Anda di halaman 1dari 11

Zona Pesisir dan Laut

1913511033_Putri Stevania
1913511034_Maura Zelda Laila Sukma
Zona Pesisir
Description :
 Coast : daerah darat di tepi laut yang masih dapat pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air laut. S
 Dune,Cliff : gundukan bukit dari pasir dan permukaan tanah untuk tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah kering.
 Beach,Shore : Zona yang menjadi batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak tetap dan dapat bergerak sesuai dengan
pasang surut air laut
 Backshore : kawasan yang tidak tergenang laut pada waktu pasang tinggi, tetapi hanya terbenam bila ada gelombang atau pasang
yang sangat besar
 Berm : hamparan pasir/daratan berbentuk datar sepanjang pantai
 Foreshore : Bagian pesisir muka pasang terendah sampai garis ketinggian muka air pada waktu pasang.
 Nearshore zone : daerah yang terbentang dari garis pantai pada saat muka air rendah sampai batas atas dari uprush pada saat air pasang tinggi
 Inshore : wilayah perairan laut yang dekat dengan darat
 Step : landasan berbentuk curam yang berada dibawah laut
 High water level : keadaan tertinggi pasang air laut pada satu siklus pasang surut.
 Low water level : tinggi rata-rata dari air rendah yang terjadi pada pasang surut purnama atau bulan mati (spring tides).
 Breakers : suatu sistem yang sangat kompleks, bahkan dalam beberapa jarak sebelum gelombang pecah, bentuknya tidak sinusoida lagi.
Gelombang seperti ini dicirikan dengan kemiringan pantai yang landai 
 Trough :  cekungan geologi yang berada di bawah laut. 
 Bar : landasan berbentuk menonjol yang berada dibawah laut
 Depth of closure :  lereng sangat landai hingga lereng agak curam, dengan didominasi oleh lereng landai sebelim masuk ke zona air laut
 Offshore : ddaerah yang meluas dari garis pasang surut terendah ke arah laut
2. Diskusikanlah tingkat sensitivitas masing-masing area terhadap perubahan iklim (sea level rise) serta dampaknya terhadap pembangunan area pesisir.
 

Sensitivitas area pesisir terhadap kenaikan muka air laut (sea level rise) :

• Jika fenomena meningkatnya permukaan air laut terus terjadi, maka hutan
mangrove estuary, dan wetlands yang terdapat di pesisir semakin berkurang.
• Fenomena meningkatnya permukaan air laut akan mengakibatkan pergeseran titik
koordinat untuk pengukuran garis pantai, sehingga dapat berpengaruh pada
perubahan dalam menentukan laut teritorial suatu negara pantai. Fungsi lainnya
yaitu sebagai batas penentu antara perairan dalam dimana negara pemilik pantai dan
negara kepulauan tersebut dapat menjalankan kedaulatannya secara penuh dalam
batas laut teritorialnya.
 Garis Pantai tidak hanya berfungsi untuk mengukur batas laut territorial, garis pangkal pantai
juga dapat berfungsi sebagai penentu zona-zona laut yang mengikuti laut territorial. Oleh karena
itu wilayah setelah garis pantai bergantung pada garis pantainya itu sendiri.

 Berdasarkan pertimbangan di atas dapat disimpulkan bahwa zona pantai yang paling sensitif
terhadap kenikan muka air laut adalah garis pantai karena perubahan garis pantai dapat
mempengaruhi zona-zona setelahnya sehingga akan berpengaruh juga terhadap peraturan
mengenai laut teritorial suatu negara beserta pemanfaatan sumber daya lautnya contohnya dalam
pembangunan kawasan ekowisata mangrove.
REVIEW JURNAL

Identitas Keterangan
Nama Jurnal ELIPSOIDA Jurnal Geodesi dan Geomatika
Kajian Deteksi dan Penentuan Garis Pantai Dengan Metode Terestris dan
Judul Jurnal
Penginderaan Jauh

Bandi Sasmito, Andri Suprayogi


Penulis

Tahun Terbit 2019


2621-9883
ISSN

Link Jurnal https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/elipsoida/article/view/6442/3292

Reviewer Maura Zelda Laila Sukma & Putri Srevania

Instansi Universitas Udayana


Hasil Review

1. Pendahuluan

Pemetaan pesisir meliputi wilayah daratan dan perairan, batas antara darat dan air(laut)disebut garis pantai.Permukaan laut
secara periodik berubah atau yang umum disebut pasang surut air, sehingga batas darat dan air juga berubah.

2. Data dan Metodologi

Dalam penentuan garis pantai menggunakan Landsat-8 saluran/band multispektral yang telah terkoreksi radiometrik
maupun geometrik, menggunakan 3 metode yakni pengaplikasian rumus BILKO, AGSO dan Thresholding. Waktu
perekaman citra landsat 8 adalah pada 27 Agustus 20017 dan 12 September 2017. Pengukuran garis pantai dilakukan secara
langsung dengan menyusuri garis pantai dengan metode terestris disesuaikan kondisi daerah survei dengan menggunakan
GNSS (tracking) dan tongkat penduga.
4. Hasil dan Pembahasan

Penentuan batas darat dan laut Pada rumus AGSO, BILKO, dan Thresholding memanfaatkan nilai BV yang ada
pada daratan dan lautan. Dalam pengaplikasian rumus AGSO ini menggunakan band 2, 3,4 dan 6. Penampakan visual
citra hasil pengolahan adalah daratan tampak lebih gelap (hitam) dibanding lautan yang tampak lebih terang (abu-abu).
Dalam pengaplikasian rumus BILKO ini menggunakan band 5. Penampakan visual citra hasil pengolahan adalah daratan
tampak lebih gelap (abu-abu) dibanding lautan yang tampak lebih terang (putih). Dalam pengaplikasian rumus
Thresholding ini menggunakan band 5. Penampakan visual citra hasil pengolahan adalah daratan tampak lebih terang
(putih) dibanding lautan yang tampak lebih gelap (hitam).

Pengukuran garis pantai dilakukan secara langsung dengan menyusuri garis pantai dengan metode terestris
disesuaikan kondisi daerah survei dengan menggunakan GNSS (tracking) dan tongkat penduga.Setiap posisi harus terikat
dan terkoreksi secara langsung (RTK/DGPS), dengan interval fix maksimal 50 m dan diperapat pada kondisi garis pantai
berkelok.Selama pengukuran data garis pantai, didokumentasikan juga informasi bentuk pantai, vegetasi, jenis material
pantai, dan sebagainya.Untuk dimasukkan dalam atribut garis pantai. Metode terestris ini dilakukan dengan dimulai di
satu titik (disebut stasiun) tertentu di sepanjang garis pantai di area survei yang dapat dilalui surveyor. Di satu stasiun
tertentu terdapat pengambilan data yang minimal terdiri dari titik pasang tertinggi rata-rata, titik pertemuan air laut
dengan darat dan titik dengan kedalaman tertentu di tepi pantai.
Selanjutnya dilakukan Uji Circular Eror 90% (CE90), nilai uji CE90 menunjukkan tingkat akurasi
ketelitian horizontal sesuai dengan PERKA BIG No.15 Tahun 2014. Penentuan garis pantai dengan
mengaplikasikan rumus BILKO menghasilkan nilai CE90 sebesar 27.71178 m dan 28.20878 m.
Penentuan garis pantai dengan mengaplikasikan rumus AGSO menghasilkan nilai CE90 sebesar
28.40713 m dan 29.55543 m. Penentuan garis pantai dengan metode Thresholding menghasilkan nilai
CE90 sebesar 22.48074 m dan 23.79915 m. Nilai CE90 pada penentuan garis pantai dengan metode
ini berkisar pada nilai 22,712 sampai 29,555. Menurut Perka BIG maka hasil metodeini masuk
kedalam kelas 2 pada skala 1 : 100.000 sesuai dengan ketelitian geometri peta RBI.
Kesimpulan
Penentuan garis pantai dengan menggunakan metode deteksi dan penentuan garis pantai dengan
metode terestris dan pengindraan jauh dapat dilakukan dengan baik dan di replikasi untuk hasil
skala peta 1: 100.000. Penggunaan metode pengindraan jauh dengan algoritma BILKO, AGSO
dan Thresholding dapat dengan baik membedakan batas darat dan air. Pada penelitian ini metode
Thresholding menghasilkan akurasi lebih baik dengan bukti uji akurasi nilai CE90 yang lebih
kecil dari dua metode lainnya, sehingga metode tersebut yang paling baik digunakan untuk
penentuan garis pantai.

Usulan Metode Pemetaan Garis Pantai

Berdasarkan hasil review pada jurnal berjudul “Kajian Deteksi dan Penentuan Garis Pantai Dengan Metode Terestris dan
Penginderaan Jauh “ di atas, metode pemetaan garis pantai yang kami usulkan yaitu metode penginderaan jauh dengan
algoritma thresholding
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai