Anda di halaman 1dari 53

PENYAKIT PADA

KONJUNGTIVA

dr. Aphin Dili


KONJUNGTIVITIS
KONJUNGTIVITIS

 Peradangan pada konjungtiva atau peradangan


pada selaput lendir yang menutupi belakang
kelopak dan bola mata.
 Penyakit mata yang paling umum di dunia.
Klasifikasi

Berdasarkan klinis konjungtivitis dibagi menjadi


Konjungtivitis hiperakut
Konjungtivitis akut
Konjungtivitis kronik

Berdasarkan penyebabnya
 Infeksi: Bakterial, Virus, Parasit, Jamur
 Noninfeksi: Iritasi yang tetap(mata kering), Alergi, Toksin

Berdasarkan sekretnya
 Purulen: Bakteri ganas atau klamidia
 Molor : Pada Alergi, vernalis
 Mucus: Bakteri
 Serous : virus
Tanda
 Hiperemia
 Epifora/berair terus
 Sekret, eksudat sel2 radang
 Pseudoptosis
 Kemosis (edema konjungtiva)
 Hipertrofi papiler  adanya sel2 radang menumpuk di
antara fibrin
 Hipertrofi folikuler  Hipertrofi limfoid dalam lapisan
adenoid
 Membran/Pseudo membran  Proses koagulasi
kuman/toksik
 Adenopati pre-aurikuler
Gejala
 Rasa berpasir
 Gatal-gatal
 Panas
 Berair
 Sulit buka mata
 Kotoran mata banyak
 Fotofobia
Penatalaksanaan
 Kompres hangat : mengurangi nyeri, membantu
proses penyembuhan.
 Irigasi : membuang discharge
 Mencegah penyebaran infeksi
 Pengobatan tergantung etiologi :
• Bakteri : R/ topikal (sulfonamid / antibiotik)
• Chlamydia :
 oral dengan Tetrasiklin / doksisiklin / eritromisin;
 tetes / salep mata : Sulfonamid / tetrasiklin / eritromisin /
ripampisin.
• Virus : suportif, dapat sembuh sendiri. Pada kasus berat
dapat diberi antibiotik dengan steroid topikal.
• Alergi : kompres dingin, antihistamin, kortikosteroid,
kromolin
• Parasit : Dietilkarbamasin sitrat (Hetrazan),
kortikosteroid
• Fungi : nystatin
Konjungtivitis Bakteri
Merupakan inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri,
dibagi menjadi empat bentuk yaitu :

1. Hiperakut (biasanya disebabkan oleh N gonnorhoeae, Neisseria


kochii dan N meningitidis)
2. Akut biasanya (biasanya disebabkan oleh Streptococcus
pneumonia dan Haemophilus aegyptyus).
3. Subakut (biasanya disebabkan oleh H influenza dan Escherichia
coli).
4. kronik sering terjadi pada konjungtivitis sekunder atau pada
pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis
Gejala Klinis
 Mata merah
 Iritasi mata
 Injeksi konjungtiva baik segmental ataupun
menyeluruh.
 Sekret purulen
 Edema palpebra
 Tidak terjadi penurunan visus
 reaksi pupil normal
 kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari
sewaktu bangun tidur
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan
konjungtiva yang dipulas dengan pulasan
Gram atau Giemsa, pemeriksaan ini
mengungkapkan banyak neutrofil
polimorfonuklear.
Komplikasi
 Blefaritis marginal kronik
 Parut di konjungtiva
 Trikiasis
 Entropion sehingga bulu mata dapat
menggesek kornea dan menyebabkan ulserasi,
infeksi dan parut pada kornea
Penatalaksanaan
 Terapi spesifik tergantung pada temuan agen
mikrobiologiknya. Terapi dimulai dengan
antimikroba topikal spektrum luas.
 Pada konjungtivitis purulen yang dicurigai
disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus
segera dimulai terapi topical dan sistemik .
 Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen,
sakus konjungtivalis harus dibilas dengan
larutan saline untuk menghilangkan sekret
konjungtiva.
KONJUNGTIVITIS GONORE
DEFINISI
• Radang akut dan hebat konjungtiva akibat infeksi
bakteri Neisseria gonorrhoeae
• Gonorrhoeae paling sering ditransmisikan melalui
hubungan seksual
• Dapat juga ditransmisikan dari ibu ke neonatus saat
proses kelahiran, neonatus terinfeksi karena
melewati traktus genitalia ibu yang telah terinfeksi
Neisseria gonorrhoeae, sehingga menyebabkan
ophthalmia neonatrum dan infeksi neonatal sistemik.
GEJALA KLINIS
• Mata merah
• Sensasi benda asing.
• Mata susah dibuka terutama saat bangun dari tidur
• Sekret purulen.
• Periode inkubasi 2 -7 hari.
• Papil konjungtiva, Punktat keratitis superficial, kemosis
• Subconjunctival hemorrhage
• Pseudomembran
• Membrane
• Nodus preaurikular.
• Pada keadaan kronis terjadi ulserasi marginal dengan uveitis
anterior.
Pemeriksaan Penunjang
 Pada pemeriksaan penunjang dilakukan
pemeriksaan sediaan langsung sekret dengan
pewarnaan gram atau Giemsa untuk
mengetahui kuman penyebab dan uji
sensitivitas untuk perencanaan pengobatan.
Penatalaksanaan
• Sekret dibersikan dengan kapas yang dibasahi
garam fisiologik
• Berikan salep penisilin setiap ¼ jam atau penisilin
tetes mata 15.000-150.000 U/ml tiap ¼ jam
• Selanjutnya dilanjutkan dengan penisilin salep
diberikan tiap 5 menit hingga 30 menit.
• Disusul dengan pemberian salep penisilin setiap
jam selama 3 hari.
• Pada kasus yang berat dapat diberikan penisilin
atau ceftriaxon dalam bentuk injeksi.
Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis Virus
 Definisi Konjungtivitis viral adalah penyakit
umum yang dapat disebabkan oleh berbagai
jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat
yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi
ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat
berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis
bakteri.
• Konjungtivitis viral dapat disebabkanoleh
adenovirus, herpes simplex virus , virus Varicella
zoster, picornavirus , poxvirus, dan human
immunodeficiency virus.
• Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering
kontak dengan penderita dan dapat menular
melalu di droplet pernafasan, kontak dengan
benda-benda yang menyebarkan virus (fomites)
dan berada di kolam renang yang terkontaminasi.
Gejala Klinis
• Pada Konjungtivitis Demam faringokonjungtivitis
Gejala :
- demam,
- faringitis,
- sekret berair dan sedikit
- mengenai satu atau kedua mata.
- Masa inkubasi droplet 5-12 hari.
- hiperemi konjungtiva,
- folikel pada konjungtiva,
- fotofobia,
- kelopak bengkak dengan pseudo membrane
- keratitis superficial dan atau subepitel dengan
pembesaran kelenjar limfe preurikel.
• Pada keratokonjungtivitis epidemik
- demam
- mata seperti kelilipan,
- epifora
- pseudomembran
- gejala pada saluran pernafasan atas
- gejala infeksi umum lainnya seperti sakit
kepala dan demam.
 Pada konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh
virus herpes simpleks (HSV) yang biasanya
mengenai anak kecil dijumpai injeksi unilateral,
iritasi, sekret mukoid, nyeri, fotofobia ringan dan
sering disertai keratitis herpes.
 Konjungtivitis hemoragika akut (enterovirus dan
coxsackie virus) memiliki gejala klinis nyeri,
fotofobia, sensasi benda asing, hipersekresi
airmata, kemerahan, edema palpebra dan
perdarahan subkonjungtiva dan kadang terjadi
kimosis.
KOMPLIKASI
 Blefarokonjungtivitis
 Pseudomembran, dan
 Timbul jaringan parut
 Timbul vesikel pada kulit
PENATALAKSANAAN
 Pengobatannya suportif karena umumnya
sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan
terapi. Diberikan kompres, astringen, lubrikasi.
Pengobatan biasanya simptomatik dan
antibiotic untuk mecegah infeksi sekunder.
Konjungtivitis Alergi
 Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada
mata yang disebabkan oleh reaksi inflamasi
pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem
imun
 Reaksi hipersensitivitas yang paling sering
terlibat pada alergi di konjungtiva adalah
reaksi hipersensitivitas tipe 1 (Majmudar,
2010).
Gejala Klinis
• Pada konjungtivitis alergi musiman dan alergi
tumbuh-tumbuhan keluhan utama adalah gatal,
kemerahan, air mata, injeksi ringan
konjungtiva, dan kemosis berat.
• Pasien dengan keratokonjungtivitis vernal
sering mengeluhkan mata sangat gatal dengan
kotoran mata yang berserat, konjungtiva
tampak putih susu dan banyak papila halus di
konjungtiva tarsalis inferior.
• Sensasi terbakar, pengeluaran sekret mukoid,
merah, dan fotofobia merupakan keluhan pada
keratokonjungtivitis atopik. Ditemukan jupa
tepian palpebra yang eritematosa dan
konjungtiva tampak putih susu. Pada kasus
yang berat ketajaman penglihatan menurun.
• Pada konjungtiviitis papilar raksasa dijumpai
tanda dan gejala yang mirip konjungtivitis
vernal.
DIAGNOSIS

 Diperlukan riwayat alergi baik pada pasien


maupun keluarga pasien . Gejala yang paling
penting untuk mendiagnosis penyakit ini
adalah rasa gatal pada mata, yang mungkin
saja disertai mata berair, kemerahan dan
fotofobia.
KOMPLIKASI
 Komplikasi yang paling sering adalah ulkus

pada kornea dan infeksi sekunder.

PENATALAKSANAAN
 Penyakit ini dapat diterapi dengan tetesan

vasokonstriktor - antihistamin topikal dan


kompres dingin untuk mengatasi gatal-gatal
dan steroid topikal jangka pendek untuk
meredakan gejala lainnya.
PTERIGIUM
PTERIGIUM
 Merupakan kelainan pada konjungtiva bulbi,
berbentuk segitiga, berada di fisura palpebra
dan mengarah ke kornea
 Bersifat degeneratif.
 Sering dikira katarak oleh pasien.
 Bilateral, nasal >temporal.
 Penyebab : hipotesa yaitu teori iritasi dengan
udara luar, sinar matahari dan debu, karena itu
banyak didaerah pantai dan pertanian.
 Klasifikasi Pterigium berdasarkan luas
perkembangannya :
 Stadium I : pterigium belum mencapai
limbus
 Stadium II : sudah mencapai atau
melewati limbus tapi belum mencapai
daerah pupil
 Stadium III : sudah mencapai daerah
pupil
 Gejala :
 Rasa perih, terganjal
 Sensasi benda asing
 Silau
 Mata berair
 Gangguan visus
 Masalah kosmetik
 Pengobatan
 Kacamata pelindung
 Gatal  tetes mata yang mengandung
antihistamin
 Meradang  air mata buatan, tetes mata yang
mengandung steroid.
 Pembedahan : mengganggu visus, mengganggu
pergerakan bola mata, berkembang progresif,
kosmetik.
Penyakit lain pada konjungtiva
NEVUS
HEMANGIOMA
KEMOSIS/EDEMA KONJUNGTIVA
PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA

Anda mungkin juga menyukai