Anda di halaman 1dari 22

PROSEDUR BANTUAN HIDUP DASAR

Dosen : Devi Novita Damanik, S.Kep,Ns, M.Kep

MK : Keperawatan Gawat Darurat (Kep Gadar)

Di susun oleh : Anisya Saranita (19274205003)


Bantuan hidup dasar (BHD)

Bantuan hidup dasar (BHD) atau Basic Life Support (BLS) merupakan
serangkaian pertolongan pertama yang dilakukan untuk membantu siapa pun
yang mengalami kondisi henti nafas dan henti jantung. Bantuan ini tidak hanya
dilakukan para petugas medis, namun setiap warga pada umumnya dapat
melakukan BHD dengan mempelajari langkah langkahnya.
Tujuan pemberian bantuan hidup dasar (BHD)

Jika seseorang yang henti nafas dan henti jantung tidak segera di tangani,
otak dan jantung akan mengalami kerusakan serta kehilangan fungsinya dalam
6 menit.
Secara garis besar, tindakan pertolongan pertama ini bermanfaat untuk :
 Mencegah pernafasan dan sirkulasi darah berhenti.
 Memberi bantuan dari luar terhadap sirkulasi darah dan pernafasan korban
henti jantung atau henti napas melalui Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Pemeriksaan Nafas

Jika obstruksi telah dikeluarkan periksa apakah pasien tersebut bernafas


atau tidak, lakukan dalam waktu kurang dari 10 detik, dengan cara :
● Lihat gerakan dinding dada dan perut ( look)
● Dengarkan suara nafas pada hidung dan mulut korban (listen)
● Rasakan hembusan udara pada pipi (feel)
Korban yang didapati gasping atau nafas tidak efektif maka anggap korban
tersebut tidak bernafas dan lakukan 5 kali bantuan nafas, untuk mendapatkan
minimal 2 kali nafas efektif.
Pemerisaan Nafas
Resusitasi Jantung Paru Dengan 1 Orang
Penolong
• Tiupkan bantuan nafas awal 2 (dua) kali.
• Jika penderita bernafas dan nadi berdenyut maka posisikan penderita pada
posisi pemulihan.
• Apabila masih belom terdapat nafas dan nadi, maka lakukanlah pijatan
jantung sebanyak 15 kali dengan kecepatan pijatan 80-100 kali permenit.
• Berikan bantuan nafas lagi sebanyak 2 (dua) kali.
• Lakukan terus 15 kali pijatan jantung dan 2 kali bantuan nafas sampai 4
siklus.
• Periksa kembali nadi dan nafas pasien apa bila terdapat nadi namun belum
terdapat nafas maka teruskan bantuan nafas 10-12 kali permenit.
Posisi Pemulihan
Menentukan Titik Kompresi PJL
Pijat Jantung Nafas Buatan
Resusitasi Jantung Paru 2 Orang Penolong
● Posisikan penolong saling berseberangan.
● Lakukan bantuan nafas awal sebanyak 2 (dua) kali.
● Lakukan pijatan jantung luar sebanyak 5 (lima) kali dengan kecepatan
pijatan 80-100 kali per menit
● Berikan nafas bantuan sebanyak 1 (satu) kali.
● Lakukan 5 pijatan jantung dan 1 nafas bantuan sampai 12 siklus.
● Pemeriksaan kembali nadi nafas pasien, apabila terdapat nadi namun belum
terdapat nafas maka teruskan bantuan nafas 10-12 kali permenit
Dalam melakukan resusitasi jantung paru bukan tanpa resiko bagi pasien,
resiko resiko yang mungkin di alami pasien antara lain : Patah tulag dada/iga,
kebocoran paru-paru,pendarahan dalam pada dada/paru-paru,memar paru dan
robekan pada hati/limpa. Maka penolong perlu berhati hati.
Membuka Jalan Nafas Dengan Alat (OPA) atau Tanpa Alat

Jalan nafas (airway) adalah hal yang pertama kali harus diperiksa
untuk mengkaji kelancaran nafas pasien. Keberhasilan jalan nafas
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses ventilasi
(pertukaran gas antara atmosfer dengan paru).
Membuka Jalan Nafas Dengan Alat (OPA)
• OPA (Oro-Pharyngeal Airway atau yang disebut juga guedel adalah alat
bantu jalan nafas untuk menahan pangkal lidah dari dinding belakang faring.
 Tujuan :
o Untuk mempertahan kan jalan nafas dari pasien yang tidak sadar

dengan cara menahan lidah menjauhi dinding posterior dari faring.


o Untuk di gunakan sebagai penahan bagi pasien dengan endotrakeal

tube.

 Indikasi :
o Kejang yang akan berkembang menjadi tonik atau gerakan klonik
o Tidak sadar
o Untuk mempertahankan jalan nafas tetap terbuka
Prosedur OPA
 Peralatan :
o OPA atau Guedel
o Penekan lidah
o 1 cm plester

 Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Pilihlah ukuran OPA /guedel yang sesuai dengan pasien. Hal ini mungki
dilakukan dengan menempatkan jalan nafas dipipi pasien dengan bagian
datar pada bibir. Ujung dari jalan nafas harus pada dagu pasien.
Alat -Alat
3. Memasukkan jalan nafas dengan mengikuti salah satu cara dibawah ini :
a) Balik jalan nafas sehingga bagian atasnya menghadap kemuka. Mulai untuk
memasukkan jalan nafas ke mulut. Sebagaimana jalan nafas mendekati
dinding posterior faring dekat lidah belakang, putar jalan nafas pada posisi
yang seharusnya.
b) Gunakan penekan lidah, gerakkan lidah keluar untuk menghindari
terdorong ke belakang masuk faring posterior. Masukkan OPA / guedel
kedalam posisi yang seharusnya dengan bagian atas menghadap kebawah.
Tidak perlu diputar.
4. Jika reflek cegukan pasien terangsang, cabut jalan nafas dengan segera dan
masukkan kembali
5. Untuk digunakan sebagai penahan, jalan nafas dipotong, sehingga hampir
mendekati 2 cm keluar dari bagian yang datar (pada pasien dewasa)
6. Fiksasi jalan nafas dengan plaster diletakkan di pipi dan melintasi bagian
datar dari bagian jalan nafas,pada bibir pasien. Jangan menutupi bagian
terbuka dari jalan nafas. Harus berhati-hati untuk menjamin pasien tidak
cegukan terhadap jalan nafas ketika direkatkan pada tempatnya. Perekatan
dapat mencegah pasien dari dislokasi jalan nafas, karena itu pasien akan
muntah segera ketika ia sadar kembali.
Membuka Jalan Nafas Tanpa Alat

 Pengertian :
Tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan nafas dengan
tetap memperhatikan kontrol servikal.

 Teknik membuka jalan nafas tanpa alat :


1. Chin – lift
2. Jaw – thrust
1. Chin – lift

Chin – lift (manuver mengangkat dagu)


 Tujuan : Membuka jalan nafas
 Prosedur :
1. Letakkan tangan pada dahi pasien / korban
2. Tekan dahi sedikit mengarah ke depan dengan telapak tangan
penolong
3. Letakkan ujung jari tangan lainnya dibawah bagian ujung tulang
rahang pasien / korban
4. Tengadahkan kepala dan tahan / tekan dahi pasien secara bersamaan
sampai kepala pasien pada posisi ekstensi
2. Jaw – thrust
Jaw – thrust (menuver mendorong rahang)
 Tujuan : untuk membuka jalan nafas, adalah metode yang terpilih
untuk di gunakan pada pasien / korban dengan cidera kepala atau
cedera leher servikal.
 Prosedur :
1. Letakkan kedua siku penolong sejajar dengan posisi pasien
2. Kedua tangan memegang sisi kepala pasien
3. Penolong memegang kedua sisi rahang
4. Kedua tangan penolong menggerakkan rahang keposisi depan
secara perlahan
5. Pertahankan posisi mulut pasien tetap terbuka
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai