Anda di halaman 1dari 50

TEMU 4:

Mekanisme Penatausahaan Pelaksanaan


APBN
Dr. Donny Maha Putra, M.Ak
Mekanisme
Penatausahaan
Pelaksanaan APBN
Konsep Keuangan
NEGARA
Pemisahan Kewenangan

Menteri/Pimpinan Lembaga Selaku COO Menteri Keuangan Selaku CFO

Pembuatan Pengujian & Perintah


Pengujian Pencairan Dana
Komitmen Pembebanan Pembayaran

Kewenangan Administratif Kewenangan Kebendaharaan

4
Alur Pelaksanaan APBN

5
Pejabat
Perbendaharaan
Definisi Pejabat Perbendaharaan
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

Pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan
anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan tindakan yang dapat
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara.

Pejabat Penanda tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)

Pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian atas permintaan pembayaran dan
menerbitkan perintah pembayaran.

Bendahara Pengeluaran

Orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan
uang untuk keperluan Belanja Negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/Satuan Kerja Kementerian
Negara/Lembaga Pemerintah Nonkementerian.
7
Kuasa Pengguna Anggaran

Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA berwenang:


 menunjuk kepala Satker yang berstatus Pegawai Negeri Sipil untuk melaksanakan kegiatan
Kementerian Negara/Lembaga sebagai KPA; dan
 menetapkan Pejabat Perbendaharaan Negara lainnya, yaitu PPK dan PPSPM

Penunjukan Kepala Satker sebagai KPA bersifat ex-officio.

Kewenangan PA untuk menetapkan PPK dan PPSPM dilimpahkan kepada KPA.

Setiap terjadi pergantian jabatan kepala Satker, setelah serah terima jabatan pejabat kepala Satker yang baru
langsung menjabat sebagai KPA.

8
Kuasa Pengguna Anggaran

 PA dapat menunjuk pejabat lain selain kepala Satker sebagai KPA dlm hal:
 Satker dipimpin oleh pejabat yang bersifat komisioner;
 Satker dipimpin oleh pejabat Eselon I atau setingkat Eselon I;
 Satker sementara;
 Satker yang pimpinannya mempunyai tugas fungsional; atau
 Satker Lembaga Negara.
 Dalam hal Satker yang pimpinannya bukan PNS, PA dapat menunjuk :
1. Pejabat lain yang berstatus PNS sebagai KPA.
2. Kepala Satker sebagai KPA dengan mempertimbangkan efektivitas dalam pelaksanaan dan pertanggungjawaban
anggaran, pelaksanaan kegiatan, dan pencapaian output/kinerja yang ditetapkan dalam DIPA, setelah terlebih dahulu
mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan.
Contoh:
A. Satker A, Kepala Satkernya bukan PNS, pejabat di bawah kepala Satker adalah PNS. Maka pejabat di bawah
Kepala Satker dapat ditunjuk sebagai KPA.
B. Satker B, Kepala Satkernya bukan PNS, terdapat PNS yang jabatan rendah atau dianggap tidak mampu menjadi
KPA. Maka Kepala Satker yang bukan PNS dapat ditunjuk sebagai KPA.

9
Tugas dan Wewenang Kuasa Pengguna Anggaran

1. Menyusun DIPA
2. Menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran
belanja Negara
3. Menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan menerbitkan SPM atas beban
anggaran belanja Negara
4. Menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan pengelola
anggaran/keuangan
5. Menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana
6. Memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan penarikan dana
7. Mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan
dan anggaran
8. Menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan peraturan
perundang-undangan

10
Tanggung Jawab Kuasa Pengguna Anggaran

1. Mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana


2. Merumuskan standar operasional agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa
sesuai dengan ketentuan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah
3. Menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agar proses penyelesaian
tagihan atas beban APBN dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
4. Melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan dan pengadaan
barang/jasa sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA
5. Melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatan perjanjian/kontrak
pengadaan barang/jasa dan pembayaran atas beban APBN sesuai dengan
keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA serta rencana yang telah
ditetapkan
6. Merumuskan kebijakan agar pembayaran atas beban APBN sesuai dengan
keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA
7. Melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi atas pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran dalam rangka penyusunan laporan keuangan

11
Tugas dan Wewenang PPK

1. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan


dana berdasarkan DIPA
2. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
3. Membuat, menandatangani dan melaksanakan
perjanjian/kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa
4. Melaksanakan kegiatan swakelola
5. Memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/kontrak yang
dilakukannya
6. Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak
7. Menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih
kepada negara
8. Membuat dan menandatangani SPP
9. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA
12
Tugas dan Wewenang PPK

10. Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan Berita Acara
Penyerahan
11. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan
12. Menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa
13. Memastikan telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh pihak yang
mempunyai hak tagih kepada negara
14. Mengajukan permintaan pembayaran atas tagihan berdasarkan prestasi kegiatan
15. Memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaian tagihan kepada negara
16. Menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada penyedia barang/jasa

13
Tugas dan Wewenang PPSPM

1. Menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung


2. Menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi persyaratan
untuk dibayarkan
3. Membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan
4. Menerbitkan SPM
5. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih
6. Melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepada KPA
7. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan
pengujian dan perintah pembayaran

14
Tugas dan Tanggung Jawab Bendahara Pengeluaran

Tugas Bendahara Pengeluaran


Bendahara Pengeluaran melaksanakan tugas kebendaharaan atas uang/surat berharga yang
berada dalam pengelolaannya, yang meliputi:
a. Uang/surat berharga yang berasal dari UP dan Pembayaran LS melalui Bendahara
Pengeluaran; dan
b. Uang/surat berharga yang bukan berasal dari UP, dan bukan berasal dari Pembayaran LS
yang bersumber dari APBN.

Tanggung Jawab Bendahara Pengeluaran


 Bertanggung jawab secara pribadi atas uang/surat berharga yang berada dalam
pengelolaannya.
 Bertanggung jawab secara fungsional atas pengelolaan uang/surat berharga yang menjadi
tanggung jawabnya kepada Kuasa BUN.

15
Tugas Kebendaharaan Bendahara Pengeluaran

1. Menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang/surat


berharga dalam pengelolaannya
2. Melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK
3. Menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan
4. Melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari
pembayaran yang dilakukannya
5. Menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas
negara
6. Mengelola rekening tempat penyimpanan UP
7. Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala KPPN
selaku kuasa BUN

16
Penyelesaian
Tagihan Kepada
Negara
Pembuatan Komitmen

 Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPA yang mengakibatkan


pengeluaran negara, dilakukan melalui pembuatan komitmen.
 Pembuatan komitmen dilakukan dalam bentuk:
 Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa; dan/atau
 Penetapan keputusan
 Pembuatan komitmen melalui penetapan keputusan yang mengakibatkan
pengeluaran negara antara lain untuk:
 pelaksanaan belanja pegawai;
 pelaksanaan perjalanan dinas yang dilaksanakan secara swakelola;
 pelaksanaan kegiatan swakelola, termasuk pembayaran honorarium kegiatan;
dan
 pelaksanaan belanja bantuan sosial dalam bentuk transfer uang kepada
penerima bantuan.
Pencatatan Komitmen oleh KPPN

 Atas perjanjian/kontrak yang akan dibayar melalui SPM-LS, PPK mencatatkan perjanjian/kontrak dan menyampaikan paling
lambat 5 hari kerja setelah ditandatangani perjanjian/kontrak tersebut ke KPPN yang meliputi data:
 nama dan kode Satker serta uraian fungsi/subfungsi, program, kegiatan, output, dan akun yang digunakan
 nomor Surat Pengesahan dan tanggal DIPA
 nomor, tanggal, dan nilai perjanjian/kontrak yang telah dibuat oleh Satker
 uraian pekerjaan yang diperjanjikan
 data penyedia barang/jasa yang tercantum dalam perjanjian/kontrak antara lain nama rekanan, alamat rekanan, NPWP, nama
bank, nama, dan nomor rekening penerima pembayaran
 jangka waktu dan tanggal penyelesaian pekerjaan serta masa pemeliharaan apabila dipersyaratkan;
 ketentuan sanksi apabila terjadi wanprestasi
 addendum perjanjian/kontrak apabila terdapat perubahan data pada perjanjian/kontrak tersebut
 cara pembayaran dan rencana pelaksanaan pembayaran:
 sekaligus (nilai ............ rencana bulan ......); atau
 secara bertahap (nilai ............ rencana bulan ......).

 Alokasi dana yang sudah tercatat dan terikat dengan perjanjian/kontrak tidak dapat digunakan lagi untuk kebutuhan lain.
 Data perjanjian/kontrak dalam Kartu Pengawasan Kontrak KPPN, digunakan untuk menguji kesesuaian tagihan yang tercantum
pada SPM.
Pengujian Berdasarkan Kewenangan

Pengujian Wetmatigheid
 Kesesuaian terhadap ketentuan perundang-undangan
 Ketersediaan pagu anggaran
Pengujian Rechmatigheid
 Keabsahan penerima pembayaran secara formal berdasarkan bukti tagihan/pengeluaran

Pengujian Doelmatigheid
 Kesesuaian dengan tujuan pengeluaran

20
Pelaksanaan Pengujian Pembayaran

KPA  tanggung jawab manajerial

PPK
Uji administratif dan material  tanggung jawab material

PPSPM
Uji administratif  tanggung jawab formal

Bendahara Pengeluaran
Uji administratif  tanggung jawab formal

21
Pengujian oleh PPK

1. Uji kelengkapan dokumen perikatan dan tagihan


2. Uji kebenaran nilai tagihan

3. Uji hasil pekerjaan/barang


4. Uji ketersediaan dana

22
Pengujian oleh PPSPM

1. Uji kelengkapan SPP dan dokumen pendukungnya


2. Uji kesesuaian dokumen perikatan dengan berita acara
3. Uji keabsahan tagihan
4. Uji ketersediaan dana
5. Uji pembebanan pembayaran

23
Pengujian oleh Bendahara Pengeluaran

1. Uji Perintah Bayar

2. Uji keabsahan dokumen pembayaran

3. Uji ketersediaan pagu dalam DIPA

4. Uji ketersediaan dana (Kas)

24
Mekanisme Pembayaran

Diutamakan dengan pembayaran langsung (LS)


Pembayaran yang dilakukan langsung kepada Bendahara
Pengeluaran/penerima hak lainnya atas dasar perjanjian kerja, surat
keputusan, surat tugas atau surat perintah kerja lainnya melalui penerbitan
Surat Perintah Membayar Langsung.

Dalam hal LS tidak bisa maka pembayaran dilakukan dengan Uang Persediaan
(UP)
Khusus komitmen dalam rangka PBJ, Pembayaran tidak boleh dilakukan sebelum
barang/jasa diterima.
Jika PBJ yang karena sifatnya harus dilakukan pembayaran terlebih dahulu, pembayaran atas
beban APBN dapat dilakukan sebelum barang/jasa diterima dengan penyedia barang/jasa
terlebih dahulu menyampaikan jaminan atas uang pembayaran yang akan dilakukan.

25
Karakteristik LS dan UP

Pembayaran LS
Penerima, jumlah dan waktu pembayaran sudah jelas

Pembayaran UP
 Untuk pembayaran yang tidak dilakukan dengan LS
 Untuk keperluan kantor dan nilainya kecil

26
Mekanisme Pembayaran LS

Pembayaran LS ditujukan kepada:


 Penyedia barang/jasa atas dasar perjanjian/kontrak;
 Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya untuk keperluan belanja pegawai non
gaji induk, pembayaran honorarium, dan perjalanan dinas atas dasar surat
keputusan.

27
Mekanisme Pembayaran LS

Pembayaran tagihan kepada penyedia barang/jasa dilaksanakan berdasarkan bukti yang sah
meliputi:
 Bukti perjanjian/kontrak;
 Referensi Bank (nama dan nomor rekening penyedia barang/jasa);
 Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;
 Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;
 Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan;
 Berita Acara Pembayaran;
 Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan PPK;
 Faktur pajak beserta SSP yang telah ditandatangani oleh WP/BP;
 Jaminan yang dikeluarkan oleh bank umum, perusahaan penjaminan atau perusahaan asuransi sesuai ketentuan
PBJ pemerintah; dan/atau
 Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk perjanjian/kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya
bersumber dari PHDN/PHLN.

Khusus jaminan berupa surat jaminan uang muka, dilengkapi dengan Surat Kuasa
bermaterai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN untuk mencairkan jaminan.

28
Mekanisme Pembayaran LS

Pembayaran tagihan kepada Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya


dilaksanakan berdasarkan bukti yang sah meliputi:
a. Surat Keputusan;
b. Surat Tugas/Surat Perjalanan Dinas;
c. Daftar penerima pembayaran; dan/atau
d. Dokumen pendukung lainnya sesuai ketentuan.

29
Mekanisme Penerbitan SPP LS

SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 4
(empat) hari kerja setelah dokumen pendukung diterima secara lengkap dan benar.

SPP-LS untuk pembayaran gaji induk/bulanan diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat
tanggal 5 sebelum bulan pembayaran.

Dalam hal tanggal 5 tersebut merupakan hari libur atau hari yang dinyatakan libur, penyampaian SPP-LS kepada
PPSPM dilakukan paling lambat pada hari kerja sebelum tanggal 5.

SPP-LS untuk pembayaran non belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5
(lima) hari kerja setelah dokumen pendukung diterima secara lengkap dan benar dari penerima hak.
Definisi dan Sifat Uang Persediaan

Uang Persediaan (UP) adalah uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang
diberikan kepada Bendahara Pengeluaran untuk membiayai kegiatan
operasional sehari-hari Satker atau membiayai pengeluaran yang menurut sifat
dan tujuannya tidak mungkin dilakukan melalui mekanisme pembayaran
langsung.

UP digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan operasional sehari-hari


Satker dan membiayai pengeluaran yang tidak dapat dilakukan melalui
mekanisme Pembayaran LS.

31
Definisi dan Sifat Uang Persediaan

UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN kepada Bendahara


Pengeluaran yang dapat dimintakan penggantiannya (revolving).

Pembayaran dengan UP yang dapat dilakukan oleh Bendahara


Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu) penerima/ penyedia barang/jasa paling
banyak sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) kecuali untuk
pembayaran honorarium dan perjalanan dinas.

32
Definisi dan Sifat Uang Persediaan

Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP yang ada pada
Kas Bendahara Pengeluaran/BPP paling banyak sebesar Rp.50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah).
UP dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran:
 Belanja Barang;
 Belanja Modal; dan
 Belanja Lain-lain.

33
Definisi dan Sifat Uang Persediaan

Bendahara Pengeluaran melakukan penggantian (revolving) UP yang telah


digunakan sepanjang dana yang dapat dibayarkan dengan UP masih tersedia
dalam DIPA.
Penggantian UP dilakukan apabila UP telah dipergunakan paling sedikit 50%
(lima puluh persen).
Setiap Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) mengajukan penggantian UP
melalui Bendahara Pengeluaran, apabila UP yang dikelolanya telah
dipergunakan paling sedikit 50% (lima puluh persen).

34
Besaran UP

KPA mengajukan UP kepada KPPN sebesar kebutuhan operasional Satker dalam 1


(satu) bulan yang direncanakan dibayarkan melalui UP.

Pemberian UP diberikan paling banyak:


a. Rp. 50.000.000,- untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan melalui UP sampai
dengan Rp. 900.000.000;
b. Rp.100.000.000 untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan melalui UP diatas
Rp. 900.000.000 sampai dengan Rp. 2.400.000.000;
c. Rp.200.000.000 untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan melalui UP diatas
Rp. 2.400.000.000 sampai dengan Rp.6.000.000.000; atau
d. Rp.500.000.000 untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan melalui UP diatas
Rp. 6.000.000.000.

Persetujuan perubahan besaran UP dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah


Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

35
Definisi dan Sifat TUP

Tambahan uang persediaan (TUP) adalah uang muka yang diberikan kepada Bendahara
Pengeluaran untuk kebutuhan yang sangat mendesak dalam 1 (satu) bulan melebihi
pagu UP yang telah ditetapkan

KPA dapat mengajukan TUP kepada Kepala KPPN dalam hal sisa UP pada Bendahara
Pengeluaran tidak cukup tersedia untuk membiayai kegiatan yang sifatnya
mendesak/tidak dapat ditunda.

KPA dapat mengajukan permintaan TUP untuk kebutuhan melebihi waktu 1 (satu) bulan dengan
pertimbangan kegiatan yang akan dilaksanakan memerlukan waktu melebihi 1 (satu) bulan.

36
Definisi dan Sifat TUP

Syarat penggunaan TUP:


a. digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal
SP2D diterbitkan; dan
b. tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan dengan pembayaran LS.

TUP harus dipertanggungjawabkan dalam waktu 1 (satu) bulan dan dapat dilakukan
secara bertahap.

Sisa TUP yang tidak habis digunakan harus disetor ke Kas Negara paling lambat 2 (dua)
hari kerja setelah batas waktu.

37
Definisi dan Sifat TUP

Untuk perpanjangan pertanggungjawaban TUP melampaui 1 (satu) bulan, KPA


mengajukan permohonan persetujuan kepada Kepala KPPN.

Persetujuan perpanjangan pertanggungjawaban TUP diberikan dengan pertimbangan:


a. KPA harus mempertanggungjawabkan TUP yang telah dipergunakan; dan
b. KPA menyampaikan pernyataan kesanggupan untuk mempertanggungjawabkan
sisa TUP tidak lebih dari 1 (satu) bulan berikutnya.

38
Pembayaran oleh Bendahara/BPP
1. Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas UP berdasarkan Surat Perintah Bayar (SPBy) yang
dilampiri bukti2 pengeluaran yang disetujui dan ditandatangani oleh PPK.
2. Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran merupakan uang muka kerja, SPBy dilampiri:
 rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
 rincian kebutuhan dana; dan
 batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja;
3. Berdasarkan SPBy yang diterimanya, Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan:
 pengujian atas tagihan pada SPBy; dan
 pemungutan/pemotongan pajak/bukan pajak atas tagihan dalam SPBy yang diajukan dan menyetorkan ke kas
negara.
4. Dalam hal pengujian SPBy tidak memenuhi persyaratan, Bendahara Pengeluaran/BPP harus menolak SPBy
yang diajukan oleh PPK.
5. Dalam hal sampai batas waktu pertanggungjawaban , penerima uang muka kerja belum menyampaikan bukti
pengeluaran, Bendahara Pengeluaran/BPP menyampaikan permintaan tertulis agar penerima uang muka kerja
segera mempertanggungjawabkan uang muka kerja.

39
Pertanggungjawaban UP

Pertanggungjawaban penggunaan UP terdiri:


 Ganti uang persediaan (GUP)
Untuk melakukan pengisian kembali UP
 Ganti uang persediaan Nihil (GUP Nihil)
Untuk pengesahan/pertanggungjawaban UP
PPK menerbitkan SPP-GUP/GUP Nihil
Sisa dana dalam DIPA yang dapat dilakukan pembayaran dengan UP minimal sama
dengan nilai UP yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran.

40
Pertanggungjawaban UP

Penerbitan SPP-GUP Nihil dilakukan dalam hal:


a. sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP minimal sama dengan besaran UP yang
diberikan;
b. sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada akhir tahun anggaran; atau
c. UP tidak diperlukan lagi.

SPP-GUP/GUP Nihil disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah bukti-bukti
pendukung diterima secara lengkap dan benar.

Jangka waktu penerbitan SPM:


 SPP-UP/TUP diselesaikan paling lambat 2 (dua) hari kerja;
 SPP-GUP diselesaikan paling lambat 4 (empat) hari kerja;
 SPP-PTUP diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja.
Dalam hal PPSPM menolak/mengembalikan SPP karena dokumen pendukung tagihan tidak lengkap
dan benar, maka PPSPM harus menyatakan secara tertulis alasan penolakan/pengembalian tersebut
paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya SPP.

41
Pengelolaan
Keuangan Yang
Optimal
Tepat Waktu

3T Tepat Jumlah

Tepat Penerima
Pengelolaan
Keuangan Yang
Optimal
Efektivitas Belanja

Efektivitas
3E Penyusunan bukti

Efektivitas Pengujian

43
TEPAT WAKTU
- Waktu PENYERAHAN Barang/Pekerjaan sesuai yang diperjanjiakan.
- Time Frame Penyelesaian Tagihan

JENIS SPP/SPM/SP2D
PARA PIHAK YANG
TERKAIT LS
UP/ TUP GUP ISI GUP NIHIL LS NBP
BP
PENERIMA HAK/PPABP/ Bend - HK - HK - HK 5/5 HK - HK
Pengeluaran

KPA/PPK 2/2 HK 5/2 HK 5/2 HK 5/2 HK 4/2 HK

PP-SPM 2/2 HK 4/2 HK 3/2 HK 5/2 HK 5/2 HK

PENYAMPAIAN SPM 2 HK 2 HK 2 HK 2 HK 2 HK
KPPN 1 JAM 1 JAM 1 JAM 1 JAM 1 JAM
JUMLAH HK MAKSIMAL 10 15 14 26 15
HK HK HK HK HK

44
Tepat Jumlah
 Jumlah yang dibayarkan
 Benar perhitungan
 Sesuai dengan spesifikasi barang
 Harga yang layak

Tepat Penerima
 Kepada Penerima Sesuai SK
 Kepada rekanan/pihak ketiga yang tercantum dalam SPK/Kontrak

45
Efektivitas Belanja

Ketepatan Penggunaan Mekanisme LS dan UP


 Prinsip Pembayaran dilakukan langsung kepada penerima
 Uang Persediaan untuk Kas Kecil yang dipergunakan untuk Keperluan Sehari-hari
 Maksimalkan Penggunaan UP sebelum mengajukan TUP
 TUP untuk keperluan mendesak dan tidak rutin
 Pembayaran per bukti tidak boleh melampaui 50 Juta

Ketepatan Pengadaan
 Paket Pekerjaan Yang Rasional
 Pemilihan Jenis Pengadaan
 Maksimalkan e-procurement
Ketepatan Pembebanan
 Sesuai dengan Akun dalam BAS
 Sesuai dengan Kelompok Akun dalam DIPA
 Bila tidak sesuai lakukan revisi
46
Efektivitas Pengujian

1. Pengujian Kelengkapan SPP

 Ada SPP
 Ada SPTB
 Ada Kuitansi/Kontrak/Perjanjian
 Ada BA Serah Terima Pekerjaan
 Ada BA Penerimaan Barang/Pekerjaan
 Ada SK
 Ada Daftar
 Perlu dibuat checklist kelengkapan sebagai tanda terima SPP

2. Pengujian Kebenaran Tagihan

 Pengujian muatan/materi kuitansi/ kontrak/perjanjian


 Nama Penerima, Jumlang Uang, Nomor Rekening, Keperluan Pembayaran dsb harus sama antara SPTB dengan
kuitansi/kontrak/perjanjian
 Jumlah yang dibayar di sesuaikan dengan pembayaran per termin dan BAST

47
Efektivitas Pengujian

3. Pengujian Ketersediaan Dana

 Pagu dalam DIPA tidak boleh dilampaui


 Padu dalam POK/Kertas Kerja tidak boleh dilampaui
 Sesuaikan pengeluaran pada bukti pengeluaran dengan akun yang dibebankannya

4. Pengujian Tujuan Pengeluaran

 Pengeluaran harus mengarah pada output yang telah ditetapkan.


 Pengeluaran perlu dilihat bukti fisiknya.

48
Referensi

• PMK 178/PMK.05/2018 Tentang Peraturan Kementerian


Keuangan (PMK) tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 Tentang Tata Cara
Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara
• PMK 190/PMK.05/2012 Tentang Tata Cara Pembayaran Dalam
Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai