Anda di halaman 1dari 46

PRESENTASI KASUS

TB PARU

Oleh:
Luthfi Maullana D
Syahrial
Qurzatul Aini

PEMBIMBING:
dr. Gunar di, Sp.PD, FINASIM
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Nn. YA
• Jenis kelamin : Perempuan
• Usia : 24 tahun
• Pekerjaan : Mahasiswa
• Alamat : Gampong paya udang
• Agama : Islam
• Status perkawinan : Belum menikah
• No. Rekam medis : 0-60-80-56
• Tgl masuk RS : 10/4/2018
• Tgl pemeriksaan : 11/4/2018
ANAMNESA

Keluhan utama

Demam
Telaah:
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 1 minggu
yang lalu, demam meningkat pada sore hari, os juga
mengeluhkan batuk namun tidak berdahak beberapa hari
SMRS, riwayat batuk darah disangkal, riwayat sesak
disangkal. Pasien tampak lemas, nafsu makan
berkurang,dan juga berat badan turun drastis dalam bulan
ini, sakit perut bagian kanan bawah sejak 1 minggu yang
lalu, pasien juga mengeluhkan mual dan ada riwayat
mutah sebanyak 3x SMRS. Buang air besar dan buang air
kecil normal. Pasien juga mengatakan sering berkeringat
banyak pada malam hari.
• Riwayat penyakit dahulu : Tidak Ada
• Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat keluarga yang mengalami keluhan atau penyakit
serupa dengan pasien disangkal. Namun pasien mengaku
adanya keluhan serupa (batuk lama) pada teman dilingkungan
kostnya.
• Riwayat Penggunaan obat :
Ada (Paracetamol)
• Riwayat Alergi : Tidak Ada
 PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum
• Kesadaran : Compos Mentis
• Tekanan Darah : 110/70 mmHg
• Temperatur : 38,2 °C
• Pernafasan : 20 x/menit
• Nadi : 80 x/menit
• Tinggi Badan : 160 cm
• Berat Badan : 40 kg
 PEMERIKSAAN FISIK
• Kepala dan Leher

Kepala Leher
Inspeksi Inspeksi
Rambut : Hitam, Distribusi merata K. Limfe : Tidak ada kelainan
Wajah : Tidak ada kelainan Posisi trakea : Midline
Alis mata : Tidak ada kelainan
Bulu mata : Tidak ada kelainan
Mata : Dekstra Sinistra
Anemis : - -
Ikterik : - -
Hidung : Tidak ada kelainan
Bibir : Sianosis (-)
Lidah : Tidak ada kelainan
 PEMERIKSAAN FISIK
Thorax Depan
Inspeksi Palpasi
• Bentuk : Simetris Fremitus taktil :
• Penggunaan otot bantu nafas :
Tidak ada Regio Dekstra Sinistra
• Ictus cordis : Tidak terlihat Atas Mengeras Normal
Tengah Mengeras Mengeras
Bawah Normal Normal
Ictus cordis : Teraba, ICS 5 Linea
Mid clavicula sinistra
 PEMERIKSAAN FISIK
• Thorax Depan
Perkusi Auskultasi
Paru Paru
 Lapangan paru kanan sonor • Suara pernafasan :
memendek, lapangan paru kiri sonor Dekstra Sinistra
 Batas Relatif : ICS V linea Vesikular: + +
midclavicula dextra
 Batas Absolut : ICS VI linea • Suara tambahan :
midclavicula dextra
Jantung
 Batas jantung atas : ICS II linea
parasternalis sinistra
 Batas jantung kiri : ICS V 1 jari ke
arah medial linea midclavicularis  
sinistra
 Batas jantung kanan : ICS V linea para
parasternalis dextra Jantung
• Bunyi Jantung : BJ I > BJ II
• Bunyi Tambahan : Tidak Ada
 PEMERIKSAAN FISIK
• Thorax Belakang
Inspeksi Palpasi
Fremitus taktil :
Bentuk : Simetris
Venektasi : Tidak ditemukan

Perkusi
Lapangan paru kanan sonor memendek,
lapangan paru kiri sonor Auskultasi
Suara pernafasan :
Dekstra Sinistra
Vesikular: + +

Suara tambahan :

Regio Dekstra Sinistra


Atas Rhonki Basah -
Kasar

Tengah Rhonki Basah -


Bawah - -
 PEMERIKSAAN FISIK
• Abdomen
Inspeksi
Simetris (+), Distensi (-), venektasi (-), Ascites (-)

Auskultasi
Peristaltik Usus (+) normal

Palpasi
Distensi (-), Nyeri tekan (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba

Perkusi
Tympani (+)
 PEMERIKSAAN FISIK
• Ekstremitas

Atas Bawah
Bengkak : Tidak ada Bengkak: Tidak ada
Merah : Tidak ada Merah : Tidak ada
Pucat : Tidak ada Pucat : Tidak ada
Clubbing finger : Tidak ada Tremor : Tidak ada
Tremor : Tidak ada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hematologi

Hemoglobin 9,9(L) 12-16 g/dl

Hematokrit 31,7(L) 35-47 %

Eritrosit 4,34 3,8-5,2 10^6/ul

Leukosit 10,57 3,6-11 10^3/ul

Trombosit 566(H) 150-440 10^3/ul

Golongan Darah O - -

Metabolisme Karbohidrat

Kadar Gula Darah Sewaktu 93 <200 mg/100ml


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Faal Ginjal
Ureum 15 12-16 mg/dl

Creatinin 0,16(L) 0,45-0,75 mg/dl


Uric Acid 4,04 2,4-5,7 mg/dl

Faal Hati
Bilirubin Total 0,82 0,1-1,0 mg/dl

Bilirubin Direct 0,27 0,1-1,0 mg/dl

Alkali Phospatase 54 30-120 U/L

SGOT 32 0-35 U/L

SGPT 18 0-35 U/L


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Interpretasi:
• Tampak bercak infiltrat pada
kedua lapang paru.
• Tampak gambaran bercak
berawan pada lapang paru
kanan atas dan tengah
• Kesan : Paru TB aktif
FOLLOW UP
Tanggal Hasil
12-4-2018 S : Nyeri perut (+), Mual (+), Pusing (+), Mencret (+)
O :TD= 110/70MMHG,
HR= 80x/i
RR =20x/i
T= 36,7C
A:
P : ivfd RL 20 gtt/I, Inj Cefotaxime/ 8j, Paracetamol 3x500 mg

13-4-2018 S : Nyeri perut (+), Mual (+), Pusing (+), Mencret(+),


demam(+)
O :TD= 90/60MMHG,
HR= 80x/i
RR =20x/i
T= 38,2C
A : TB paru
P :ivfd Rl 20gtt/I, Isoniazid 1x100 mg, Rifampisin 1x300 mg,
Pirazinamid 2x500 mg, Etambutol 1x250 mg, Inj. Cefotaxime/ 8j,
Paracetamol 3x500 mg
FOLLOW UP
14-4-2018 S : Nyeri perut (+), Mual (+),muntah (+), Pusing (+),
Mencret(+), demam(+) , nyeri sendi (+)
O :TD= 90/60MMHG,
HR= 80x/i
RR =20x/i
T= 37,9C
A : TB paru
P :ivfd Rl 20gtt/I, Inj. Cefotaxime/ 8j, Paracetamol 3x500 mg,
Isoniazid 1x100 mg, Rifampisin 1x300 mg, Pirazinamid 2x500
mg, Etambutol 1x250 mg

15-4-2018 S : Nyeri perut (+), Mual (+), Pusing (+), demam(+)


O :TD= 90/50MMHG,
HR= 80x/i
RR =20x/i
T= 38,7C
A : TB paru
P :ivfd Rl 20gtt/I, Inj. Cefotaxime/ 8j, Paracetamol, 3x500 mg
Isoniazid 1x100 mg, Rifampisin 1x300 mg, Pirazinamid 2x500
mg, Etambutol 1x250 mg
FOLLOW UP
16-4-2018 S : Nyeri perut (+), Mual (+), Pusing (+), nyeri pinggang(+),
O :TD= 90/60MMHG,
HR= 80x/i
RR =20x/i
T= 36,7C
A : TB paru
P :ivfd Rl 20gtt/I, Inj. Cefotaxime/ 8j, Paracetamol 3x500 mg,
Isoniazid 1x100 mg, Rifampisin 1x300 mg, Pirazinamid 2x500
mg, Etambutol 1x250 mg, Renadinac 2x1, Lansoprazole 2x30
mg

17-4-2018 S : Nyeri perut (+), Mual (+), Pusing (+), Mencret(+), demam(+)
O :TD= 90/60MMHG,
HR= 80x/i
RR =20x/i
T= 38,2C
A : TB paru
P :Isoniazid 1x100 mg, Rifampisin 1x300 mg, Pirazinamid 2x500 mg,
Etambutol 1x250 mg, Renadinac 2x1, Lansoprazole 2x30mg,
Cotrimoxazole 2x1

 18-4-2018 PBJ
DIAGNOSIS
• Diagnosa Banding :
– TB paru
– Pneumonia
– Mycosis paru
– Tumor Paru
– Brochitis
– Bronkiektasis
• Diagnosa Kerja:
– TB paru kasus baru
DASAR DIAGNOSIS PADA
PASIEN
• Pada anamnesis didapatkan keluhan berupa: Demam, Batuk, nafsu
makan berkurang,dan juga berat badan turun drastis dalam 1 bulan
terakhir, sering berkeringat banyak pada malam hari.
• Pemeriksaan Fisik: pada pemeriksaan auskultasi paru didapatkan
suara tambahan ronki basah pada paru kanan atas dan tengah.
• Didapatkan kesan khas TB Paru pada pemeriksaan X-Foto
thoraks proyeksi PA.
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis :
• Bed Rest
Farmakolog :
• RL 20 gtt/menit
• Cefotaxime 1g/8 jam
• Paracetamol 3x500 mg
• Rifampicin 1x450 mg
• Isoniazid 1x300 mg
• Pyrazinamid 2x500 mg
• Ethambutol 3x250 mg
PROGNOSIS
• Quo ad Vitam : ad bonam
• Quo ad Functionam : ad bonam
• Quo ad Sanationam : ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA

TB PARU
DEFINISI & ETIOLOGI
• Tuberkulosis paru adalah penyakit yang menyerang
jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru)
yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis.
Sifat –sifat :
 Berbentuk batang,
 Berwarna merah terang
pada pemeriksaan Ziehl
Neelsen
 Panjang 1-4 μm dan tebal
0,3 – 0,6 μm,
 Tidak berspora,
 Bersifat tahan asam,
sehingga disebut Bakteri
tahan asam (BTA).
EPIDEMIOLOGI
• Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa prevalensi TB di Asia
tenggara yaitu 182 kasus per 100.000 penduduk dengan angka
mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk.
• Angka prevalensi di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia
tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk dengan angka mortaliti
sebesar 83 per 100.000 penduduk. Hal ini dikarenakan prevalensi HIV
yang cukup tinggi.
• Di Indonesia setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar
140.000 kematian akibat TB
CARA PENULARAN
 Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi droplet
nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru  Airborne
infection.
 Kemungkinan tingkat menularakan sendiri adalah
- 65% untuk pasien TB Paru BTA positif
- 26% untuk pasien TB Paru BTA negatif dengan hasil
kultur positif
- 17% untuk pasien TB Paru dengan hasil kultur negatif
dan foto Toraks positif
CARA PENULARAN
 Risiko mendapat infeksi Mycobacterium tuberculosis .
Faktor eksogen :
• Kontak dengan penderita TB (seberapa dekat dan seberapa
lama)
• Lingkungan rumah yang padat atau rumah dengan ventilasi
ruang yang buruk
Faktor endogen:
• Daya tahan tubuh menurun
• Usia
• Penyakit penyerta (infeksi HIV, silikosis, limfoma, leukemia,
malnutrisi, gagal ginjal kronis, diabetes melitus, orang dengan
terapi imunosupresif dan hemophilia)
PATOGENESIS
Inhalasi basil TB

Primer Sekunder/Post-Primer
Respon imun selular (alveolar Infeksi Ulang
makrofag)

Respon inflamasi sel - Direabsorbsi dan sembuh


granulomatosa  nekrosis
jaringan (fokus primer GHON)
tanpa cacat
- Sarang meluas  sembuh
membentuk jaringan fibrosis
 Kalsifikasi
Limfadenitis Regional (Kompleks - Sarang meluas berkembang
GHON)
progresif

- Sembuh tanpa cacat


- Dormant (Tidak aktif) Reaktifasi
KLASIFIKASI PASIEN TB
Infeksi Tuberkulosis berdasarkan lokasi diklasifikasikan atas :
1. TB paru, Berdasarkan pemeriksaan BTA dahak  TB paru BTA(+)
dan TB paru BTA(-)
2. TB extra paru
Berdasarkan riwayat pengobatan pasien :
1. Pasien baru TB  Belum pernah atau pernah menelan OAT namun
kurang dari 1 bulan (˂ dari 28 dosis).
2. Pasien yang pernah diobati TB  pernah menelan OAT selama 1
bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis). selanjutnya diklasifikasikan
berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir, yaitu:
- Pasien kambuh
- Pasien yang diobati kembali setelah gagal
- Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)
- Pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir pengobatan
sebelumnya tidak diketahui.
3. Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
KLASIFIKASI PASIEN TB
Berdasarkan hasil uji resistensi OAT:
• Mono resistan (TB MR)
• Poli resistan (TB PR)
• Multi drug resistan (TB MDR)
• Extensive drug resistan (TB XDR)
MANIFESTASI KLINIS
Gejala Respiratorik
• Batuk
• Batuk darah
• Nyeri dada
• Wheezing
• Dispneu
MANIFESTASI KLINIS
Gejala Sistemik
• Demam
• Keringat malam
• Malaise dan nafsu makan berkurang
DIAGNOSIS
• Anamnesis
Dari anamnesa didapatkan keluhan pasien berupa gejala
respiratorik dan gejala sistemik.

• Pemeriksaan Fisik
- Terdapat penarikan paru, diafragma dan mediastinum
- Suara napas melemah, dengan suara tambahan ronki basah
Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar
getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan
kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah
ketiak.
DIAGNOSIS
• Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologis  X-Foto Thorak Proyeksi PA
2. Laboratorium
• Darah (LED, Hitung Jenis Leukosit)
• Uji Tuberkulin
• Mikroskopis sputum (SPS)
• Biakan
PENATALAKSANAAN
Farmakologis
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif/awal dan
fase lanjutan.

Jenis obat utama (lini 1):


• Rifampisin (R)
• INH (H)
• Pirazinamid (Z)
• Streptomisin (S)
• Etambutol (E)
PENATALAKSANAAN
Jenis obat untuk pengobatan TB MDR (lini 2) adalah:
• Kanamycin (Km)
• Amikacin (Am)
• Capreomycin (Cm)
• Levofloksasin (Lfx)
• Moksifloksasin (Mfx)
• Para-aminosalicylic acid (PAS)
• Ethionamide (Etio)
PENATALAKSANAAN
Berdasarkan pedoman nasional pengendalian tuberkulosis tahun 2014, Paduan OAT
Lini Pertama dan Peruntukannya adalah sebagai berikut:
Kategori 1: 2(HRZE) / 4(HR)3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
• Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
• Pasien TB paru terdiagnosis klinis
• Pasien TB ekstra paru
Kategori 2: 2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati
sebelumnya dengan kategori 1 (pengobatan ulang):
• Pasien kambuh
• Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up).
PENATALAKSANAAN
Sediaan OAT:
1. OAT-KDT  Terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien.
2. Kombipak  Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid
dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister
OAT-KDT

Kombipak
PENATALAKSANAAN
Evaluasi Pengobatan
Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan mikroskopis dua
contoh uji dahak (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan :
• Negatif  bila ke 2 contoh uji dahak tersebut negatif.
• Positif  Bila salah satu contoh uji positif atau keduanya positif
Dilakukan pada akhir tahap awal/intensif pengobatan, pada bulan ketiga pengobatan
(untuk beberapa kondisi tertentu), pada akhir bulan ke 5 pengobatan, dan pada akhir
tahap lanjutan pengobatan.
Tindak lanjut
1. Pada akhir tahap awal pengobatan
1. Berikan dosis
pengobatan tahap
Pada pasien baru (Kat lanjutan
Negatif 1) maupun 2. Lakukan pemeriksaan
pengobatan ulang ulang dahak pada bulan
(Kat 2) ke 5 dan Akhir
Pengobatan.
PENATALAKSANAAN
Evaluasi Pengobatan (Lanjutan)
Pada akhir tahap awal pengobatan

Positif

Kategori 1 Kategori 2

1. Apakah berobat teratur/Tidak?, bila 1. Apakah berobat teratur/Tidak?, bila


tidak beri konseling tidak beri konseling
2. Segera diberikan dosis tahap lanjutan 2. Pasien dinyatakan sebagai terduga
3. Lakukan pemeriksaan ulang dahak pasien TB MDR
kembali setelah satu bulan. Bila tetap 3. dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB MDR
positif lakukan pemeriksaan uji 4. Apabila tidak bisa dirujuk ke RS Pusat
kepekaan obat. Rujukan TB MDR, segera diberikan
4. Apabila tidak memungkinkan dosis OAT tahap lanjutan (tanpa
pemeriksaan uji kepekaan obat, pemberian OAT sisipan) dan diperiksa
lanjutkan pengobatan dan diperiksa ulang dahak kembali pada akhir bulan
ulang dahak kembali pada akhir bulan ke-5 (menyelesaikan dosis OAT bulan
ke 5 ke 5 ).
PENATALAKSANAAN
Evaluasi Pengobatan
Hasil pemeriksaan pada bulan ke 5 atau lebih (Akhir tahap lanjutan pengobatan)

lanjutkan pengobatan sampai seluruh


Negatif dosis pengobatan selesai diberikan

Kategori 1
Positif pengobatan dinyatakan gagal dan pasien dinyatakan
sebagai terduga pasien TB MDR  dirujuk ke RS Pusat
Rujukan TB MDR  Bila tidak bisa, berikan pengobatan
paduan OAT kategori 2 dari awal.

Kategori 2
pengobatan dinyatakan gagal  diupayakan
semaksimal mungkin agar bisa dirujuk ke RS Pusat
Rujukan TB MDR  berikan penjelasan, pengetahuan
dan selalu dipantau kepatuhannya terhadap upaya PPI
(Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Efek Samping OAT
Efek Samping Ringan
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Efek Samping OAT
Efek Samping Berat

Catatan : Apabila pasien mengeluh gatal tanpa rash dan tidak ada penyebab lain,
dianjurkan untuk memberikan pengobatan simtomatis dengan antihistamin serta
pelembab kulit. Pengobatan TB tetap dapat dilanjutkan dengan pengawasan ketat.
Apabila kemudian terjadi rash, semua OAT harus dihentikan dan segera rujuk ke
fasyankes rujukan.
KOMPLIKASI
• Pneumothoraks
• Hemoptisis
• Pleuritis Eksudatif
• TB Larings
PROGNOSIS
• Dipengaruhi oleh penyebaran infeksi apakah telah menyebar ekstra
paru, status imun, usia, status gizi dan riwayat pengobatan sebelumnya.
angka kesembuhan dapat mencapai 96-99% dengan pengobatan yang
baik

• Angka rekurensi tuberculosis dapat mencapai 0-14% yang biasanya


muncul 1 tahun setelah pengobatan TB selesai
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai