Anda di halaman 1dari 33

Anemia Megaloblastik

Deviana Nur Azzizah (302019087)


Zean Nur Gina
(302019089)
anatomi dan fisiologi sistem hematologi
Sistem hematologi tersusun dari : Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu :
1.darah 1. Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian
2.tempat darah diproduksi besar terdiri atas air, elektrolit, dan protein darah.
3.sumsum tulang 2) Butir-butir darah (blood corpuscles) yang
4. nodus limpa terdiri atas : eritrosit (sel darah merah),leukosit
(sel darah putih),trombosit

• Plasma darah yaitu Bagian darah yang encer


tanpa sel-sel darah, warnanya bening
kekuning-kuningan.Hampir 90% plasma terdiri
atas air
• Limpa merupakan organ ungu lunak kurang
lebih berukuran satu kepalan tangan
Fisiologi sistem hematologi
Sebagai alat pengangkut yaitu :
• Mengambil O2/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan
• keseluruh jaringan tubuh.
• Mengangkat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
• Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
• dibagikankeseluruh jaringan/alat tubuh.
• Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
• untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
• Mengatur keseimbangan cairan tubuh.
• Mengatur panas tubuh.
• Berperan serta dala, mengatur pH cairan tubuh
• Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi.
• Mencegah perdarahan.(Handayani, 2008)
Definisi
Anemia adalah kondisi dimana massa sel darah merah dan/atau massa hemoglobin yang
beredar dalam tubuh menurun hingga dibawah kadar normal sehingga tidak dapat
berfungsi dengan baik dalam menyediakan oksigen untuk jaringan tubuh ( Herawati &
Rahayuda ,2014)
Anemia Megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan
asam folat menunjukan perubahan yang sama antara sumsum tulang dan darah tepi,
karena kedua vitamin tersebut esensial bagi sintesis DNA normal. Pada setiap kasus,
terjadi hyperplasia (peningkatan abnormal jumlah sel darah normal) sumsum tulang,
dan precursor eritoid dan myeloid besar dan aneh; beberapa mengalami multinukleasi
(Brunner & Suddarth )
Etiologi
1. Kurangnya asupan vitamin B12, terutama pada vegetarian atau orang-orang yang menghindari
memakan daging, telur, dan produk susu
2. Gangguan pada sel-sel pelapis lambung sehingga mengganggu penyerapan vitamin B12, terutama
ditemukan pada lansia
3. Proses autoimun akibat kegagalan produksi faktor intrinsik yang menyebabkan penghancuran sel-sel
pelapis lambung
4. Penyakit pada ujung usus kecil paling akhir seperti peradangan usus, limfoma, dan pemotongan usus
5. Paparan terhadap nitrouse oxide
6. Kelainan bawaan
7. Beberapa jenis obat, seperti purine analogs (6-mercaptopurine, 6-thioguanine, acyclovir), pyrimidine
analogues (5-fluorouracil, 5-azacytidine, zidovudine), ribonucleotide reductase inhibitors
(hydroxyurea, cytarabine arabinoside) dan obat yang mempengaruhi metabolism kobalamin (p
-aminosalicylic acid, phenformin, metformin)
8. Kurang mengonsumsi makanan yang kaya akan asam folat
9. Bertambahnya kebutuhan asam folat, seperti pada kehamilan dan menyusui
10.Gangguan atau peradangan saluran pencernaan yang menyebabkan penyerapan berkurang
11.Beberapa obat yang dapat menyebabkan defisiensi asam folat antara lain metformin, phenobarbital,
dihydrofolate reductase inhibitors (trimethoprim, pyrimethamine), methotrexate, dan asam
valproate ( Sari,2014)
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis anemia secara umum :
1.kelelahan,
2.berat badan menurun,
3.Letargi
4.membran mukosa menjadi pucat ( Kemenkes 2016)

Manifestasi klinis anemia megaloblastik yaitu Setelah simpanan vitamin B12 tubuh
dipecah, pasien mulai menunjukan tanda-tanda anemia. Mereka menjadi semakin
lemah, tidak bertenaga dan pucat. Efek hematologis defisiensi disertai oleh efek pada
system organ lain terutama traktus gastrointestinalis dan system saraf
Kecelakaan Medis

Patofisiologi anemia megaloblastik utamanya berkaitan dengan defisiensi vitamin B12


atau asam folat. Defisiensi ini akan mengganggu pembentukan prekursor sel
hematopoietik.
Sumsum tulang merupakan tempat terjadinya eritropoiesis. Pada keadaan anemia
megaloblastik, terjadi kekurangan asam folat atau vitamin B12 yang berperan dalam
pembentukan prekursor sel hematopoietik. Kekurangan vitamin B12 atau asam folat
mengganggu sintesis DNA, sehingga nukleus dan sitoplasma eritrosit tidak terbentuk
sempurna secara bersamaan. Sitoplasma matang secara normal, namun nukleus menjadi
imatur akibat sintesis DNA yang terganggu. Pertumbuhan sel yang abnormal dan
terganggunya proses pembelahan sel akan menyebabkan maturasi nuklear terhenti. Selain
itu, pada keadaan anemia megaloblastik, prekursor eritrosit yang matur dihancurkan di
sumsum tulang sebelum masuk ke pembuluh darah (hemolisis intramedular).
Defisiensi asam folat Defisiensi vitamin B12

Gangguan sintesis DNA

pembelahan sel lambat

kebutuhan O2
kromatin longgar sel menjadi besar tidaerpenuhi

fungsi sel megaloblas tidak


normal
MK : Perfusi Perifer Tidak
Transpor O2 menurun Efektif
Eritropoisis inefektif Masa hidup eritrosit
pendek

Anemia Megaloblastik

Tubuh lemas , pucat MK: Intoleransi Aktivitas


komplikasi

Komplikasi umum anemia meliputi :


1. Gagal jantung
Mempertahankan Mengurangi rasa
Menghindarkan
2. Paresthesia
penderita tetap hidup
atau terhindar dari
Membuat keadaan
penderita tetap stabil
nyeri, ketidak-
nyamanan dan rasa
kecacatan yang lebih
parah
3. Kejang. maut cemas

Pada setiap tingkat anemia, pasien dengan penyakit jantung


cenderung lebih besar kemungkinan mengalami angina atau gejala
gagal jantung kongestif dari pada seseorang yang tidak mempunyai
penyakit jantung. (bunner & suddarth )
pemeriksaan penunjang
1.Pemeriksaan laboratorium ,antara lain :
a.Anemia defisiensi besi : serum iron,TIBC, saturasi transferin, dan feritin serum
b.Anemia megaloblastik: asam folat darah/ertrosit, vitamin B12
c.Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis Hb.
d.Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia
2.pemeriksaan laboratorium non hematologis meliputi
a.Faal ginjal
b.Faal endokrin terutama untuk melihat produksi eritropoitin,
c.Asam urat
d.Faal hati
Penatalaksanaan Medis

penanganan meliputi diet dan penambahan asam folat 1 mg perhari. Asam


folat hanya diberikan intramuskuler pada pasien dengan gangguan absorbsi.
dengan pengecualian pada pemberian vitamin selama kehamilan. kebanyakan
preparat vitamin tidak mengandung asam folat, sehingga harus diberikan
dengan tablet terpisah. apabila nilai hemoglobin kembali ke normal
pemberian asam folat dapat dihentikan . namun pasien yang menderita
alkoholisme harus tetap mendapat asam folat selama mereka masih
mengkonsumi alkohol (Bunner & Suddarth)
Terapi Non Farmakologis

1. Mengkonsumsi Sayuran
Contoh sayuran yang banyak mengandung zat besi adalah misal bayam,
seledri, kubis, kol, kangkung, kentang manis.
2. Mengkonsumsi buah- buahan
Buah-buahan yang baik untuk penderita penyakit anemia adalah buah seperti
apel, anggur, semangka, aprikot, kismis dan buah pulm.
3. Mengkonsumsi daging dan seafood
4. Mengkonsumsi daun bawang merah
Daun ini juga mampu meningkatkan produksi sel darah merah atau
hemoglobin (Hb) , cara mengkonsumsinya bisa dimakan langsung ataupun
dicampurkan dengan telur yang digoreng
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. Y (48 tahun)
DENGAN GANGGUAN SITEM HEMATOLOGI :
ANEMIA MEGALOBLASTIK

Identitas klien
• Identitas Pasien Nama : Tn. Y
• Usia : 48 tahun Identitas penanggung jawab
• Alamat : Binong Utara no. 237/127 B • Nama : Tn. Y
RT 08 RW 02 Ds. Kebon Kangkung • Alamat : Binong Utara no. 237/127
Kec. Kiaracondong kab. Bandung B RT 08 RW 02 Ds. Kebon
• Pekerjaan : Karyawan Kangkung Kec.
Kiaracondong kab. Bandung
• Agama : Islam
• Hubungan dengan klien : Anak
• Pendidikan : SMA
• Status perkawinan : Belum Kawin
• Cara pembayaran : BPJS
RIWAYAT KESEHATAN
1) Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan lemas
2)Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien sudah 3 hari dirawat dan mengeluh lemas, penurunan nafsu makan, sesak nafas, dan
sulit berjalan karena kelemahan otot. Wajah klien kelihatan pucat dan emosinya labil mudah
tersinggung.
Mempertahankan Mengurangi rasa
3)Riwayat
penderitaKesehatan
tetap hidup Dahulu
Membuat keadaan nyeri, ketidak-
Menghindarkan
kecacatan yang lebih
atau terhindar dari penderita tetap stabil nyamanan dan rasa
Pada 2 tahun mautyang lalu klien pernah dirawat dengancemas keluhan sakit lambung.parah klien
menyatakan pernah ecanduan minuman alkohol sejak masih muda dan berhenti pada 2 tahun
yang lalu. ibu klien mengatakan bahwa klien pernah menderita campak ketika muda walaupun
menurut ibunya sewaktu kecil klien mendapatkan imunisasi lengkap. klien idak memiliki alergi
terhadap obat, binatang, makanan, atau agen lain.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak Terkaji
RIWAYAT PSIKOSOIAL
a. Gambaran diri
Klien terlihat pucat
b.Status emosi
Klien mudah tersinggung dan emosinya labil
c.Status sosial
Mempertahankan
penderita tetap hidup Membuat keadaan
Mengurangi rasa
nyeri, ketidak-
Menghindarkan
kecacatan yang lebih
atau terhindar dari penderita tetap stabil nyamanan dan rasa
Tidak terkaji
maut cemas
parah

d.Status spiritual
Tidak terkaji
Riwayat ADL
No Aktivitas Sebelum sakit Sesudah sakit
1 Nutrisi klien makan 2-3x sehari klien makan 3x sehari dengan menu
namun tidak menyukai daging yang disediakan di rumah sakit dan
dan sayur sayuran dapat menghabiskan 1 porsi tiap
sekali makan

Mempertahankan Mengurangi rasa


Menghindarkan
penderita tetap hidup Membuat keadaan nyeri, ketidak-
2 cairan
atau terhindar dari
Tidak
penderita tetap stabil
terkaji
nyamanan dan rasa
klien minum air putih
kecacatan yang dan
lebihdapat
maut cemas menghabiskan 1parah
botol air mineral
besar sekitar 1500 ml perhari

3 Eliminasi Tidak terkaji Tidak terkaji


4 Mobilisasi Klien biasa beraktifitas mandiri Klien sulit berjalan karena kelemahan
otot
5 Istirahat Tidak terkaji Kaji

6 Personal hygiene Tidak terkaji Kaji


PEMERIKSAAN FISIK
KeadaanUmum
Tanggal : 24 November 2020
Kesadaran : compos mentis
Vital Sign
TD : 110/70 mmHg
Respirasi : 18 x / menit
Temperatur : 36,6 ℃
Nadi : 80 x/menit
1)Aktivitas/istirahat
Gejala : lemas , penurunan nafsu makan ,sesak napas,sulit berjalan karena
kelemahan otot
2)Sirkulasi
Gejala : sesak napas
3)Eliminasi
Gejala : tidak terkaji
4)Pola tidur
Gejala : tidak terkaji
5)Mobilisasi
Gejala : Sulit berjalan karena kelemahan otot
Pemeriksaan fisik per sistem
a. Sistem pernafasan
RR 18 x / menit,
b.Sistem kardiovaskular
Konjungtiva anemis, nadi 80x/menit, tekanan darah 110/70 mmHg
c. Sistem gastrointestinal
Klien mampu mengunyah dan menelan makanan,tidak terdapat nyeri saat menelan.
d. Sistem Perkemihan
Saat dipalpasi tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada nyeri tekan
e. Sistem Muskuloskeletal
Ektremitas atas : Simetris lengkap antara kiri dan kanan, kuku pendek bersih, kulit,
kekuatan otot klien dapat melawan tekanan pada kedua lengan, tidak ada
keluhan nyeri tekan, tidak ada edema
Ektremitas bawah :bentuk simetris , edema (-), kekuatan otot lemah
f. Siatem Neurologi
pasien compos mentis, sistem persyarafan tidak ada kelainan
g. Sistem Integumen
warna kulit pucat , suhu 36,6 ℃
h. Sistem endokrin
tidak ada pembesaran tiroid
i. Sistem Reproduksi
tidak ada tanda- tanda infeksi
pemeriksaan dagnostik
a. pemeriksaan laboratorium
PEMERIKSAAN TANGGAL NILAI

24 NOVEMBER 2020

Hemoglobin 8,2 g/dl 12- 16 g/dl

Hemotokrit 25% 35-47 %

Sel darah merah 2,5 mill/mcl 4,5- 6,5 mill/mcl


Terapi

Nama Obat Rute Indikasi


Hidroksokobolamin Oral obat suplemen penambah
vitamin B12

Asam Folat IM vitamin yang diperlukan


untuk pembentukan sel
darah merah yang normal
Analisa Data
Data Etiologi Masalah

Data Subjektif : kekurangan nutrisi perfusi perifer tidak efektif


-klien mengatakan tidak menyukai ↓
sayuran dan daging kadar hemoglobin menurun
Data objektif : ↓
- klien tampak pucat kulit pucat
-Hgb 8,2g/dl ↓
-RR 18x/menit perfusi perifer tidak efektif

Data Subjektif : suplai O2 menurun Intoleransi Aktivitas


-klien mengeluh lemas ↓
-klien mengeluh sesak napas sesak napas
-klien mengatakan sulit berjalan ↓
Data Objektif: tubuh lemas
-TD 110/70 mmHg
-Hgb 8,2 g/dl ↓
intoleransi aktivitas
-suhu 36,6℃
Diagnosa

1. perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi


hemoglobin dibuktikan dengan warna kulit pucat
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas dibuktikan dengan
sulit berjalan
intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
perfusi perifer Perfusi Perifer (L.020011) Edukasi Berat Badan Efektif
tidak efektif (I.12365)
(D.0009) Setelah dilakukan pemeriksaan 1x24 jam Observasi
diharapkan keadekuatan aliran darah - Identifikasi kembali kesiapan - agar mengetahui kesiapan
pembuluh darah meningkat dengan kriteria dan kemampuan menerima klien untuk menerima
hasil : informasi informasi
- Warna kulit pucat menurun Teurapeutik - untuk mempermudah
- -Tekanan darah meningkat -Sediakan materi dan media pemberian edukasi
edukasi - agar klien dapat memahami
Edukasi pentingnya asupan makanan
- Jelaskan hubungan asupan bergizi
makanan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Intoleransi Toleransi Aktivitas (L.05047) Manajemen Energi (I.05178)
Aktivitas Observasi
(D.0056) Setelah dilakukan pemeriksaan 1x24 jam - Monitor kembali lokasi dan - untuk memastikan lokasi
diharapkan respon fisiologis terhadap ketidaknyamanan selama ketidaknyamanan klien
aktivitas meningkat dengan kriteria hasil : melakukan aktivitas - mempermudah klien untuk
- - Saturasi Oksigen meningkat Teurapeutik mobilisasi
- - kemudahan dalam melakukan aktivitas - Fasilitasi duduk di sisi - mengurangi tingkat
sehari-hari tempat tidur, jika tidak dapat kelemasan klien
- -kekuatan tubuhagian bawah meningkat berpindah atau berjalan - untuk meningkatkan asupan
- - Frekuensi napas meningkat Edukasi makanan yang bergizi
- Anjurkan aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi
- kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
IMPLEMENTASI
No. Diagnosa Tanggal / jam Implementasi
1 1 Selasa , 24 November 2020 (08.00) Mengidentifikasi kembali kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
R: Klien mengatakan siap untuk menerima informasi
Menjelaskan hubungan asupan makanan misalnya makanan
yang bergizi seperti sayur- sayuran, daging , dan protein hewani
lainnya.
R : Klien menyimak dan memahami

2 2 Selasa , 24 November 2020 (10.00) Memonitori kembali lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
R : Klien menyebutkan lokasi ketidaknyamanannya
Memfasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
R : klien merasa aman dan nyaman
Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
R : Klien menerapkannya
Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Evaluasi
No tanggal /jam masalah Evaluasi Paraf
1 Selasa , 24 November 2020 (12.00) perfusi perifer tidak S : Klien mengatakan Ns. ZD
efektif O : Kondisi kulit klien terlihat normal
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

2 Selasa , 24 November 2020 (14.00) Intoleransi Aktivitas S:


- Klien mengatakan sudah tidak
sesak napas
- Klien mengatakan lemas nya
berkurang
O : Klien terlihat dapat berjalan
dengan normal
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- Anjurkan aktivitas secara bertahap
- kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
Penanganan kecelakaan kerja
Kecelakaan karena tergelincir, terpukul, terkena
benda tajam/ keras.
Jalan kerja dan tempat injakan kaki harus tetap
bersih, cukup terang dan tidak licin.

Cara kerja harus dalam posisi dan sikap yang


benar.

Pekerja harus tetap hati-hati, teliti dan disiplin.

Jangan menggunakan alat kerja sembarangan dan


bukan semestinya.
Kecelakaan Medis
Kecelakaan medis sering dianggap sama dengan kelalaian medis,
karena kedua keadaan tersebut sama-sama dapat menimbulkan
kerugian kepada pasien. bila ditinjau dari segi hukum, dua keadaan
tersebut harus dibedakan, karena didalam hukum medis yang
menganut "inspanning verbintenis" (perjanjian upaya) yang harus
dipertanggungjawabkan bukan akibat dari perbuatan, tetapi
pertanggungjawaban lebih mengarah kepada cara bagaimana sampai
akibat tersebut terjadi.
Untuk menentukan bahwa akibat yang diderita pasien merupakan kecelakaan medis dan bukan merupakan kelalaian
medis, Guwandi (2004) memberikan ciri-ciri sebagai berikut :
 Kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak terduga, tindakan yang tidak disengaja (accident, misfortune, bad fortune,
mischance, ill luck).
 Tidak ditemukan adanya unsur kesalahan (schuld) dalam kecelakaan.
 Dokter sudah melakukan pekerjaannya sesuai dengan standar profesi medis dan etika profesi.
 Kecelakaan yang mengandung unsur yang tidak dapat dipersalahkan (verwijtbaarheid), tidak dapat dicegah (vermijdbaarheid)
dan terjadinya tidak dapat diduga sebelumnya.
 Dokter sudah melakukan tindakan dengan hati-hati, melakukan upaya dengan sungguh-sungguh dengan menggunakan
segala ilmunya, keterampilan dan pengalaman yang dimilikinya.
 Dokter telah berusaha meminimalisasi resiko yang mungkin terjadi dengan melakukan anamnese yang teliti, pemeriksaan
pendahuluan yang adekuat, dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan.
 Dalam hal kasus pembedahan atau pembiusan, dokter telah berusaha melakukan terapi awal terhadap kelalaian yang
ditemukan atau telah melakukan konsultasi dengan spesialis lainnya yang berkompeten terhadap kelainan yang diderita
pasiennya.
Penanganan Kecelakaan Medis

Cara menangani kasus diatas mengenai kecelakaan medis yang terjadi di laboratorium,
yaitu dengan memakai sepatu anti slip, jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali
sepatu longgar, hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin)
atau tidak rata konstruksinya dan pemeliharaan lantai dan tangga.
K P3K (First Aid) adalah upaya pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban
kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau
E paramedic. Yang bertujuan untuk Mempertahankan penderita tetap hidup atau
terhindar dari maut, Membuat keadaan penderita tetap stabil, Mengurangi rasa
S nyeri, ketidak-nyamanan dan rasa cemas, Menghindarkan kecacatan yang lebih
parah.
I Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang terjadi pada saat seseorang
melakukan pekerjaan. Kecelakaan kerja merupakan masalah besar bagi fasilitas
M pelayanan kesehatan.
Cara menangani kecelakaan kerja yaitu dengan mencegah kecelakaan kerja yang
P disebabkan oleh faktor peralatan dan lingkungan kerja dapat dilakukan dengan
membuat prosedur kerja standar K3 dan prosedur kerja standar teknis.
U Kecelakaan medis sering dianggap sama dengan kelalaian medis, karena kedua
keadaan tersebut sama-sama dapat menimbulkan kerugian kepada pasien. bila
L ditinjau dari segi hukum, dua keadaan tersebut harus dibedakan, karena didalam
hukum medis yang menganut "inspanning verbintenis" (perjanjian upaya) yang harus
A dipertanggungjawabkan bukan akibat dari perbuatan, tetapi pertanggungjawaban
lebih mengarah kepada cara bagaimana sampai akibat tersebut terjadi.
N Cara menangani kecelakaan medis yaitu dengan lebih berhati-hati dan upayakan
tidak menggunakan hal yang mengundang terjadinya kecelakaan
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai