Anda di halaman 1dari 31

Failure Analysis Report on

ESMA 2 Flowline Spool


Nama Kelompok 4 :
Gede Jovial Jumaniana Jaya (1805531047)
Dicky Mahaputra Dewayana (1805531050)
I Nyoman Dwiky Dartawan Putra Nugraha (1805531063)
kita akan mengalisa dampak dari penetrasi yang berlebihan di jalur root
terhadap umur pipa dengan menganalisis penyebab rusaknya salah
satu jaringan gas di satu perusahaan minyak besar di mesir 10 tahun
yang lalu
ESMA
ESMA adalah sumur produksi minyak dan gas
yang mengalami kegagalan pada pipa yang
diameter 4”.yang gagal pada 14 Oktober 2004.
Sumur tersebut telah beberapa kali ditutup sejak
penyelesaiannya akibat kebocoran pada sistem
produksi.

di kedalaman sekitar 50 meter di bawah


permukaan laut dengan kebocoran gas dan
pemeriksaan pertama mengasumsikan
kebocoran itu berasal dari zona las.
Skematik welding dari saluran ESMA itu sendiri terdiri dari 8 pengelasan
yang ditandai dengan symbol W1 – W8. Material ini mengalami kegagalan
pada bagian W3. Meskipun demikian, pada pengelasan yang lainnya pun
mengalami korosi sehingga akan mempengaruhi kinerja material tersebut.
Analisa Awal terjadinya Kegagalan Material
• Setelah dilakukan Analisa penyebab kegagalan yang terjadi,
didapatkan:
• Tidak ada korosi atau retak di permukaan luar tabung (kecuali bagian
lasan yang rusak )
• Pemeriksaan internal tabung menunjukkan adanya korosi di kedua
sisi area lasan dan di beberapa lasan korosi meluas hingga kedalaman
lasan itu sendiri seperti yang ditunjukkan pada gambar
Analisa Awal terjadinya Kegagalan Material
• Pemeriksaan internal pada beberapa
pengelasan yang relatif baru
menunjukkan adanya ketidakteraturan
di zona akar (root) .serta adanya
penetrasi berlebih di beberapa area
selain erosi di kedua sisi undercut akar
las.
Analisa Awal terjadinya Kegagalan Material
• Tidak ada general corrosion yang diamati pada permukaan bagian dalam
tabung. Analisis terhadap dua sampel produk korosi, satu dari bagian dalam
tabung dan yang lainnya dari kedalaman daerah korosi di samping lasan,
menunjukkan adanya konsentrasi senyawa sulfur dan senyawa klor di
kedalaman daerah korosi. .
Penyebab terjadinya kegagalan
• Penetrasi yang berlebihan ke dalam lasan dan ketidakteraturan garis
akar menyebabkan turbulensi dan pusaran gas pada kedua sisi lasan
dan pada tingkat yang lebih besar pada sisi yang berlawanan dengan
arah aliran gas.
• Slurring di garis akar
• arus eddy gas menyebabkan pembentukan area sempit dan celah
dengan kedalaman yang berbeda di kedua sisi lapisan.
Efek Yang ditimbulkan
Munculnya celah yang dalam dan sempit ini menyebabkan peningkatan konsentrasi zat
asam seperti sulfat dan klorida, dan kemudian perubahan tingkat pH di daerah tersebut,
yang menyebabkan awal terjadinya korosi kimia. korosi yang pada lasan diakibatkanjuga
oleh korosi mekanis (pusaran arus dan turbulensi dalam pergerakan gas) selain korosi
kimia yang diakibatkan oleh peningkatan keasaman di beberapa area.
Efek Yang ditimbulkan
• Korosi ini menyebabkan pengurangan ketebalan lasan dan dengan
demikian menyebabkan pemisahan bagian tabung.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini, kegagalan ESMA dapat dikaitkan
dengan:
• kecepatan penetrasi general corrosion karena
operasi pengelasan yang tidak tepat pada lasan
root.
• Penetrasi arc busur las yang dilemahkan dan /
atau kelebihan arc las akar, dan pemasukan
panas yang tinggi juga bisa menjadi penyebab
utama kondisi aliran turbulen lokal yang
tercipta di sekitar lasan lingkar dan
mengakibatkan kegagalan korosi erosi yang
dipercepat ini. Melalui struktur heterogen,
tekanan termal HAZ dan garis fusi.
Gambar pengelasan dimana penetrasi pada root berlebihan
Perpatahan yang terjadi
Metode pengelasan berkualitas dalam proses pengelasan dan pemeriksaan akar
las sebelum operasi.

Dalam pengerjaan las, perlu mengetahui metode pengelasan yang berkualitas


agar material yang dilas dapat bekerja secara optimal, berikut adalah beberapa
metode las diantaranya:
Stick/Arc welding (SMAW)

Pengelasan busur paling baik digunakan pada logam berat dengan ukuran 4mm ke atas dan
digunakan untuk memperbaiki alat berat, pemasangan baja, dan pengelasan pipa serta
industri manufaktur dan konstruksi.
Metal Inert Gas (MIG) welding
or GMAW

Pengelasan MIG bekerja dengan baik


dengan berbagai paduan seperti baja
tahan karat, aluminium, perunggu
silikon, magnesium, tembaga, dan nikel.
Ini digunakan dalam perbaikan otomotif,
konstruksi, pipa ledeng, robotika,
fabrikasi dan perbaikan maritim.
Tungsten Inert Gas (TIG) welding or GTAW

TIG menghasilkan las berkualitas tinggi dan


bebas percikan dari berbagai paduan yang bisa
sangat tipis. Namun, ini membutuhkan operator
yang sangat terampil dan gas pelindung eksternal
dan tidak bekerja pada bahan yang berkarat atau
kotor. Pengelasan TIG paling baik digunakan
dalam pengelasan kedirgantaraan, pembuatan
kendaraan, sepeda motor dan sepeda, pipa dan
pengelasan presisi tinggi.
Sehingga pada kegagalan dalam ESMA
tersebut kami merekomendasikan menggunakan
metode GTAW.
Flux-Cored Arc Welding

Metode pengelasan ini mirip dengan


SMAW kecuali metode ini
menggunakan fluks berisi kawat
tubular sebagai pengganti kawat
padat. Itu bisa berpelindung diri atau
berpelindung ganda dengan gas
eksternal tambahan. Ini digunakan
dalam pengelasan material tebal,
perbaikan alat berat, dan konstruksi
serta dalam pemasangan baja.
Pemeriksaan dan Pengujian Las
Pemeriksaan proses pengelasan dilakukan untuk menjamin kualitas hasil lasan
yang dibuat sesuai dengan ketentuan, dan standard yang digunakan.
Pemeriksaan tersebut dilakukan selama proses pengelasan (sebelum
pengelasan, selama pengelasan dan setelah pengelasan). Pemeriksaan yang
dilakukan sebelum pengelasan diantaranya:

• Pemeriksaan pada kesiapan peralatan las, seperti pada sumber listrik,


aksesoris yang diperlukan, alat bantu pengelasan, dan lainnya.
• Memastikan penggunaan elektroda atau logam pengisi yang akan
digunakan sudah sesuai dengan spesifikasi yang tercantum pada WPS,
termasuk memastikan kesesuaian gas selubung yang akan digunakan
pada proses pengelasan apabila akan melakukan pengelasan
menggunakan proses yang mengharuskan penggunaan gas selubung.
• Persiapan desain pengelasan (sudut bevel, root opening,
root face), kebersihan atau kehalusan permukaan benda
kerja, welding fitup.
• Memastikan persiapan untuk pengkondisian lasan, seperti
pemanasan mula, pemanasan akhir, dan perlakuan panas
setelah las yang akan dilakukan.
• Pemeriksaan pada persiapan juru las yang akan
melakukan proses pengelasan. Pemeriksaan ini termasuk
pada status kualifikasi, kemampuan, dan pengalaman
juru las.
Keseluruhan persiapan sebelum pengelasan diperiksa dan pelaksanaannya harus
diobservasi. Selama proses pengelasan, pemeriksaan yang harus dilakukan yaitu:

• Kesesuaian penerapan proses pengelasan terhadap variabel WPS


seperti perlakuan panas, parameter las (arus, tegangan, kecepatan
pengelasan, tahapan jalur las, dan posisi pengelasan) pengerjaan
pengelasan. 
• Dilakukan observasi pada tiap lapisan jalur las untuk melihat tampilan
hasil lasan dan memeriksa kemungkinan munculnya distorsi pada
lasan.

Pemeriksaan pada hasil akhir pengelasan yang paling dasar dilakukan adalah
dengan pemeriksaan visual (VT). Pemeriksaan visual dilakukan dengan
mengobservasi hasil tampilan dan bentuk lasan. Pemeriksaan tersebut
diantaranya pada bentuk manik las, bentuk dan kedalaman penetrasi las, cacat
yang mungkin terbentuk, dan kesempurnaan fusi.
PENGUJIAN HASIL PENGELASAN

Setelah proses pemeriksaan visual, perlu dilakukan pengujian pada


hasil lasan. Pengujian tersebut terbagi dalam dua proses utama yaitu
proses destruktif dan proses non-destruktif.

Pengujian Destruktif
Pengujian Kimia (Chemical Tests)
Pengujian destruktif dilakukan
dengan pengambilan spesimen uji Pengujian kimia dilakukan untuk
dari produk hasil lasan, tidak pada mengetahui sifat logam las dengan
produk keseluruhan (kecuali pada metode analisis kimia kandungan logam,
produk berukuran kecil) dan uji korosi, dan uji hidrogen terfusi.
dilakukan pengujian yang bersifat
merusak terhadap spesimen uji
tersebut.
Pengujian Mekanikal (Mechanical Tests)
Pengujian mekanikal dilakukan untuk mengukur sifat dari logam
yang telah dilas:

• Uji Tarik (Tensile Test); Pengujian untuk mengukur kekuatan akhir dari
sambungan las kampuh.
• Uji Tekan (Bend Test); Dilakukan untuk mengukur tingkat kebaikan struktur
dan elastisitas sambungan las kampuh.
• Uji Kekerasan (Hardness Test); Pengujian ini dilakukan untuk mengukur
kekerasan, baik ketahanan terhadap pemakaian mekanis maupun keelastisan
material. Terdapat empat jenis metode untuk mengukur kekerasan, yaitu :
Brinell, Rockwell, Vickers, and Shore.
• Uji Tumbuk (Impact Test); Kekuatan logam las untuk mencapai titik rusaknya
dapat diketahui dengan melakukan uji tumbuk. Pengujian yang umum
digunakan yaitu dengan metode Charpy V-notch.
Pengujian Struktural (Struktural Tests)

Pengujian struktural pada benda uji dilakukan untuk


mengetahui struktur yang terbentuk pada benda uji.

Pengujian Struktur Makro

Pengujian ini dilakukan langsung dengan mata telanjang untuk


memeriksa penetrasi lasan, bentukan lapisan las, ukuran dari
daerah pengaruh panah (HAZ), dan kemungkinan munculnya
cacat las. Spesimen uji diambil dari potongan benda kerja
dengan permukaan halus yang dilapis cairan asam yang sesuai
(sebagai contoh, 5 % picric acid atau nitric acid untuk baja
karbon dab baja paduan rendah).
Pengujian Struktur Mikro

Pada pengujian struktur mikro, potongan


spesimen uji yang dipoles halus dan dilapisi
cairan asam dianalisis strukturnya
menggunakan mikroskop optik dengan
pembesaran 100 sampai 1000 kali.
Pengujian dengan menggunakan mikroskop
elektron dapat dilakukan pemeriksaan
dengan pembesaran diatas 1000 kali sampai
jutaan kali. Dengan pengujian ini dapat
dilihat struktur mikro yang terkristalisasi,
retak kecil, dan inklusi pada spesimen uji.
Pengujian Non-Destruktif
Pengujian non-destruktif dilakukan dengan menguji hasil lasan
tanpa “merusak” produk hasil lasan.

Pemeriksaan Radiografik (RT)


dengan melakukan pemeriksaan radiografik (radiographic
examination). Pemeriksaan ini dilakukan dengan
menggunakan x-ray atau gamma ray. Pemeriksaan
radiografik dapat menampilkan cacat las seperti retakan, fusi
tak sempurna, terak dan porositas. Proses ini harus
dilakukan oleh interpreter radiografi tersertifikat. Toleransi
kecacatan yang muncul pada hasil las mengacu pada
acceptance standards sambungan las yang digunakan.
Pemeriksaan Ultrasonik (UT)

Pada pemeriksaan ultrasonik digunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi.


Gelombak tersebut ditembakkan ke benda kerja untuk mendeteksi kecacatan
permukaan ataupun bagian dalam lasan. Kecacatan las dideteksi dan dianalisis dari
pantulan gelombang yang ditembakkan.
Partikel Magnetik (MT)

Pengujian partikel magnetik


dilakukan dengan melihat garis
gaya dari serbuk kering atau
cairan suspensi magnetik yang
terbentuk dari medan magnet
yang ditimbulkan pada
permukaan produk lasan.
Metode ini dapat mendeteksi
cacat seperti retakan dan
porositas dari bentuk garis gaya
magnetnya.
Cairan Penetrant (PT)
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan cairan berpendar
atau cairan merah untuk memvisualisasikan kecacatan seperti
retakan atau celah yang terbuka pada area lasan. Apabila
terdapat cacat, cairan akan meresap ke dalam celah. Cairan
pengembang digunakan pada permukaan yang telah diberi cairan
penguji. Pada posisi dimana cairan meresap, cairan tersebut akan
muncul ke permukaan. Proses pengujian ini dapat dilakukan
segera setelah proses pengelasan dilakukan karena tidak
mengganggu pada struktur lasan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai