditemukan di Kedukan
Bukit (680), di Talang Tuwo (dekat Palembang) (684), di Kota Kapur
(Bangka Barat) (686), di Karang Berahi (Jambi) (688). Bukti lain
ditemukan di Pulau Jawa yaitu di Kedu. Di situ ditemukan sebuah
prasasti yang terkenal bernama inskripsi Gandasuli (832)
Berdasarkan penyelidikan Dr. J.G. De Casparis dinyatakan bahwa
bahasanya adalah bahasa Melayu kuno dengan adanya dialek
Melayu Ambon, Timor, Manado, dsb.
B. Masa Kolonial
Ketika orang-orang barat sampai di Indonesia pada abad XVII,
mereka menghadapi suatu kenyataan bahwa bahasa Melayu
digunakan sebagai bahasa resmi dalam pergaulan dan bahasa
perantara dalam perdagangan.
Ketika bangsa Portugis maupun bangsa Belanda mendirikan
sekolah-sekolah, mereka terbentur dalam soal bahasa pengantar.
Usaha menerapkan bahasa Portugis dan Belanda sebagai bahasa
pengantar mengalami kegagalan. Demikian pengakuan Belanda
Dancerta tahun 1631. Ia mengatakan bahwa kebanyakan sekolah
di Maluku memakai bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.
C. Masa Pergerakan Kebangsaan
Pada waktu timbulnya pergerakan kebangsaan terasa perlu adanya suatu bahasa
nasional, untuk mengikat bermacam-macam suku bangsa di Indonesia. Suatu
pergerakan yang besar dan hebat hanya dapat berhasil kalau semua rakyat
diikutsertakan. Untuk itu, mereka mencari bahasa yang dapat dipahami dan dipakai
oleh semua orang. Pada mulanya agak sulit untuk menentukan bahasa mana yang
akan menjadi bahasa persatuan., tetapi mengingat kesulitan-kesulitan untuk
mempersatukan berbagai suku bangsa akhirnya pada 1926 Yong Java mengakui dan
memilih bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.
Dengan adanya bermacam-macam faktor seperti tersebut di atas, akhirnya pada
tanggal 28 Oktober 1928, yaitu saat berlangsungnya Kongres Pemuda Indonesia di
Jakarta dihasilkan ikrar bersama, “Ikrar Sumpah Pemuda”.
• Kami putra-putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu – Tanah air
Indonesia.
• Kami putra-putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia.
• Kami putra-putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
D. Masa Jepang dan Zaman Kemerdekaan
Setelah Perang Dunia II, ketika tentara Jepang
memasuki Indonesia, bahasa Indonesia telah
menduduki tempat yang penting dalam perkembangan
bahasa Indonesia. Usaha Jepang untuk menggunakan
bahasa Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda tidak
terlaksana. Bahasa Indonesia juga dipakai sebagai
bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan dan
untuk keperluan ilmu pengetahuan.