Anda di halaman 1dari 50

T B C pada ANAK

LIASTUTIK
Epidemiologi TB pada anak
• Sebagian besar kasus terjadi pada anak balita
( jarang pada bayi )
• Sebagian besar penyakit terjadi dalam 2 tahun
setelah kontak dengan sumber penularan
• Sebagian besar kasus TB pada anak adalah TB
paru, ekstra paru (20-30 )%,usus tl, kel
• Sebagian besar BTA negatif atau tidak
dilakukan pemeriksaan BTA sputum
• BTA positif biasanya ditemukan pada anak
yang lebih besar
Mengapa TB pada anak penting ?
• TBC Anak merupakan 10-15% dr seluruh kasus
• kasus berisiko tinggi untuk:
– Berkembang menjadi sakit setelah terinfeksi
– Menderita sakit TB berat (meningitis TB, TB
milier)
• Infeksi laten TB pada anak
 Jika tidak diobati dengan benar akan menjadi
kasus TB di masa dewasanya, yang merupakan
sumber penularan baru.
TB Laten
• Anak dengan TB laten :
terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis
tetapi tidak terkena penyakit TB. Pada kondisi
ini bakteri berada dalam tubuh anak tetapi
tidak aktif menyerang sistem kekebalan tubuh
dan tidak berkembang biak. Anak dengan TB
laten tidak merasakan sakit dan tidak
menunjukkan gejala serius.
 
• Meski begitu, TB laten pada anak tetap harus
diwaspadai. Sebanyak (5 – 10) % anak dengan
TB Laten memiliki risiko untuk mengidap
peyakit TB jika tidak diketahui sejak dini dan
tanpa penanganan yang tepat
• Anak dengan TB Laten juga tidak menularkan
TB kepada orang dewasa atau anak lain
• Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah
anak terkena TB Laten atau tidak adalah
dengan melakukan pemeriksaan darah atau
tes kulit (skin test) TB.
• Angka kejadian infeksi TB Laten pada anak
akibat kontak erat  mencapai (30-60)%.
• Anak berisiko tinggi menderita TB setelah
terinfeksi dengan kasus 10-50 persen
• Pemberian profilaksis atau pengobatan
pencegahan akan menurunkan risiko sakit TB.
Jumlahnya juga signifikan mencapai 60 persen.
• Pemberian profilaksis atau pengobatan
pencegahan akan menurunkan risiko sakit TB.
Jumlahnya juga signifikan mencapai 60 persen.
Transmisi TB
Pasien TB Dewasa

BTA (-) Biakan TB (-)


BTA (+) Biakan TB (+) Foto Toraks (+)

65% 26% 17%


Infeksi TB vs Sakit TB

Sehat Infeksi TB Sakit TB


•Gejala (-) •Gejala (-) •Gejala (+)
•TST (-) •TST (+) •TST (+/-)
•Rontgen (-) •Rontgen (-) •Rontgen (+/-)
•BTA /biakan (-) •BTA /biakan (-) •BTA/biakan (+/-)
Diagnosis TB anak

Didasarkan pada 4 hal:


1.Konfirmasi bakteriologis TB
2.Gejala klinis yang sesuai TB
3.Adanya bukti infeksi TB (hasil uji tuberkulin
positif atau kontak erat dengan pasien TB)
4.Gambaran foto toraks sugestif TB.
Pendekatan diagnosis TB anak
1. Anamnesis yang cermat. lengkap
a. gejala TB
b. riwayat kontak dg pasien TB paru dewasa
2. Pemeriksaan fisis
- status gizi
- tanda TB ekstra paru
3. Pemeriksaan penunjang:
o Uji tuberkulin, IGRA
o Foto Rontgen dada
o Konfirmasi bakteriologi jika memungkinkan
o Pemeriksaan penunjang terkait TB ekstra paru
o Uji HIV
Anamnesis

a. Gejala sesuai TB
 Batuk >2 minggu, tidak membaik dengan antibiotika
atau obat asma (atau penyebab yg lain)
 Demam >2 minggu, tidak membaik dengan
antibiotika atau anti malaria (sesuai indikasi)
 Berat badan tidak naik atau turun dalam 2 bulan
terakhir, yang tidak membaik dengan asupan nutrisi
yang optimal
 Malaise, lesu dan tidak aktif
Anamnesis
b. Riwayat kontak erat
 seberapa erat kontaknya dengan sumber penularan
 BTA sumber penularan: positif/negatif ?
Kapan kontak terjadi ? Sakit TB biasanya berkembang
dlm 2 th setelah kontak
Jika sumber penularan tidak dapat diidentifikasi, selalu
tanyakan apakah ada yang batuk lama. Jika ya, anjurkan
orang tersebut untuk pelacakan TB
Pemeriksaan fisis
• Tanda utama: suhu dan frekuensi napas
• Tanda distres respirasi
• Pembesaran kelenjar limfonodi cervical
• Perkusi dan auskultasi: biasanya normal
• Pada TB paru berat atau efusi pleura TB 
bisa ditemukan kelainan
Pemeriksaan penunjang TB anak

• Pemeriksaan bakteriologis
– BTA sputum
– Kultur
– Tes cepat molekular (TCM)
• Uji tuberkulin, IGRA
• Foto toraks
BTA dan biakan TB sputum

• BTA (+) pada anak dengan sakit TB: 10-15%


• Biakan TB (+) pada anak dengan sakit TB:
30%
• Masalah: pengambilan sputum pada anak
sulit dilakukan.
– Cara: bilas lambung, induksi sputum
Cara mendapatkan
spesimen anak
TB PARU
•Berdahak langsung
•Bilas lambung
•Induksi sputum
 aman untuk anak semua umur

TB EKSTRAPARU
•Aspirasi KGB
•Cairan serebrospinal
Pembacaan & penafsiran

METODE SOKAL
•Gunakan ballpoint untuk menyusuri indurasi, mulai dari
luar indurasi sampai menemukan tepinya
•Beri tanda pada tepi tsb
•Lakukan juga dari tepi kontra lateralnya, sehingga
didapatkan kedua tepi indurasi transversal kemudian
diukur dalam milimeter
POSITIF:
 Imunokompeten: diameter indurasi > 10mm
 Imunokompromais: diameter indurasi > 5 mm
Foto toraks dada
Masih merupakan pemeriksaan penunjang yang
penting untuk TB anak
Gambaran tidak khas.
Kunci: diskonkruensi klinis vs radiologis
Yang paling sering: pembesaran kelenjar hilus,
biasanya asimetri
Masalah:
 Tidak bisa membedakan antara: TB aktif, TB tidak aktif
 kualitas foto kurang baik
 kesepakatan antar pembaca tidak baik
 Foto Lateral tidak dikerjakan

8/19/19 2
3
Pemeriksaan laboratorium

• Pemeriksaan LED dan jumlah limfosit


– Tidak digunakan untuk menegakkan diagnosis
TB pada anak
– Tidak digunakan untuk evaluasi terapi

• Pemeriksaan serologi: TB-DOT, IgG TB, PAP


TB, ICT TB, Mycodot, ELISA, A60, 38kD, dsb
– Tidak digunakan untuk menegakkan diagnosis
TB pada anak
Sistem Skoring TB Anak IDAI
Objek 0 1 2 3 Score
Kontak Tidak - terlapor, BTA+
jelas BTA(-)
TST - - - positif
BB (KMS) - <garis merah, Malnutrisi -
BB berat
Demam - Tidak - -
dijelaskan
Batuk <3 >3 minggu - -
minggu
Pembesaran - >1 nodus, >1cm, - -
Nodus tidak nyeri
Tulang,sendi - pembengkakan - -
CXR normal sugestif - -
Skor Maksimal 13
Catatan untuk Sistem Skoring IDAI
• Diagnosis oleh dokter
• Penilaian BB pada waktu pasien datang
• Demam & batuk yang tidak berrespons terhadap
terapi standar
• CXR bukan instrumen diagnostik utama pada anak
• Semua reaksi BCG yang cepat muncul harus
dievaluasi dengan sistem skoring
• Total skor >6= Diagnosis TB
• Skor 4 pada anak balita atau terduga kuat, dirujuk
ke RS
• Profilaksis INH untuk kontak BTA(+) dengan skor <5
04/01/2021 26
Klasifikasi TB
Berdasar riwayat pengobatan
1. Pasien baru: belum pernah mendapatkan pengobatan TB
sebelumnya atau pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan (˂ dari 28
dosis)

2. Pasien yang pernah diobati: pernah menelan OAT selama 1 bulan


atau lebih (≥ dari 28 dosis).
a. Pasien kambuh: pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap dan saat ini sakit TB lagi
b. Pasien yang diobati kembali setelah gagal: pernah diobati dan
dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.
c. Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat : pernah
diobati dan dinyatakan lost to follow up
d. Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil
akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.

3. Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui


TUJUAN & PRINSIP TATALAKSANA TB
TUJUAN
•Menyembuhkan
•Mencegah kematian atau kecacatan
•Mencegah kekambuhan
•Mencegah terjadinya resistansi obat
•Mencegah transmisi TB & reservasi sumber infeksi

PRINSIP
1. OAT diberikan dalam paduan obat, tidak boleh tunggal.
2. Pengobatan setiap hari.
3. Pemberian gizi adekuat.
4. Mencari dan menatalaksana penyakit penyerta
Paduan & durasi OAT
Kategori Diagnostik Fase Intensif Fase Lanjutan
TB paru BTA negatif 2HRZ 4HR
TB Kelenjar
Efusi pleura TB
TB paru BTA positif 2HRZE 4HR
TB paru dengan kerusakan luas
TB ekstraparu (selain TB Meningitis dan TB
Tulang/sendi)

TB Tulang/sendi 2HRZE 10 HR
TB Millier
TB Meningitis
Kombinasi Dosis  Bayi <5 kg pemberian OAT secara terpisah
(bukan KDT)
Tetap (KDT)  Dosis obat menyesuaikan kenaikan BB
 Untuk anak obesitas, dosis KDT
Berat 2 bulan 4 bulan menggunakan Berat Badan ideal (sesuai
badan RHZ (RH umur).
(kg) (75/50/150) (75/50)  OAT KDT diberikan secara utuh (tidak boleh
dibelah atau digerus)
 Obat dapat ditelan utuh, dikunyah/dikulum
5–7 1 tablet 1 tablet (chewable), atau dimasukkan air dalam
sendok (dispersable).
8 – 11 2 tablet 2 tablet  Obat ditelan saat perut kosong, atau paling
cepat 1 jam setelah makan
12 – 16 3 tablet 3 tablet  Bila INH dikombinasi dengan Rifampisin,
dosis INH tidak boleh melebihi 10
17 – 22 4 tablet 4 tablet mg/kgBB/hari
 Apabila OAT lepas diberikan dalam bentuk
23 – 30 5 tablet 5 tablet
puyer, maka semua obat tidak boleh digerus
>30 OAT   bersama dan dicampur dalam satu puyer
dewasa
Pemantauan pengobatan

• Pasien TB anak sebaiknya dipantau setiap 2 minggu


selama fase intensif, dan sekali sebulan pada fase
lanjutan
• Pada setiap kunjungan dievaluasi respon pengobatan,
kepatuhan, toleransi dan kemungkinan adanya efek
samping obat.
• Pada pasien TB anak BTA positif: pemantauan sputum
harus dilakukan pada akhir bulan ke­2, ke­5 dan ke­6.
• Foto rontgen tidak rutin dilakukan
Tatalaksana pasien yang berobat tidak teratur
Ketidakpatuhan minum OAT pada pasien TB merupakan
penyebab kegagalan terapi.
Jika:
– anak tidak minum obat >2 minggu di fase intensif atau
> 2 bulan di fase lanjutan DAN menunjukkan gejala TB
 beri pengobatan kembali mulai dari awal.
– anak tidak minum obat <2 minggu di fase intensif atau
<2 bulan di fase lanjutan DAN menunjukkan gejala TB
 lanjutkan sisa pengobatan sampai selesai.
Pada pasien dengan pengobatan yang tidak teratur, risiko
terjadinya TB resistan obat akan meningkat.
Pengobatan ulang TB pada anak
• Anak yang pernah mendapat pengobatan TB, apabila datang
kembali dengan gejala TB, perlu dievaluasi apakah anak
tersebut menderita TB.

• Evaluasi dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan dahak


atau sistem skoring. Evaluasi dengan sistem skoring harus
lebih cermat dan dilakukan di fasilitas rujukan.

• Apabila hasil pemeriksaan dahak menunjukkan hasil positif,


maka anak diklasifikasikan sebagai kasus Kambuh.

• Pada pasien TB anak yang pernah mendapat pengobatan TB,


tidak perlu untuk dilakukan uji tuberkulin ulang. 
Prinsip
Diberikan kepada kontak yang tidak terbukti sakit TB.
Prioritas pemberian pengobatan pencegahan adalah anak
balita dan anak dengan infeksi HIV positif semua usia.

Tujuan
Menurunkan beban TB pada anak.
Efek perlindungan pengobatan pencegahan dengan
pemberian selama 6 bulan dapat menurunkan risiko TB
pada anak tersebut di masa datang.
Pengobatan Pencegahan TB
Pencegahan sakit TB dengan INH pada anak diperkenalkan
pertama kali pada tahun 1950-an
Profilaksis INH menurunkan angka kematian akibat TB
hingga 72%
Yang perlu profilaksis  kontak terutama dengan pasien
TB aktif
Saat ini padua pengobatan pencegahan bukan hanya 6H
(INH selama 6 bulan), tetapi juga 3RH dan paduan baru 3HP
(Rifapentine dan INH)
Indikasi
Pengobatan pencegahan diberikan kepada anak dengan kontak
TB namun anak tidak terbukti sakit TB dengan kriteria berikut :
Durasi profilaksis

Union againts TB and Lung disease: membandingkan


plasebo dengan INH profilaksis 3,6, dan 12 bulan
– 3 bulan : menurunkan insidens TB 20%
– 6 bulan : menurunkan insidens TB 66%
– 12 bulan : menurunkan insidens TB 75%
ATS / CDC : merekomendasikan 9 bulan terapi INH
(karena di atas 9 bulan dianggap sudah optimal)
Indonesia : 6 bulan
• Untuk kontak pasien TB yang kasus indeksnya sensitif atau tidak
terbukti resistan OAT, digunakan Pengobatan Pencegahan dengan
Isoniazid (PP INH)
• Dosis PP INH 10 mg/kg BB (maks 300 mg/hari).
• Obat dikonsumsi satu kali sehari, sebaiknya pada waktu yang sama
dan saat perut kosong.

• Pada pasien dengan gizi buruk dan infeksi HIV, diberikan Vitamin
B6 10 mg untuk dosis INH ≤200 mg/hari, dan 2x10 mg untuk
dosis INH >200 mg/hari

• Lama pemberian 6 bulan (1 bulan = 28 hari pengobatan).



INH tab
INH tab 50 mg Obat tetap diberikan sampai 6 bulan, walaupun kasus indeks
100 mg
meninggal atau BTA kasus indeks sudah menjadi negatif.
• Dosis obat disesuaikan dengan kenaikan BB setiap bulan.
Alur Anak berkontak dengan pasienTB sensitif
Investigasi OAT

Kontak TB Gejala TB

Tidak Ada

Umur > 5 thn dan HIV (-) Umur < 5 thn atau HIV (+)

Tidak perlu PP INH PP INH

Follow up rutin

Timbul gejala atau tanda TB YA Lihat alur diagnosis TB pada


Anak
TIDAK

Observasi Lengkapi pemberian INH


selama 6 bulan
Evaluasi munculnya gejala TB
1. Pantau gejala: Lesu, nafsu makan kurang, demam menetap >2 minggu
dan atau keringat malam, batuk menetap >3 minggu, pembengkakan
di leher, diare menetap > 2 minggu
2. Pantau Berat Badan (BB) sesuai grafik CDC WHO. Waspadai arah garis
pertumbuhan BB pada grafik (tidak ada kenaikan, ada penurunan, atau
naik tidak sesuai arah garis).
3. Periksa apakah ada pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak
dan inguinal, serta gejala TB di organ lain.
Pengobatan Menyelesaikan pengobatan
lengkap pencegahan INH selama 6
bulan
Putus berobat Tidak minum obat INH selama 1
bulan secara berturut turut atau
Hasil akhir lebih
pemberian Gagal Dalam pengobatan PP INH
menjadi sakit TB
PP INH
Meninggal meninggal sebelum
menyelesaikan PP INH selama
6 bulan dengan sebab apapun
Kapan Curiga Anak TB RO ?
1. Kontak erat dengan pasien TB RO
2. Kontak erat dengan pasien yang meninggal akibat TB,
gagal pengobatan TB atau tidak patuh dalam pengobatan
TB
3. Tidak menunjukkan perbaikan setelah pengobatan
dengan OAT lini pertama selama 2-3 bulan
4. Riwayat pengobatan TB 6-12 bulan sebelumnya
5. Anak dengan TB-HIV yang tidak respons terhadap
pemberian OAT.
Investigasi Kontak pada Anak Kontak dengan Pasien TB RO

1. Kasus indeks adalah pasien TB RO


2. Anak yang berkontak dengan pasien TB RO dirujuk untuk
pemeriksaan lebih lanjut, sbb :
a. Jika kontak bergejala, periksa sputum atau spesimen
lain dengan Tes Cepat Molekuler (TCM).
b. Pengobatan TB sesuai hasil pemeriksaan uji kepekaan
obat anak atau hasil uji kepekaan obat kasus indeks.
c. Jika anak terbukti tidak sakit TB, tentukan  observasi
atau pengobatan pencegahan.
Investigasi Kontak pada Anak Kontak dengan Pasien TB RO

d. Pengobatan pencegahan untuk anak idealnya berdasarkan resistensi


OAT kasus indeks. Paduan yang dapat diberikan adalah Levofloxacin
dan Etambutol selama 6 bulan
 Levofloxacin 15-20 mg / kgBB/ hari
 Ethambutol 15-25 mg / kgBB / hari
 Obat yang disediakan program LFX tablet 250 mg dan E tablet
400mg
 Obat diminum 1-2 jam sebelum makan.

e. Anak yang tidak bergejala baik yang mendapatkan maupun yang


tidak mendapatkan pengobatan pencegahan harus diobservasi
setiap bulan selama 2 tahun.
Alur Investigasi Kontak dan Pengobatan Pencegahan pada Anak
yang Berkontak dengan Pasien TB RO
PEMBERIAN KORTIKOSTEROID

Pada kondisi :
•TB meningitis,
•sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar (endobronkhial TB)
•perikarditis TB.
•TB milier dengan gangguan napas yang berat,
•efusi pleura
•TB abdomen dengan ascites.

Sering digunakan:
Prednison dosis 2 mg/kg/ hari, hingga 4 mg/kg/hari pada kasus sakit berat,
dosis maksimal 60 mg/hari selama 4 minggu.

Tappering ­off setelah 2 minggu pemberian, kecuali pada TB meningitis:


tappering off setelah 4 minggu.
semua pasien TB yang merupakan kasus pertama yang
Kasus indeks ditemukan di suatu rumah atau tempat-tempat lain
(kantor, sekolah, tempat penitipan anak, lapas/rutan,
panti, dsb).

orang yang terpajan/berkontak dengan kasus indeks,


Kontak misalnya orang serumah, sekamar, satu asrama, satu
tempat kerja, satu kelas, atau satu penitipan/pengasuhan

orang yang tinggal serumah minimal satu malam, atau


Kontak
sering tinggal serumah pada siang hari dengan kasus
serumah
indeks dalam 3 bulan terakhir sebelum kasus indeks
mulai mendapat (OAT).

Kontak
orang yang tidak tinggal serumah, tetapi sering bertemu
erat dengan kasus indeks dalam waktu yang cukup lama,
yang intensitas pajanan/berkontaknya hampir sama
dengan kontak serumah.
Alternatif Paduan Pencegahan

Anda mungkin juga menyukai