Anda di halaman 1dari 43

PERIODE

PERKEMBA
NGAN ILMU
ZAMAN
OLEH KELOMPOK 4
ANGGOTA
Albertus Bayu Aditya (270110200054)
Keisya Adiva Irsyanda (270110200073)
Mahda Afiah (270110200091)
Christofer Ambrosius (270110200093)
PENGANTAR
Sejarah pemikiran para filosf oleh dunia Barat telah dibagi menjadi tiga periode, yaitu pertama, zaman kuno
yang terbagi dua periode, yaitu zaman pra-Socrates dan pasca-Socrates, di mana pada zaman ini terdapat
kemajuan manusia. Kedua, zaman pertengahan, yakni zaman di mana alam pikiran dikungkung atau didominasi
oleh Gereja. Zaman ini telah menunjukkan kemunduran pemikiran manusia, kebebasan pemikiran sangat
terbatas, perkembangan sains amat sulit dan perkembangan filsafat tersendat-sendat. Ketiga, zaman modern,
yakni zaman sesudah abad pertengahan berakhir hingga sekarang.

Zaman modern sangat dinanti-nantikan oleh banyak pemikir manakala mereka mengingat zaman kuno ketika
peradaban begitu bebas, pemikiran tidak dikekang oleh tekanan-tekanan di luar dirinya. Kondisi semacam itulah
yang hendak dihidupkan kembali pada zaman modern. Kebebasan berpikir sebagai periode yang dilawankan
dengan periode abad pertengahan.
SEJARAH
SEJARAH
Filsafat modern muncul dari abad Renaissance. Istilah ini diambil dari bahasa Perancis yang berarti kelahiran kembali.
Zaman ini juga biasa disebut dengan zaman pencerahan (Aufklarung) yang memiliki arti “munculnya kesadaran baru
manusia” terhadap dirinya.

Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Filsafat berkembang pada zaman Modern,
bukan pada zaman Renaissanceitu. Renaissance lebih dari sekedar kebangkitan dunia modern. Renaissance merupakan
periode perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau sesudah Abad Kegelapan sampai muncul Abad Modern.
Zaman ini juga disebut sebagai zaman Humanisme. Humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia. Dikarenakan
manusia mempunyai kemampuan berpikir, humanism menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan mengatur
dunia.
SEJARAH
Tokoh pertama filsafat modern adalah Descartes. Pada filsafat kita menemukan ciri-ciri Renaissance yaitu
menghidupkan kembali Rasionalisme Yunani (Renaissance), Individualisme, Humanisme, lepas dari pengaruh agama
dan lain-lain.

Filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari
para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat
ALIRAN ALIRAN ZAMAN
MODERN

Rasionalisme Kriticisme Materialism Fenomenologi Pragmatism


e e

Empirisme Idealisme Positivism Eksistensi


e
ALIRAN RASIONALISM
Rasionalisme terdiri dari dua suku kata, yaitu "rasio" yang berarti akal atau pikiran, dan "isme" yang berarti paham atau pendapat. Rasionalisme
ialah suatu paham yang berpendapat bahwa "kebenaran yang tertinggi terletak dan bersumber dari akal manusia". Rasionalisme adalah paham
filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut Aliran Rasionalisme ini, suatu pengetahuan
diperoleh dengan cara berpikir.

Aliran rasionalisme ada dua macam yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam bidang agama aliran rasionalisme adalah lawan
dari autoritas dan biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama. Sedangkan dalam bidang filsafat, rasionalisme adalah lawan dari empirisme
dan sering berguna dalam menyusun teori pengetahuan.

Sejarah Rasionalisme sudah sangat tua. Thales telah menerapkan Rasionalisme dalam filsafatnya. Pada zaman modern filsafat, tokoh pertama
Rasionalisme ialah Descartes. Selain itu ada juga tokoh besar Rasionalisme lainnya, Baruch Spinoza dan Leibniz. Lalu setelah periode ini
Rasionalisme dikembangkan secara sempurna oleh Hegel yang terkenal sebagai tokoh Rasionalisme dalam sejarah.
SEJARAH ALIRAN RASIONA
Descartes dianggap sebagai Bapak Filsafat Kata "Bapak" diberikan kepada Descartes karena dialah
orang pertama pada zaman modern yang membangun filsafat yang terdiri atas keyakinan diri sendiri yang
dihasilkan oleh pengetahuan akliah. Dialah orang pertama di akhir Abad Pertengahan itu yang menyusun
argumentasi yang kuat, yang distinct, yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat haruslah akal, bukan
perasaan, bukan iman, bukan ayat suci, bukan yang lainnya.

Descartes telah lama merasa tidak puas terhadap perkembangan filsafat yang amat lamban dan banyak
memakan korban itu. Amat lamban terutama bila dibandingkan dengan perkembangan filsafat pada
zaman sebelumnya. Ia melihat tokoh-tokoh Gereja yang mengatasnamakan agama telah menyebabkan
lambannya perkembangan itu. la ingin filsafat dilepaskan dari dominasi agama Kristen. Ia ingin filsafat
dikembalikan kepada semangat filsafat Yunani, yaitu filsafat yang berbasis pada akal. Ia ingin
menghidupkan kembali rasionalisme Yunani.
Tokoh Rasionalisme dan
Pemikirannya
Rene Descartes menjadi pioneer dari Ilmu
filsafat Rasionalisme. Descartes mengatakan
bahwa pengetahuan dari kebenaran yang abadi
( ilmu sains) bisa diperoleh/ dipahami hanya
dengan nalar saja. Pengetahuan yang lain (segala
sesuatu yang fisik diluar Ilmu sains) bisa
diperoleh dengan pengalaman dunia atau dengan
metode sainstifik. Descartes juga mengemukakan
Prinsip dualisme metaphysical yang dimana

RENE
adanya tubuh dan jiwa atau pikiran pada
Manusia.

DESCART
ES
BARUCH SPINOZA (1
Baruch De Spinoza lahir di Amsterdam pada tahun
1632. Selain ahli dalam bidang filsafat, filsuf ini juga
ahli dalam bidang politik, teologia dan ethica. Menurut
Spinoza Tuhan adalah satu-satunya substansi yang
absolut. Spinoza juga mengatakan bahwa substansi lain
selain tuhan terdiri dari dua atribut atau sifat yaitu
Pikiran dan Perluasan. Semua aspek yang ada pada
dunia atau kehidupan sehari-hari termasuk Manusia
adalah sifat sifat substansi abadi yang dimiliki oleh
Tuhan dan karena-Nya maka hanya bisa dimengerti
oleh pikiran murni atau penalaran saja.
LEIBNIZ (1646-1716)
Gottfried Eilhelm von Leibniz adalah filosof Jerman, pusat metafisikanya adalah ide tentang
substansi yang dikembangkan dalam konsep monad. Metafisika Leibniz sama memusatkan
perhatian pada substansi, yaitu prinsip akal yang mencukupi, yang secara sederhana dapat
dirumuskan “sesuatu harus mempunyai alasan”. Bahkan Tuhan harus mempunyai alasan untuk
setiap yang diciptakan-Nya.
Leibniz berpendapat bahwa substansi itu banyak, ia menyebut substansi-substansi itu monad.
Setiap monad berbeda satu dari yang lain, dan Tuhan (sesuatu yang supermonad dan satu-satunya
monad yang tidak dicipta) adalah pencipta monad-monad itu.
ALIRAN EMPIRISM
Istilah empirisme berasal dari kata empiri yang berarti indra atau alat indra, dan ditambah akhiranisme, sebagai suatu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan/kebenaran yang
sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan diperoleh/bersumber dari panca indra manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah
sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.

Empirisme adalah salah satu aliran dalam filosof yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu
sendiri, dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme diambil dari bahasa Yunani empiria yang berarti coba-coba atau pengalaman
Aliran empirisme mempergunakan penalaran induktif. Empirisme atau pengalaman merupakan sumber pengetahuan, sedangkan akal bukan
merupakan sumber pengetahuan. Akal merupakan suatu alat yang digunakan untuk memproses bahan-bahan yang diperoleh lewat pengalaman.
Penganut empirisme berpandangan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan bagi manusia, yang jelas-jelas mendahului rasio. Tanpa
pengalaman, rasio tidak memiliki kemampuan untuk memberikan gambaran tertentu.
Tokoh Empirisme dan Pemikirannya
IFRANCIS BACON
(1210-1292)
Menurut Francis Bacon bahwa pengetahuan yang sebenarnya
adalah pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan
inderawi dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber
pengetahuan yang sejati. Pengetahuan haruslah dicapai dengan
induksi. Jadi pemikiran Francis Bacon ini sangat bertentangan
dengan pemikiran para filosof aliran rasionalis.
THOMAS HOBBES
(1588-1679)
John Locke adalah filosof Inggris. la lahir di Wrington,
Somersetshire, pada tahun 1632. Tahun 1647-1652 ia belajar di
Westminster. Tahun 1652 ia memasuki Universitas Oxford,
mempelajari agama Kristen. Sementara ia mempelajari vaknya,
ia juga mempelajari pengetahuan di luar tugas pokoknya.
JOHN LOCKE (1632-
1704)
Thomas Hobbes berpendapat bahwa pengalaman inderawi
sebagai permulaan segala pengenalan. Hanya sesuatu yang
dapat disentuh dengan inderalah yang merupakan kebenaran.
Pengetahuan intelektual (rasio) tidak lain hanyalah merupakan
penggabungan data-data inderawi belaka.
DAVID HUME (1711-1776

Pemikiran empirisnya terakumulasi dalam ungkapannya yang sangat


singkat, yaitu: I never catch my self at any time with out a perception
(Saya selalu memiliki persepsi pada setiap pengalaman saya)
Dari ungkapan ini Hume menyampaikan bahwa, “seluruh pemikiran dan
pengalaman tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan (impression) dan
impression inilah sebagai bahan dari ilmu.
ALIRAN KRITICICSM
Pendirian aliran Rasionalisme dan Empirisme sangat bertolak belakang. Rasionalisme berpendirian bahwa rasiolah sumber
pengenalan atau pengetahuan, sedang Empirisme sebaliknya berpendirian bahwa pengalamanlah yang menjadi sumber
tersebut.

Aliran ini mencoba untuk memadukan perbedaan pendapat kedua aliran tersebut dengan tokohnya adalah Immanuel Kant
(1724-1804). Ia mencoba mengembangkan suatu sintesis atas dua pendekatan yang bertentangan ini. Kant berpendapat
bahwa masing-masing pendekatan benar separuh, dan salah separuh. Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia
berasal dari indera kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia
sekitar kita. Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut menentukan konsepsi manusia tentang dunia.
IMMANU Karya Kant yang terpenting adalah Kritik der Reinen Vernunft, 1781. Dalam
bukunya ini ia “membatasi pengetahuan manusia”. Atau dengan kata lain “apa

EL KANT
yang bisa diketahui manusia.” Ia menyatakan ini dengan memberikan tiga
pertanyaan:
· Apakah yang bisa kuketahui?

(1724- · Apakah yang harus kulakukan?

1804) · Apakah yang bisa kuharapkan?


Pertanyaan ini dijawab sebagai berikut:

· Apa-apa yang bisa diketahui manusia hanyalah yang dipersepsi dengan panca
indera. Lain daripada itu merupakan “ilusi” saja, hanyalah ide.
· Semua yang harus dilakukan manusia harus bisa diangkat menjadi sebuah
peraturan umum. Hal ini disebut dengan istilah “imperatif kategoris”. Contoh:
orang sebaiknya jangan mencuri, sebab apabila hal ini diangkat menjadi peraturan
umum, maka apabila semua orang mencuri, masyarakat tidak akan jalan.
· Yang bisa diharapkan manusia ditentukan oleh akal budinya. Inilah yang
memutuskan pengharapan manusia.
– Ketiga pertanyaan di atas ini bisa digabung dan ditambahkan menjadi pertanyaan
keempat: “Apakah itu manusia?”
ALIRAN IDEALISME
idealisme berasal dari kata idea yang artinya pemikiran, serta isme yang
berarti pendapat. Jadi dapat disimpulkan bahwa Idealisme adalah suatu
pandangan dunia yang menyatakan bahwa realitas dasar sangat erat
hubungannya dengan ide, pikiran maupun jiwa. Dalam aliran filsafat
dijelaskan bahwa kebenaran/pengetahuan sesungguhnya bukan
bersumber dari rasio atau empiri, melainkan dari gambaran manusia
tentang suatu pengamatan.
Tokoh Idealisme dan Pemikirannya
J. G. FICHTE
(1762-1914)
Fichte merupakan tokoh idealisme subyektif, yang mamiliki
pandangan bahwa sumber pengenalan/pengetahuan bukanlah
rasio teoritis atau praktis seperti kata Immanuel Kant, melainkan
pada aktivitas Ego. Pemikirannya didasarkan pada konsep Ego
Mutlak; yang menemukan dan meneruskan pengertian-pengertian
tentang obyek; ego tidak hanya se­bagai “penemu”, melainkan
kata Fichte sekaligus sebagai yang “menciptakan benda-benda”
(obyek). Dengan demikian, peran manusia sebagai subyek sangat
dominan di dalam menggagaskan sesuatu.
F. W. J. SCHELLING (17
Schelling merupakan tokoh idealisme obyektif sebagai
kebalikan dari idealisme subyektif. Menurutnya, kebenaran
gambaran tentang dunia tidaklah ditentukan oleh subyek atau
ego, melainkan oleh obyek pengamatan, yaitu bagaimana
obyek itu menampilkan dirinya, atau bagaimana obyek
menyadarkan subyek. Apabila ego menentukan kehendak,
hal itu diharuskan oleh kemestian yang mendahului
kehendak, yaitu seluruh obyek pengamatan kecuali sebagai
pemberi kehendak, juga sebagai pemberi arah bahkan
mampu merubah kehendak.
HEGEL (1770-1831)
Hegel merupakan tokoh idealisme mutlak yang berperan bagi
penyemburnaan idealisme.
Hegel berhasil menampilkan idealisme yang terpadu setelah
dikoyak-koyak oleh Fichte dan Schelling. Apabila Fichte
bersifat subyektif dan Schelling bersifat obyektif, maka Hegel
melihat secara keseluruhan (totalitas).
Hegel Membuktikan kebenarannya yang mutlak itu dengan
menyusun alur pikir yang disebut dengan dialektika, yaitu tesis,
antitesis dan sintesis.
ALIRAN MATERIAL
Materialisme berasal dari “materi” yang artinya benda. Materialisme
merupakan aliran filsafat yang berpendapat bahwa kebenaran tidaklah
ditentukan oleh gambaran, melainkan oleh benda dan seluruh kenyataan
yang ada dirumuskan dan ditentukan oleh benda. Aliran ini memandang
bahwa realitas seluruhnya adalah materi belaka.
Tokoh Materialisme dan
Pemikirannya
LUDWIG FEUERBACH (1804-1872)
Menurut Ludwig, di dunia ini hanya terdapat alam.
Manusia adalah alamiah juga seperti halnya benda seperti
kayu dan batu. Kebanyakan orang materialis tidak
mengatakan bahwa manusia sama dengan benda seperti
kayu dan batu, tetapi materialisme mengatakan bahwa
pada prinsipnya manusia hanyalah sesuatu yang material;
dengan kata lain materi, betul-betul materi.
Menurut bentuknya memang manusia lebih unggul
ketimbang sapi, batu, atau pohon, tetapi pada eksistensinya
manusia sama saja dengan sapi.
KARL MARX (1818-
1883)
Pokok pemikiran Marx diambil dari ajaran Filsafat Hegel (Mengenai sejarah)
dan FFeurbach (Mengenai teori materialismenya).
Ajaran filsafat Karl Marx disebut juga materialisme dialektika dan
materialisme historis. Disebut sebagai materialisme dialektika karena
peristiwa kehidupan yang didominasi oleh keadaan ekonomis yang materiil
itu berjalan melalui proses dialektika: tese, antitese dan sintese. Dan disebut
materialisme historis karena menurut teorinya, bahwa arah yang ditempuh
sejarah sama sekali ditentukan oleh perkembangan sarana-sarana produksi
yang materiil.
ALIRAN POSITIVISME
Istilah positivisme berasal dari kata “positive” yang berarti “jelas dan bisa digambarkan serta bermanfaat”. Positivisme adalah
aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif. Sesuatu di luar fakta atau kenyataan dikesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan
ilmu pengetahuan.

Menurut aliran ini, pemikiran manusia mengalami perkembangan, mulai dari yang sangat sederhana, sampai yang modern, yaitu positif.
Pada tahap ini manusia hanya mempercayai yang riil saja berdasarkan ilmu positif (science positive) yang didasarkan pada pengamatan
(observasi) dan percobaan langsung (eksperimentasi). Melalui dua pembuktian ini, segala yang berbau metafisis dibuang, karena tidak bisa
dibuktikan dengan dua pendekatan tersebut.

Tokoh aliran ini adalah Auguste Comte (1798-1857), ia berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi
harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera akan dapat dikoreksi lewat eksperimen.

Jadi pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang khas berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan
Empirisme dan Rasionalisme yang bekerja sama. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metoda ilmiah dengan
memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran. Jadi, pada dasarnya positivisme itu sama dengan
Empirisme plus Rasionalisme.
ALIRAN FENOMOLOGI

Kata “fenomenologi” berasal dari kata Yunani “fenomenon”, yaitu sesuatu yang tampak, yang terlihat karena bercakupan. Dalam
bahasa indonesia biasa dipakai istilahgejola. Jadi, fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomenon atau segala sesuatu yang
menampakkan diri.
Tokoh aliran ini adalah Edmund Husserl (1859-1938)

Jadi aliran ini berbeda dengan rasionalisme (subyektif), empirisme (obyektif) dan idealisme (idealistik). Maka
fenomenologi menggabungkan di antara subyek (manusia), obyek (yang diamati) dengan cara pengamatan secara
intuitif.
Tokoh Fenomenologi dan
Tokoh Fenomenologi dan
Pemikirannya
Pemikirannya
EDMUND HUSSERL
(1859-1938)
Beliau adalah filosof Jerman dan pendiri Fenomenologi. Pemikiran adalah:
(1) Teori kebenaran; menurut Husserl kebenaran haruslah digabung di antara
subyek dengan obyek. Obyek diberi kesempatan memperkenalkan dirinya
kepada subyek yang mengamati, sesuai dengan semboyan zurukh zu den
schen selbs (kembalilah kepada benda-benda sendiri).
(2) Tiga jenis reduksi; agar intuisi dapat menangkap gejala-gejala di atas secar
benar, maka manusia harus melepaskan diri dari pengalaman-pengalaman dan
gambaran sebelumnya yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Caranya
ialah de­ngan tiga jenis reduksi, yaitu: reduksi fenomenologis, reduksi eiditis,
reduksi fenomenologi transendental.

H and PA | The Green Tree Towers


MAX SCHELER
(1874-1928)
Menurutnya, agama dan filsafat merupakan dua entitas otonom sesuai dengan posisinya. Kendati
memiliki otonomi eksklusif, namun di antara keduanya memiliki keterikatan.
Melalui pendekatan fenomenologi, menurut Scheler, dapat ditampilkan ciri dasar aktus religius,
yaitu bahwa aktus itu mempunyai intensi yang transendental dunia (yang ilahi), dan yang ilahi ini
menjadi dasar dari aktus religius. Dengan kata lain, aktus religius itu membutuhkan pemenuhan
intensional dari dunia transenden. Aktus re­ligius membutuhkan suatu obyek yang tak terbatas,
yaitu yang ilahi. Oleh karena itu, kebutuhan akus religius hanya dapat terpenuhi oleh sesuatu
yang diyakini subyek sebagai berasal dari Tuhan.

H and PA | The Green Tree Towers


ALIRAN EKSISTENSIAL
Istilah eksistensialisme berasal dari kata eksistensi dari kata dasar exist. Kata exist itu sendiri
adalaha bahasa Latin yang artinya: ex; keluar dan sistare; berdiri. Jadi eksistensi adalah berdiri
dengan keluar dari diri sendiri. Secara umum eksistensialisme dimaksudkan sebagai aliran
filsafat yang membicarakan keberadaan segala sesuatu, termasuk manusia. Permasalahannya
ialah, siapakah yang benar-benar berada (bereksistensi); apakah manusia, atau Tuhan atau kedua-
duanya.
Tokoh Fenomenologi dan
Tokoh Eksistensialisme dan
Pemikirannya
Pemikirannya
MARTIN HEIDEGGER (1889-1976)
Pemikiran Heidegger ialah mengenai ada/realitas dan waktu (sein und zeit), yaitu
apakah ada itu konkrit atau tidak. Persoalan yang menjadi sorotan utamanya ialah
pemaknaan “Aku ada”. Menurutnya, manusia adalah suatu makhluk yang terlempar di
dunia ini tanpa persetujuannya. Ia seolah berada di jurang ketiadaan (nothingness) yang
sangat dalam yang menyebabkannya gelisah. Hal ini menurutnya, merupakan
kelemahan manusia dan sebagai dorongan agar ia dapat memahami akan eksistensinya.
Sebagai puncak eksistensi, manusia berbeda dengan benda-benda sekitarnya. Namun
manusia mempunyai kecenderungan untuk menjadi suatu benda.

SOREN KIERKEGARD (1813-1855)


Kierkegard dipandang sebagai tokoh eksistensialisme teis, yaitu berupaya
mengangkat eksistensi manusia tanpa harus membuang jauh Tuhan dari
kehidupan manusia. Ungkapannya ialah: “Saya menjadi sebagaimana saya
ada”. Melalui ungkapan ini Kierkegard menempatkan manusia sebagai
satu-satunya yang berkeistensi yang berhadapan dengan eksistensi Tuhan.
Hanya manusia yang bereksistensi bukan berarti yang lain tidak ada.
Hanya saja tingkat eksistensi dunia, binatang-binatang dan makhluk
lainnya lebih rendah, karena mereka hanya ada, tidak mengada.
ALIRAN PRAGMATISM
Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti tindakan,
perbuatan, dan juga manfaat. Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang
berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah, apakah sesuatu itu memiliki
kegunaan bagi kehidupan nyata. Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relative
tidak mutlak.
Tokoh Fenomenologi dan
Tokoh Pragmatisme dan
Pemikirannya
Pemikirannya
Sebagai pendiri pragmatisme, pemikiran terpentingnya
ialah mengenai makna pragmatisme. Wiliiam James
mengemukakan Teori Pragmatisme terkait dengan
kebenaran sebagai segala sesuatu atau kebijaksanaan
yang ada di dalam pola pikir manusia Ia mengakui
bahwa Pragmatisme digunakan sebagai metode atau
sebagai ukuran kebenaran. Pandangan ini mencakup
seluruh aspek kehidupan, termasuk agama dan moral.
Dalam kaitan dengan agama, James tidak bertanya
“kebenaran agama” yang ia tanya ialah “apakah hasilnya

WILLIAM
agama menjadi pedoman hidup saya”. Jadi, manusia
bebas memilih diantara percaya dan tidak percaya,
sesuai dengan pertimbangan fragmatisnya.

JAMES
(1842-
JOHN DEWEY
(1859-1952)
Sebagai pengikut filsafat pragmatisme, John Dewey menyatakan bahwa tugas
filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata. Filsafat tidak
boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak
ada faedahnya. Oleh karena itu, filsafat harus berpijak pada pengalaman dan
mengolahnya secara praktis.

Menurutnya tak ada sesuatu yang tetap. Manusia senantiasa bergerak dan berubah. Jika
mengalami kesulitan, segera berpikir untuk mengatasi kesulitan itu. Maka dari itu berpikir tidak
lain daripada alat untuk bertindak. Kebenaran dari pengertian dapat ditinjau dari berhasil
tidaknya mempengaruhi kenyataan. Satu-satunya cara yang dapat dipercaya untuk mengatur
pengalaman dan untuk mengetahui artinya yang sebenarnya adalah metoda induktif.

H and PA | The Green Tree Towers


THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai