Anda di halaman 1dari 44

BAHAN BAKU

OBAT
TRADISIONAL
Kuliah 10
Bahan Baku Obat Tradisioal.
● Indonesia merupakan mega-senter keragaman
hayati dunia urutan terkaya kedua di dunia
setelah Brazilia.
● Biota laut Indonesia urutan pertama terkaya di
dunia.
● Di bumi diperkirakan 40.000 spesies tumbuhan,
dimana 30.000 spesies hidup di kepulauan
Indonesia.
● Diketahui sekurang-kurangnya 9.600 spesies
tumbuhan berkhasiat sebagai obat dan kurang
lebih 1000 spesies telah digunakan sebagai
bahan obat tradisional oleh industri obat
tradisional.
• Data IKOT (Industri Kecil Obat Tradisional) :
• Tahun 1990 ada 259 buah
• Tahun 1997 (masa awal krisis ekonomi) ada 458 buah
• Tahun 2000 (853 buah),
• Tahun 2003 (905 buah)
• Akhir tahun 2005 (1037 buah)
• Data Riskesdas 2010
• 59,29% pernah minum jamu
• Tertinggi Kalimantan 80,71%, terendah Sulawesi
23,95%
• 93, 76% menyatakan jamu bermanfaat bagi tubuh
• 4,36% minum jamu tiap hari, tertinggi DKI 7,75%
• Jamu buatan sendiri :
• Jahe 50,36%
• Kencur 48,77%
• Temulawak 39,65%
• Bentuk sediaan :
• Cairan 55,3%
• Seduhan 44,1%
• Rebusan 20,3%
● Upaya penggunaannya pun kian meningkat dari
tingkat non formal ke arah penggunaan dalam
jaringan upaya pelayanan kesehatan formal.
● Salah satu tuntutan agar obat tradisional digunakan
dalam pelayanan kesehatan formal adalah tingkat
khasiat dan keamanan serta indentitas
formulasinya jelas seperti yang tertera pada
label kemasannya (Hutapea, 2000).
• Bahan baku obat tradisional yang dimaksud disini
adalah simplisia nabati. Simplisia nabati memerlukan
evaluasi meliputi: identifikasi, uji kemurnian, dan zat
identitas yang jelas sehingga dapat digunakan
sebagai bahan baku pada industri obat tradisional.
● Untuk mendapatkan produk obat tradisional yang bermutu,
bahan baku obat tradisional harus terstandarisasi.
Standarisasi mengacu kepada monografi seperti pada
Materia Medika Indonesia, Farmakope Indonesia dan
Farmakope Herbal Medicine Indonesia.
● Permasalahannya tidak semua pelaku industri Obat
Tradisional dapat dengan mudah mengakses monografi
tersebut oleh karena itu perlu dibuat database tentang bahan
baku obat tradisional yang standar yang dapat diakses
dengan mudah dan murah.
● Nilai perdagangan obat herbal, suplemen makanan, dll di
dunia pada tahun 2000 mencapai 40 milyar USD.
• Pada tahun 2002 meningkat menjadi 60 milyar USD dan
pada tahun 2050 diperkirakan menjadi 5 triliun USD dengan
peningkatan 15% per tahun, lebih tinggi jika dibandingkan
dengan peningkatan nilai perdagangan obat konvensional
modern hanya 3% per tahun (Deptan, 2004).
• Cina sebagai negara yang paling maju dalam bidang produk
herbal, memiliki 940 perusahaan obat tradisional dengan
nilai penjualan domestik mencapai 6 milyar USD dengan
pangsa pasar mencapai 33% dari total pasar obat dunia.
• Di India 60-70% penduduk menggunakan sistem
pengobatan alami, dengan nilai penjualan mencapai 3 milyar
USD pada tahun 2002.
• Di Korea output dari obat herbal mencapai 500 juta USD
yang merupakan 12% dari total penjualan obat dunia.
• Di Malaysia, nilai perdagangan produk herbal tahun 2000
mencapai 1,2 milyar USD, dengan trend pasar meningkat
13% per tahun. Pengeluaran untuk pengobatan tradisional di
Inggris mencapai 230 juta USD per tahun.
• Nilai pasar global untuk obat-obatan tradisonal mencapai
lebih dari 60 milyar USD per tahun dan meningkat terus
setiap tahunnya (Deptan 2004, WHO 2003)
• Di Indonesia volume perdagangan obat tradisional pada
tahun 2002 baru mencapai 150 juta USD, padahal kurang
lebih 61% penduduk Indonesia diketahui sudah terbiasa
mengkonsumsi obat tradisional yang dikenal sebagai
“jamu”.
• Hal yang memprihatinkan adalah bahwa kebutuhan bahan
baku untuk 1.023 buah perusahaan obat tradisional, yang
terdiri dari 118 industri obat tradisional (IOT, aset > Rp. 600
juta), dan 905 industri kecil obat tradisional (IKOT, aset <
Rp. 600 juta) justru 85% diperoleh dari upaya penebangan
dari hutan dan pekarangan tanpa upaya budidaya.
• Ekspor bahan baku dan simplisia tanaman obat Indonesia
menunjukkan peningkatan yang berarti. Pada tahun 2000
mencapai 26,06 juta USD dan tahun 2001 890,24 juta USD
(Deptan, 2004, WHO, 2003).
TANAMAN OBAT DAN AROMATIK
 Tanaman obat dan aromatik
• rempah 50 jenis
• obat 7000 sp potensial ( 300 sp sdh dibudidayakan )
 Memiliki nilai strategis karena :
• Penghasil devisa
• Bahan baku industri
• Penyerap tenaga kerja
• Untuk kesehatan dan kecantikan
SUMBER BAHAN BAKU OT
Berdasarkan jenisnya : Berdasarkan tempat
 Tumbuhan : hidupnya :
• Akar, umbi, rimpang • Darat
• Batang, kulit batang • Laut ( hewan, tumbuhan,
• Daun ( pucuk, muda, tua ) galenik, sponge)
• Bunga
• Buah, biji
• Herba
• Eksudat tanaman
 Hewan
 Mineral
 Sediaan galenik
BAHAN BAKU OT
 Bahan baku OT dari tumbuhan :
• Sebagian besar dari tumbuhan liar
• Tanaman budidaya
 Pemakaian OT makin meningkat, permintaan
bahan baku ( domestik dan impor ) makin
meningkat, maka perlu dipikirkan
kelestariannya.
 Mulai dilakukan budidaya tanaman obat
DEFINISI
 SIMPLISIA, bahan alamiah yang dipergunakan
sebagai obat yang belum mengalami pengolahan
apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
yang telah dikeringkan

 BAHAN NABATI
• Berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
• EKSUDAT, isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman
atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat
nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tanaman
DEFINISI
 BAHAN HEWANI
• Berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna
yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat
kimia murni.
 BAHAN PELIKAN
• Berupa pelikan atau mineral yang belum diolah atau
telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa
zat kimia murni
SUMBER SIMPLISIA
1. TUMBUHAN LIAR
- Kerugian: a. umur dan bagian tanaman
b. jenis (species)
c. lingkungan tempat tumbuh
d. Kelestarian tumbuhan
- Keuntungan : ekonomis
2. TANAMAN BUDIDAYA (tumpangsari, TOGA,
perkebunan)
- Keuntungan : a. bibit unggul
b. pengolahan pascapanen
c. tempat tumbuh
- Kerugian : a. tanaman manja
b. residu pestisida
SYARAT SIMPLISIA NABATI/HEWANI
1. Harus bebas serangga, fragmen hewan, kotoran
hewan
2. Tidak boleh menyimpang dari bau, warna
3. Tidak boleh mengandung lendir, cendawan, menun
jukkan tanda-tanda pengotoran lain
4.Tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun
atau berbahaya
5. Kadar abu yg tdk larut dalam asam maksimal 2%
PELIKAN :Harus bebas dari pengotoran tanah, batu,
hewan, fragmen hewan dan bahan asing
lainnya
DASAR PEMBUATAN SIMPLISIA
CARA PENGERINGAN : - waktu
- suhu
- perajangan
PROSES FERMENTASI: - harus tepat waktu
PROSES KHUSUS : - penyulingan
- pengentalan eksudat
- pengeringan sari air
MEMERLUKAN AIR : - pati
- talk
Catatan: air harus bebas racun serangga, kuman
patogen, logam berat, dll
TAHAPAN PENYIAPAN SIMPLISIA
1. PENGUMPULAN BAHAN BAKU (PANEN)
2. SORTASI BASAH
3. PENCUCIAN
4. PERAJANGAN
5. PENGERINGAN
6. SORTASI KERING
7. PENGEPAKAN DAN PENYIMPANAN
8. PEMERIKSAAN MUTU
1. PENGUMPULAN BAHAN BAKU
(PANEN)
Kadar zat aktif dalam simplisia bervariasi, tergantung:
a. BAGIAN TANAMAN, kulit batang (klika, cortex),
batang (caulix), kayu (lignum), daun (folium), bunga
(flos), akar (radix), rimpang (rhizoma), buah (fructus),
biji (semena), bulbus
b. UMUR TANAMAN
 Atropa belladonna L.:alkaloida utama hiosiamin
pertama ada pada akar, tahun I tertinggi pada batang
hijau, tahun II batang berkayu dan kadar tertinggi pada
pucuk daun tanaman mulai berbunga
 Mentha piperita L.: kadar mentol tertinggi pada daun
muda, saat tanaman mulai berbunga
 Cinnamomum camphora L. : kadar kamfer tergantung
dari umur tanaman, makin tua makin tinggi pada bagian
kayu
Lanjutan PANEN
c. WAKTU PANEN
 Minyak atsiri : sebaiknya panen pagi hari
 Pertimbangan zat aktif : - stabilitas kimia
- stabilitas fisika
d. TEKNIK PENGUMPULAN
 Dengan menual (tangan) :
- keterampilan
- baik bagi tanaman dipanen berulang-ulang
 Dengan alat (mekanik) :
- perhatikan zat aktif (kimia),
misal : golongan, jangan pakai alat besi
- baik bagi tanaman sekali panen
PEDOMAN PANEN PADA UMUMNYA
 KULIT BATANG
• umur sudah cukup tua, jangan terlalu tua, memiliki banyak
gabus (tidak ada zat aktif)
• jangan mengganggu pertumbuhan, panen menjelang musim
kemarau
• panen batang utama dan cabang, ukuran tertentu
• mengandung m.a & fenol, hindari pakai logam
• kadar air ≤ 8%
 BATANG
• dari cabang dengan diameter tertentu
• potong dengan panjang tertentu
• kadar air ≤ 10%
 KAYU
- dari batang atau cabang
- kelupas kulit
- potong-potong kecil, diserut (disugu)
- kadar air ≤ 10%
 DAUN
- daun tua : - telah membuka sempurna
- menerima s.m. sempurna
misal : sembung, Blumea balsamifera L.
- daun muda, pucuk :
- saat mengalami perubahan pertumbuhan
dari vegetatif ke generatif
misal : kumis kucing, Orthosiphon stamineus
- kadar air ≤ 5%
 BUNGA
Tergantung yang dimaksud : kuncup, bunga mekar,
mahkota bunga, daun bunga, kadar air ≤ 5%, dipetik
dengan tangan
 AKAR : - bagian bawah tanah
- potong-potong, ukuran tertentu
- kadar air ≤ 10%
 RIMPANG :
- panen musim kering, bag. atas tan. kering
- cabut tanaman, bersihkan rimpang
- potong melintang, tebal tertentu
- kadar air ≤ 8%
 BUAH
Tergantung yang dimaksud : buah masak, matang,
muda, dipetik dengan tangan
- umum buah masak, ditandai perubahan pada
buah :
 tingkat kekerasan; labu merah, Cucurbita
moschata L.
 warna; asam, Tamarindus indica L.
jeruk nipis, Citrus aurantifolia L.
 bentuk; mentimun, Cucumis sativus L.
pare, Momordica charantia L.
- kadar air ≤ 8%
 BIJI
- buah mengering; kedawung,Parkia roxbugii
- sebelum kering benar, sebelum pecah secara alami;
jarak, Ricinus communis L.
- buah dipetik (manual, alat)
- kupas kulit buah
- kadar air ≤ 10%
 BULBUS
- umbi lapis maksimal besar, pertumbuhan di
atas berhenti; bawang merah, Allium cepa L.
 tanaman cabut, bulbus pisah dari daun dan akar
 cuci
2. SORTASI BASAH
TUJUAN : membersihkan dari kotoran dan bahan asing
misal : akar, bahan asing, tanah, kerikil, pasir, rumput, batang,
daun, bagian akar rusak, pengotoran lain (tanah)

3. PENCUCIAN
TUJUAN : membersihkan/menghilangkan tanah dan
kotoran lain yang melekat
PERHATIKAN : simplisia yang mengandung z.a
yang mudah larut, cuci sesingkat mungkin
Frazier (1978): -cuci 1 x, 25% mikroba hilang
-cuci 3 x, mikroba sisa 42%
Air harus bersih : mata air, air sumur, PAM
Bebas dari : Pseudomonas, Proteus, Micrococcus,
Bacillus, Streptococcus, Enterobacter, Escherichia
4. PERAJANGAN
 TUJUAN : mempermudah proses selanjutnya, untuk
pengeringan, penggilingan, pengepakan
 CARA :
• keringkan 1 hari, utk mengurangi warna akibat
reaksi alat dengan simplisia
• rajang, tipis atau potong, ukuran tertentu
 PERHATIKAN :
• irisan jangan terlalu tipis
• mudah kering
• berkurang / hilang z.a yang mudah uap
• mempengaruhi komposisi bau dan warna
misal : temulawak, temugiring, jahe, kencur dll
5. PENGERINGAN
TUJUAN : mengurangi kadar air, supaya simplisia
awet, dengan kadar air ≤ 10% (mantap 5%)
Tidak terjadi reaksi enzimatis
- kadar air ≥ 10%;
 terjadi reaksi enzimatis, z.a terurai
 terjadi pertumbuhan kapang, jazad renik
 simplisia rusak, menurun mutunya
- < 1950, simplisia diawetkan dengan rendam
EtOH 70%, aliri uap panas
- keringkan, kecuali simplisia fermentasi (keringkan
perlahan, enzimatik, z.a pecah)
5. PENGERINGAN
Jenis Pengeringan
A. Secara alamiah
1. Sinar matahari langsung
- Bagian tan. keras : kayu, kulit kayu, biji
- z.a stabil
- mudah, murah, tergantung iklim
2. Diangin-anginkan, tidak kena s.m langsung
- bagian tan lunak : bunga, daun
- z.a mudah menguap, tidak stabil
Tempat Pengeringan
• Tempat simplisia berlubang-lubang, seperti anyaman bambu
• Tidak terbuat dari logam, z.a dapat rusak
• Sirkulasi udara diatur
5. PENGERINGAN
Jenis pengeringan
B. Pengeringan buatan
 Alat dapat mengatur : suhu, kelembaban, tekanan, aliran
udara
 Tidak ekonomis, untuk simplisia banyak
 Mutu simplisia lebih baik, waktu efisen
Prinsip kerja :
 Udara dipanaskan,sumber panas dari kompor, mesin diesel,
listrik
 Udara panas dialirkan dengan dorongan kipas
6. SORTASI KERING
TUJUAN : memisahkan / membersihkan benda
asing, pengotoran lain (bagian tan)
CARA : manual atau mekanik

7. PENGEPAKAN & PENYIMPANAN


FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN
KERUSAKAN SIMPLISIA
a. CAHAYA :- peristiwa kimia
- s.m langsung, perubahan warna
b. OKSIGEN : - enzim oksidase
c. REAKSI KIMIA INTERN
7. PENGEPAKAN & PENYIMPANAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN
KERUSAKAN SIMPLISIA
d. DEHIDRASI & HIGROSKOPIS
- simplisia kehilang air, mengecil (kisut)
- menyerap air, basah
e. KAPANG
- rusak jaringan dan susunan kimia z.a
- toksin
f. SERANGGA & HEWAN PENGERAT
- sebagai kotoran
- dimakan, kotoran
g. PENGOTOR
- bahan asing berupa : pasir, debu, kotoran hewan
7. PENGEPAKAN & PENYIMPANAN
PENGEMASAN
- dengan bahan yang sesuai
- inert

GUDANG
sistem FIFO (First In First Out) = PMPK
(Pertama Masuk Pertama Keluar)
8. PEMERIKSAAN MUTU
TUJUAN : simplisia memenuhi syarat sesuai FI,
EFI,MMI, buku resmi disetujui pem.
MAKSUD : keseragaman komponen aktif, kea-
manan, kegunaan / khasiat
AGAR : sediaan,obat selalu tetap mutu, khasiat
DILAKUKAN : saat penerimaan, pembelian dan
pengumpulan / panen
CONTOH : secara uji petik, acak
SEDIAKAN contoh-contoh pembanding
JENIS PEMERIKSAAN
 Tujuan pemeriksaan : kebenaran simplisia
 Dasar : - botani

- fisika
- kimia
- farmakologi
A. ORGANOLEPTIK : bentuk, warna, bau, rasa
B. MAKROSKOPIK : mata telanjang, kaca
pembesar (loupe)
JENIS PEMERIKSAAN
C. MIKROKOPIK
Dilakukan pemeriksaan : - irisan
- serbuk
Guna : - penyusun / komposisi fragmen
- karakteristik
Informasi : - kebenaran simplisia
- adanya pengotoran fragmen
- penggantian / pemalsuan
Catatan : A, B dan C adalah pemeriksaan awal
JENIS PEMERIKSAAN
D. FLUORESENSI
Sinar UV (λ = 350 – 366 nm), fluoresensi khas
- kayu hidrstis, kuning mas
- Rauwolfia serpentina L, merah rose
- akar Rheum officinale L, kecoklatan
Rheum rhaponticum L, ungu
- ekstrak tan berklorofil, merah intensif
- Ekstrak Aesculus hippocastanum,biru
(glik. Kimarin eskulosida)
- Fraxinus ornus, infus biru intensif
- Fraxinus excelsor (pengganti), infus biru
kurang intensif
- kulit kina, dalam asam sulfat, biru (kinin)
- Aloe dlm air dapar borat,kuning kehijauan (aloin)
JENIS PEMERIKSAAN
E. KELARUTAN
Terutama simplisia berupa eksudat,
misal :
- Gom arab, larut seluruh dalam air dingin
- Tragakan, mengembang tanpa larut
- Gom sterculia, larut sebagian
Ketiganya tidak larut dalam alkohol

- Resin dan balsem, kelarutan dalam Et-OH,eter, CS2,


pelarut organik lain
JENIS PEMERIKSAAN
F. REAKSI WARNA, PENGENDAPAN
Terhadap serbuk, ekstrak
- Asam Sulfat 80%
▪ Strophanthus kombe, hijau
▪ Strophanthus gratus, merah rose
▪ Cassia angustifolia, C. acutifolia lar. Alkali
merah (antrakinon)
▪ Cassia auriculata (pengganti), warna
merah (leukoantosian)
JENIS PEMERIKSAAN
G. PENETAPAN KADAR
- Dimaksud Farmakope adalah penetapan kadar z.a, berupa
campuran (total) atau tunggal,
misal : - kadar alkaloida striknin
- kadar alkaloida total, striknin, brusin,
α-kolubrin dan β-kolubrin
- Kadar sari, z.a belum jelas :
▪ yang larut dalam air
▪ yang larut dalam Et-OH
- Kadar abu, pencemaran benda anorganik:
▪ kadar abu total
▪ kadar abu larut dalam air
▪ kadar abu tidak larut dalam asam
- Kadar air: ▪ tidak terjadi reaksi enzimatis
▪ pencemaran mikroba
JENIS PEMERIKSAAN
H. CEMARAN MIKROBA AFLATOKSIN
 Berupa cemaran bahan baku
 Pada proses pembuatan
 Toksin
misal : Aspergillus flavus, non patogen, meta-
bolit aflatoksin, Kanada 20 µg/Kg bahan
I. CEMARAN LOGAM BERAT
- timbal (Cd)
- raksa (Hg)
- arsen (As)
JENIS PEMERIKSAAN
J. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
 Kepekaan tinggi
 Cepat
 Sederhana
 Relatif murah
 Mudah dilakukan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai