JANTUNG
PERIPARTUM
CARDIOMYOPATHY
NOVADA INDRA ROSDIANA
20204010104
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. P
Umur : 43 tahun
Pekerjaan: PNS
Alamat : Kasongan
Agama : Islam
No. RM : 10-00-63
Keluhan Utama:
Pasien datang dengan keluhan sesak sejak pukul 22.00 tanggal 10 Januari 2021.
5 Jam SMRS : Pasien mengeluhkan sesak nafas hilang timbul, memberat ketika beraktivitas dan membaik saat istirahat terutama tidur
dengan bantalan. Keluhan tidak disertai nyeri dada, demam, batuk, pilek, mual, muntah, nyeri ulu hati.
HMRS : Pasien mengeluhkan sesak nafas yang menetap sejak 5 jam SMRS hilang timbul, membaik saat istirahat terutama tidur dengan
bantalan, dan memberat ketika beraktivitas. Keluhan dirasa memberat ketika pasien stress atau kelelahan. Tidak ada keluhan mual, muntah,
dan nyeri dada. Keluhan tidak disertai nyeri dada, demam, batuk, pilek, mual, muntah, nyeri ulu hati. Riwayat konsumsi obat jantung (+)
yaitu concor, riwayat hipertensi (+) dengan obat dopmed 2x150, dan Adalat oros 1x1. Riwayat kontak dengan pasien konfirmasi covid-19 (-).
Riwayat Kehamilan : Pasien adalah ibu P3A0 pada usia 42 tahun, anak pertama lahir hidup secara spontan, BBL 2900 gram, perempuan ditolong
oleh bidan tahun 1999, anak kedua lahir hidup secara spontan, BBL 2800 gram, laki-laki ditolong oleh bidan tahun 2002, anak ketiga lahir hidup
secara SC, BBL 3000 gram, laki-laki ditolong dokter. Selama kehamilan yang ketiga ibu rutin kontrol ke dokter trimester I/trimester II/trimester
Riwayat Persalinan : ibu hamil aterm usia kehamilan 38 +4 minggu, lahir secara SC ai re-SC dan PEB superimposed laki-laki, air ketuban jernih,
Pasien merupakan PNS dan pasien tidak rutin berolahraga. Pasien juga tidak merokok ataupun konsumsi
alkohol.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Vital Sign
TD : 150/90 mmHg
Suhu : 36,3oC
Nadi : 120x/menit
Respirasi : 28x/menit
f. Thorax :
THORAX
Jantung
• Paru-paru
- Inspeksi : Ictus cordis tak tampak di SIC V - Inspeksi : Simetris, retraksi dada (-), deformitas (-)
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba - Palpasi : Vokal fremitus kanan kiri sama,
- Palpasi : Supel (+), hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-)
- Perkusi : Timpani
h. Ekstremitas
• Ritme: Reguler
Pemeriksaan: ELEKTROKARDIOGRAM (11/01/2021)
• Heart rate: 125 bpm
Intrepetasi:
EF : 25,2%
LV : dilatasi
Followup EKG (12/01/2021)
Intepretasi:
Irama: Sinus
Ritme: Reguler
Heart rate: 107 bpm
Axis: Normoaxis (lead 1 +, lead aVF +)
Gelombang P: P mitral pada lead II (notched), P bifasik pada lead
V1 (0,04 detik)
Interval PR: normal (0,12 detik)
Kompleks QRS: QRS sempit (<0,12 detik), Amplitudo di lead AVF
<5mm, Q patologis di lead III
Segmen ST: normal
Gelombang T: T inversi di lead VI, V2 dan V3
QT interval: memanjang (> R – R interval)
Kesan: Irama sinus takikardi, reguler, 107bpm, hipertrofi atrium
kiri, OMI inferior
Followup EKG (13/01/2021)
Intepretasi:
Irama: Sinus
Ritme: Reguler
Diagnosis Banding :
- Peripartum Cardiomyopaty
- Oedem Pulmo
PENATALAKSANAAN
IGD
o Infus RL 10 tpm
o Pasang DC
FOLLOW UP
PEMBAHASAN
Penegakkan diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang berupa
elektrokardiografi/foto thoraks, dan ekokardiografi untuk curiga penyakit jantung. Diagnosis kardiomiopati
1. Gejala dan tanda gagal jantung pada bulan terakhir kehamilan hingga beberapa bulan setelah persalinan
4. Tidak ada penyakit jantung yang teridentifikasi sebelum bulan terakhir kehamilan
Dari hasil anamnesis diketahui bahwa merasakan sesak nafas dirasakan bertambah bila beraktivitas. Hal ini menunjukkan
adanya dyspnea d’effort. Selain itu, pasien juga merasa lebih enak bila beristirahat dengan tidur dengan bantal tinggi, yang
menunjukkan adanya orthopnea. Selama tidur, pasien sering terbangun tiba-tiba karena merasa sesak nafas (paroxysmal nocturnal
dyspnea). Namun, pada pasien ini tidak ditemukan edema tungkai. Gejala-gejala dyspnea d’effort, ortopnea, paroxysmal nocturnal
dyspnea merupakan gejala dan tanda klasik dari gagal jantung kongestif atu biasa ditemukan pada pada wanita normal yang hamil
tua (Brown CS, Bertolet BD, 1998). Pasien juga mengatakan bahwa sebelumnya memiliki riwayat sakit jantung dan hipertensi saat
melahirkan anak ke-tiga. Riwayat operasi sesar saat melahirkan anak ke tiga 35 hari yang lalu atas indikasi prekeklamsia berat
superimposed. Keluhan timbul 35 hari postpartum, hal tersebut sesuai dengan kriteria diagnosis yang pertama yaitu gejala dan tanda
gagal jantung pada bulan terakhir kehamilan hingga beberapa bulan setelah persalinan (Kim MJ & Sim MS, 2017). Sebelum
kehamilan yang ke-tiga tersebut pasien tidak pernah memiliki riwayat penyakit jantung dan hipertesi. Hail ini, ini sesuai dengan
kriteria diagnosis tidak ada penyebab gagal jantung yang dapat diidentifikasi, tidak ada penyakit jantung yang teridentifikasi
sebelum bulan terakhir kehamilan persalinan (Kim MJ & Sim MS, 2017).
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan ditemukan adanya hipertenis, takikardi, ronkhi basah basal, dan perkusi batas jantung yang
melebar ke lateral. Beberapa tanda hasil pemeriksaan fisik sesuai dengan yang dinyatakan oleh Brown CS yaitu kardiomiopati
peripartum dapat ditemukan tekanan darah yang tinggi atau normal, distensi vena leher, pembesaran jantung, gallop, aritmia jantung,
ronki basah halus pada paru, hepatomegali, asites, edema kaki. (Brown CS, Bertolet BD, 1998 ; Lampert MB, Lang RM, 1995).
Pemeriksaan penunjang EKG dilakukan pada pasien ini karena memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya serta gejala klinis yang
mengarah pada kardiomiopati peripartum. Pemeriksaan ini dilakukan sejak kedatangan di IGD dan setelah dilakukan pemeriksaan
fisik. Pada hasil EKG ditemukan keabnormalan, seperti ditemukannya sinus takikardi, tinggi gelombang R di lead V6 >27mm, dan
QT interval memanjang. Gambaran EKG yang ditemukan pada kardiomiopati peripartum yaitu: sinus takikardia, kelainan non-spesifk
segmen ST-T, hipertrofi ventrikel kiri (Sliwa K et al, 2010). Sedangkan pemeriksaan foto polos thorax dilakukan pada pasien untuk
membantu menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding ditemukan gambaran kardiomegali dengan edem pulmo
pada pasien. Pada pemeriksaan foto thorax sesuai dengan yang dapat ditemukan pada pasien kardiomiopati peripartum yaitu
gambaran kardiomegali, efusi pleura minimal, kongesti vena pulmonal, oedem pulmo, dan infiltrat di kedua basal paru. (Lampert MB,
ditemukan penurunan kalium yang mengindikasikan terdapat gangguan keseimbangan elektrolit pada pasien
yaitu hipokalemia dan urin lengkap ditemukan keton urin +1 dan protein +3.
Penatalaksanaan awal di IGD pada pasien ini dilakukan pemberian infus RL 10 tpm, O2 3 lpm, injeksi
furosemide, glyceryl trinitrate. Penatalaksaan tersebut telah sesuai dengan tatalaksana awal kardiomiopati
peripartum dengan udem pulmo yaitu pemberian oksigen, diuretic, dan nitrat (Johnson Coyle L et al, 2012;
PERKI, 2015). Kemudian pasien di rawat di ruang HCU untuk pemantauan kondisi serta EKG yang lebih baik.
Pemilihan terapi secara farmakologi dan supportif lebih dipilih kemungkinan karena hemodinamik pasien yang
stabil.
Algoritma tatalaksana PPCM menurut ESC :
Penatalaksanaan kardiomiopati peripartum pada pasien ini
adalah dengan mendapatkan terapi glyceryl trinitrate 10
mcg (3cc/jam) 5mcg (1,5cc/jam). Glyceryl trinitrate
merupakan obat yang mengandung nitrat yang digunakan
untuk melebarkan pembuluh darah jantung, menurunkan
tekanan baji kapiler paru dan resistensi vascular sistemik.
Pemberian nitrat (IV) harus dipertimbangkan bagi pasien
edema/ kongesti paru dengan tekanan darah sistolik > 110
mmHg, yang tidak memiliki stenosis katup mitral dan atau
aorta (PERKI, 2015).
Pasien mendapatkan obat injeksi furosemide 1A/12 jam
digunakan untuk untuk mengurangi sesak nafas, dan
kongesti. Gejala , urin, fungsi renal dan elektrolit harus
diawasi secara berkala selama penggunaan diuretika IV
(PERKI, 2015). Pasien juga mendapatkan diovan 1x80mg
yang memiliki kandungan valsartan yaitu golongan obat
Angiotensin Reseseptor Blocker (ARB) untuk mengatasi
hipertensi. Concor 1x2,5mg juga diberikan pada pasien ini
yang mengandung zat aktif bisoprolol golongan beta
blocker kardioselektif untuk mengatasi hipertensi dengan
cara menghambat reseptor beta-adrenergik jantung (ESC,
2018).
Bomokriptin 1x7,5 mg diberikan pada pasien untuk menekan produksi hormon prolaktin dan memicu
produksi serta kerja hormon dopamin. Hormon prolaktin diduga merupakan salah satu penyebab terjadinya
Selain itu pasien juga diberikan epurio (sacubitril+valsartan) 2x50mg saat telah pindah bangsal. Obat ini
merupakan golongan angiotensin receptor neprilysin inhibitor (ARNI) yang digunakan untuk obat anti
hipertensi.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hipokalemia sehingga diberikan spironolakton 1x25mg oral