Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH PENDEKATAN

TRANSCULTURAL NURSING TERHADAP


PERILAKU PENGGUNA PIL
PARACETAMOL, CAFEIN, DAN
CARISOPRODOL DI KOTA KENDARI

Disusun Oleh :
Enaf Fantiah Nurwanti
C.0105.20.168
LATAR BELAKANG
Pada pertengahan tahun 2017 di Kota Kendari
telah terjadi kasus penyalahgunaan obat yang
banyak memakan korban di antaranya remaja
sebagai salah satu penyalahguna terbanyak.
Penyalahgunaan obat yang dimaksudkan adalah
obat PCC atau dalam istilah pemakai biasa
disebut pil PCC. Pil PCC sendri merupakan suatu
jenis obat-obatan yang mengandung bahan aktif
Paracetamol, Caffein dan Carisoprodol (PCC).
Dikarenakan obat ini banyak sekali
disalahgunakan sehingga dilakukakan penarikan
oleh BPOM sejak tahun 2013 melalui surat
keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI No. HK.04.1.35.06.13.3535 tahun
2013 tentang pembatalan izin edar karisoprodol
tunggal karena banyak disalahgunakan dan efek
samping yang membahayakan.
METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi


eksperimen. Sementara metode penelitian ini adalah
post test only without control group design yaitu jenis
penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran
atau observasi pada akhir pengukuran tanpa kelompok
kontrol yang dilakukan pada variabel terikat dan variabel
bebas (Agus Riyanto, 2010). Penelitian ini telah
dilaksanakan diKota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara, padatanggal 24 April sampai dengan tanggal
22 Mei tahun 2018. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner terstruktur berisi
pernyataan yang harus diisi oleh responden terpilih
dengan memberi tandacentang (√) pada jawaban yang
dipilih.
HASIL
3.1 Analisa Univariat
Pengaruh Pendekatan Transkultural Nursing Pada Pengkonsumsi pil paracetamol, cafein,
dan Carisoprodol di Kota Kendari
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pendekatan
transkultural nursing dalam mengkonsumsi pil PCC di Kota Kendari (p-
value = 0,005 <α, r = 0,375). Nilai r menginterpretasikan semakin sering
dilakukan pendekatan transkultural nursing akan semakin besar menjadi
pengaruh positif yang lebih besar bagi pengguna pil PCC.
PEMBAHASAN
Setelah peneliti menghitung dengan menggunakan rumus
slovin didapatkan jumlah besaran sampel sebanyak 59
responden, peneliti menggunakan metode pengambilan sampel
dengan teknik total sampling, yang kemudian mencocokan
sampel yang telah didapat dengan memenuhi kriteria Inklusi,
yang kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
pengguna aktif dan kelompok pengguna tidak aktif. Sebanyak
20 responden pengguna pil PCC aktif, dan 39 responden
pengguna pil PCC tidak aktif. Adapun kelompok pengguna
aktif yang dimaksud adalah pengkonsumsi pil PCC yang
masih aktif menggunakan pil PCC dan dipantau oleh BNN
Kota Kendari, sedangkan kelompok pengguna tidak aktif
adalah pengkonsumsi pil PCC yang tidak aktif menggunakan
pil PCC dan masih tetap dipantau oleh BNN Kota Kendari.
USIA

Pengguna pil PCC di Kota Kendari berdasarkan usia paling


banyak ditemukan pada kategori usia 15-24 tahun dimana hal
ini menunjukan penyalahgunaan pil PCC pada usia produktif
sangat tinggi di Kota Kendari, hal ini dikarenakan dorongan
atas rasa keingin tahuan yang tinggi serta pengaruh
lingkungan untuk mencoba hal baru pada usia produktif
menjadi penyebab utama tingginya penyalahgunaan pil PCC
di Kota Kendari. Adapun usia responden termuda pada
penelitian ini adalah 16 tahun sedangkan usia tertuanya
adalah 4o tahun.
JENIS KELAMIN
Berdasarkan jenis kelamin, peneliti memukan lebih banyak pada
laki-laki dibandingkan perempuan baik pada kelompok pengguna
aktif ataupun kelompok pengguna tidak aktif. Pada laki-laki 31
responden (52,542%) sedangkan pada perempuan 28 responden
(47,458%), hal ini dikarenakan secara psikologis laki-laki lebih
mudah terserang depresi dibanding perempuan. Dalam hasil
penelitian lain disebutkan bahwa laki-laki yang telah memakai
salah satu jenis zat adiktif, nantinya ada kemungkinan besar akan
mencoba mengkonsumsi zat adiktif lainnya. Kecenderungan ini 2
kali lebih besar dari perempuan (Nengah W, 2013).
 Suku

Berdasarkan terbanyak adalah suku Tolaki sebesar 23


responden (38,983%), terbanyak pada kelompok
pengguna tidak aktif sebanyak 15 responden (25,424%).
Sedangkan pada kelompok pengguna aktif yaitu 8
responden (13,559%). Menurut Muzaham Fauzi (2017)
dalam bukunya sosiologi kesehatan, kearifan lokal
budaya dapat memberikan dampak positif terhadap
kondisi fisik dan psikologis individu. Sehingga
pengaruh suku sangat besar terhadap kelangsungan
pendekatan yang di lakukan oleh peneliti di karenakan
tiap suku memiliki tanggapan yang berbeda-beda
dengan pendekatan yang dilakukan.
TINGKAT PENDIDIKAN

Berdasarkan tingkat pendidikan pada penelitian ini didapatkan tingkat


pendidikan tinggi terbanyak didapatkan pada kelompok pengguna tidak
aktif sebesar 37 responden (62,712%), sedangkan pada kelompok
pengguna aktif 19 responden (32,032%) merupakan lulusan SMA sampai
dengan perguruan tinggi. Selebihnya pada kelompok pengguna tidak aktif 2
responden (3,390%), dan kelompok pengguna aktif 1 responden (1,695%)
memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu lulusan SMP. Pendidikan
memiliki peranan penting dalam mengatasi penyalahgunaan obat-obatan
terlarang, namun temuan peneliti di Kota Kendari justru memprihatinkan,
pengguna obat-obatan terlarang di Kota Kendari sebagian besar berasal dari
pelajar dan mahasiswa, hal ini dikarenakan
kurangnya peran pendidikan dalam menerapkan kurikulum pendidikan anti
narkoba sebagai wujud usaha memberatas penyalahgunaan obat-obatan
terlarang di Kota Kendari.
AGAMA

Pengguna pil PCC di Kota Kendari berdasarkan agama


terbanyak adalah Islam sebesar 50 responden (84,746%),
terbanyak pada kelompok pengguna tidak aktif sebanyak 33
responden (55,932%). Sedangkan pada kelompok pengguna
aktif yaitu 17 responden (28,814%). Pada penelitian yang
dilakukan oleh peneliti ditemukan hasil bahwa identitas
agama belum menjadi bagian dari pribadi pengkonsumsi pil
PCC, sehingga sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan
sosialnya yang membawa mereka kepada perbuatan amoral.
Menurut Rakhmat (2003) individu yang memiliki
religiusitas yang baik umumnya dapat mengatasi stres,
melindungi diri dan menyembuhkan depresi, serta
mempunyai gaya hidup yang sehat.
TRANSKULTURAL NURSING

Pendekatan trasnkultural nursing pada penelitian didapatkan pendekatan


transkultural nursing yang baik terbanyak pada kelompok pengguna tidak
aktif sebesar 34 responden (57,627%), dan selebihnya 10 responden
(16,949%) pada kelompok pengguna aktif. Menurut Leininger (2002)
mengatakan bahwa budaya dapat mempengaruhi perilaku kesehatan
individu, pendekatan transkultural nursing yang tepat adalah dengan
membatu individu beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan, sehingga individu dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan.
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square terhadap
variabel yang diteliti, variabel pendekatan transkultural nursing dapat
mempengaruhi pengkonsumsi pil PCC.
PENGARUH PENDEKATAN TRANSKULTURAL
NURSING PADA PENGGUNA PIL PCC

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti,


kebiasaan mengkonsumsi pil PCC pada kelompok
pengguna aktif dan kelompok pengguana tidak aktif
merupakan suatu budaya. Dikatakan sebagai budaya
dikarenakan budaya merupakan pengetahuan, sikap serta
kebiasaan yang merupakan pola hidup yang dimiliki oleh
individu atau komunitas. Selain itu menurut responden
kebiasaan mengkonsumsi pil PCC awalnya jarang namun
menjadi keseringan.
KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian mengenai pengaruh


pendekatan transcultural nursing pada pengkonsumsi pil PCC
dikota Kendari, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
pengaruh pendekatan transcultural nursing pada pengkonsumsi pil
PCC di kota Kediri.
TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai