SEDIAAN
ORAL
N A D I YA A L I F YA F ( 1 4 0 0 2 5 ) VA N E S S A D E B O R A (120024)
A N FA A D N I A F (120001) PA U L U S M E G U M I P ( 1 2 0 0 2 7 )
MEISI ISLAMI B (120007) DIKA NURHAFIZA (140032)
Secara garis besar, motilitas dan sekresi lambung dikontrol oleh hormon
gastrin, hormon enterogastron(sekretin, CCK, GIP), serta respon vagus
dan saraf intrinsik.
Waktu Transit
Waktu transit obat di dalam saluran pencernaan tergantung pada:
-sifat fisikokimia dan farmakologi dari obat
-jenis bentuk sediaan
-faktor fisiologis yang beragam.
Selama keadaan berpuasa atau interdigestive, siklus alternatif kegiatan yang dikenal
sebagai motor bermigrasi kompleks (MMC) bertindak sebagai pendorong gerakan
yang mengosongkan saluran pencernaan atas ke sekum.
Waktu transit
Awalnya, saluran pencernaan adalah diam. Kemudian, kontraksi tidak
teratur diikuti oleh kontraksi reguler dengan amplitudo tinggi
(bergelombang) mendorong setiap isi sisa distal atau jauh di bawah
saluran pencernaan.
Dalam kondisi makan, kompleks motor bermigrasi digantikan oleh
kontraksi tidak teratur, yang memiliki efek pencampuran isi usus dan
memajukan aliran usus menuju kolon pada segmen pendek.
Pilorus dan katup ileocecal mencegah regurgitasi atau gerakan makanan
dari distal ke arah proksimal.
Faktor – faktor yang
mempengaruhi
biofarmasetik sediaan
per oral
Faktor Fisiologis yang
Mempengaruhi Absorbsi Obat
pada Saluran Gastrointestinal
1. Motilitas Gastrointestinal
dan Usus
Motilitas gastrointestinal memungkinkan obat bergerak melewati saluran cerna, sehingga obat
bisa saja tidak berada pada tempat penyerapan optimumnya. Gerakan obat dalam saluran
cerna juga bergantung pada keberadaan makanan yang baru dicerna dan keadaan indigestive
(puasa) (Shargel et al, 2016).
Gerakan peristaltik menyebabkan terjadi kontak antara partikel obat dengan sel mukosa usus.
Obat harus memiliki waktu transit yang cukup agar dapat diserap secara optimal.
Motilitas tinggi di saluran pencernaan, seperti diare, → waktu transit singkat → tidak dapat
diserap secara optimal.
Dalam keadaan normal, rata-rata waktu transit di usus adalah 4-8 jam pada keadaan puasa, dan
8-12 jam pada keadaan makan (Shargel et al, 2016).
2. Waktu Pengosongan
Lambung
• Suatu zat aktif yang sukar diserap lambung seharusnya tidak tinggal lama dilambung →
waktu pengosongan lambung sebaiknya diusahakan terjadi lebih cepat.
• Suatu zat aktif dengan transit diusus berjalan lambat → Menguntungkan zat aktif yang
hanya diserap pada bagian tertentu saluran cerna. Contoh : riboflavin yang diserap pada
bagian atas usus halus. Bila obat dalam keadaan terlarut melewati daerah penyerapan
terlalu cepat maka penyerapannya menjadi sangat sedikit.
• Sejumlah faktor mempengaruhi waktu pengosongan lambung. Beberapa faktor cenderung
menunda waktu pengosongan lambung, seperti konsumsi makanan kaya lemak, minuman
dingin, dan obat antikolinergik (Burks et al, 1985).
• Makanan dapat mempengaruhi bioavaibilitas obat dengan cara mempengaruhi laju dan/
banyaknya obat yang diarbsorbsi. Misal makanan dapat memperlambat obat enteric coated
karena waktu pengosongan lambung yang lebih lama.
3. Perfusi pada Saluran Gastrointestinal
• Jaringan kapiler dan pembuluh limfa banyak tersebar di daerah duodenum dan peritoneum
• Tingkat perfusi yang tinggi → mempertahankan gradien konsentrasi penyerapan obat.
• Obat terserap di usus halus → melalui pembuluh mesentric ke vena porta hepatik → hati
sebelum mencapai sirkulasi sistemik (Shargel et al, 2016).
4. pH Saluran Cerna
•Hanya bentuk zat aktif tak terionkan yang mengalami penyerapan pasif
• Zat aktif yang bersifat asam lemah → diserap di lambung
• Zat aktif yang bersifat basa lemah → diserap di usus.
•pH duodenum dan bagian pertama jejunum masih agak asam, dan dengan
besarnya luas permukaan penyerapan maka masih dimungkinkan terjadi
penyerapan senyawa asam lemah dalam jumlah yang berarti.
5. Isi Saluran Cerna yang Dapat
Mengubah Aksi Zat AKtif
1.Musin
◦ Senyawa ini merupakan mukopolisakarida alami yg melapisi saluran cerna,
membentuk kompleks dengan zat aktif dan menghambat proses penyerapan.
Contohnya: streptomisina, dihidrostreptomisin, antikolinergik dan penurun tekanan
darah golongan ammonium kuartener.
2.Flora Usus
◦ Flora usus mengeluarkan enzim misalnya penisilinase yg menginaktifkan zat aktif
tertentu.
3.Enzim
◦ Merusak zat aktif tertentu, misalnya zat aktif peptide yg akan dirusak oleh
enzim proteolitik (insulin, ositosin).
◦ Merangsang pembentukan metabolit aktif yg semula tidak aktif, misalnya
esterase menghidrolisa kloramfenikol palmitat menjadi kloramfenikol
aktif.
◦ Menyebabkan peningkatan pelepasan obat dan mempengaruhi sifat
sediaan yg tahan asam atau sediaan lepas lambat, misalnya lipase usus
akan menghidrolisa penyalut lemak tahan – asam.
Faktor Patologi yang
Memengaruhi Absorbsi
Obat pada Saluran
Gastrointestinal
1. Gangguan Fungsi Penggetahan
• Pengeluaran getah lambung meningkat : keadaan tukak duodenum yang mana kelebihan
asam dapat merusak aktivitas enzim pankreatik
• Pengeluaran getah lambung yang berkurang pada keadaan pH yang meningkat akibat
tukak lambung, gastritis kronis dan diabetes. Tidak cukupnya pengeluaran getah empedu
disebabkan pembuntuan (obstruksi) saluran empedu yang akan menghambat
penyerapan lemak dan vitamin yang larut lemak.
• Psikis merupakan faktor yang dapat meningkatkan atau menghambat proses
pengeluaran getah. Pada orang pemarah terjadi peningkatan pengeluaran getah dan
pada orang depresif akan terjadi hambatan pengeluaran getah.
2. Gangguan Transit
• Waktu tinggal dalam lambung umumnya meningkat pada keadaan penyempitan pylorus,
tukak lambung, kelainan pembuluh darah tertentu, sprue dan myxcodemia (salah satu
bentuk peradangan kelenjar).
• Duodenal = luka terbuka yang timbul di dinding usus 12 jari, yaitu bagian awal dari usus
halus.
3. Gangguan Penyerapan
1.Metode keranjang
2.Metode dayung
Definisi Disolusi Obat
• Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam
media pelarut.