♥♥ Gejala tambahan :
♥♥ Gejala manik :
1) Konsentrasi dan perhatian
A. Afek meningkat
♥♥ Gejala depresi : kurang
B. Hiperaktifitas fisik dan
2) Harga diri dan PD berkurang
mental:
Gejala utama : 3) Gagasan tentang rasa bersalah
A. Hiperaktif
1) Afek depresif dan tidak berguna
B. banyak bicara
2) Hilang minat dan 4) Pandangan masa depan suram
C. Kebutuhan tidur
gembira dan pesimis
berkurang
3)Berkurangnya energi 5) Gagasan / perbuatan yang
D. Grandiose ideas (ide
membahayakan diri /badan
kebesaran)
6) Tidur terganggu
C. Terlalu optimis
7) Nafsu makan berkurang.
Menurut DSM-IV mengenai gangguan SkizoaAfektif
A.Periode penyakit tidak terputus, pada suatu waktu, episode depresif mayor,
episode manik, atau episode campuran yang terjadi bersamaan dengan gejala
yang memnuhi kriteria kizofrenia.
Catatan : Episode depresif mayor harus mencakup kriteria : Mood depresi
B.Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
sekurang-kurangnya 2 minggu tanpa gejala mood yang menonjol.
C. Gejala yang memenuhi kriteria episode mood timbul dalam jumlah yang
bermakna pada durasi total periode aktif dan residual penyakit.
D.Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (contoh, obat yang
disalahgunakan, suatu obat) atau keadaan kesehatan umum.
Skizoafektif
Tipe Bipolar : Jika gangguan mencakup
Tipe Depresif : Jika gangguan hanya
episode manik atau campuran (atau
mencakup episode depresif mayor.
episode manik, campuran dan episode
depresif mayor).
PPDGJ III
Tipe Depresif
- harus menonjol di sertai dua gelaja khas , baik depresif maupun kelainan perilaku
terkait seperti tercantum dalam uraian untuk episode depresif.
Tipe Manik
- Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitu
menonjol di kombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.
- Dalam waktu yang sama harus jelas ada satu atau ldua gejala skizofrenia yang khas
Tipe Campuran
Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia (F20) berada secara
bersama-sama dengan gejala-gejala afektif bipolar campuran. (F31.6)
Terapi
Prognosis
Prognosis
♥♥ skizoafektif, tipe bipolar harus
♥♥ skizoafektif, tipe bipolar harus
mendapakan lithium (Haloperidol) , pasien dengan gangguan
mendapakan lithium (Haloperidol) ,
carbamazepine ( tregretol) , valproate skizoafektif memiliki prognosis
carbamazepine ( tregretol) , valproate
(depakene) atau suatu kombinasi yang jauh lebih buruk dari pada
(depakene) atau suatu kombinasi
obat-obat tersebut jika satu obat saja pasien dengan gangguan depresif,
obat-obat tersebut jika satu obat saja
tidak efektif. memiliki prognosis yang lebih
tidak efektif.
♥ gangguan skizoafektif, tipe depresif buruk dari pada pasien dengan
♥ gangguan skizoafektif, tipe depresif
harus berikan antidepresan dan terapi gangguan bipolar dan memiliki
harus berikan antidepresan dan terapi
elektrokonvulsif (ECT) sebelum prognosis yang lebih baik ari pada
elektrokonvulsif (ECT) sebelum
mereka di putuskan tidak responsif pasien dengan skizofrenia
mereka di putuskan tidak responsif
terhadap terapi antidepresan
terhadap terapi antidepresan
Gangguan Mental Organik
Definisi
◦Gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan jiwa akibat
dari disfungsi otak oleh penyebab apapun yang dapat dibuktikan atau
dengan adanya kesan yang kuat melalui riwayat /anamnesa,
pemeriksanaan fisik, maupun laboratorium. Disfungsi yang terjadi dapat
bersifat primer (terjadi di otak), maupun sekunder (diluar otak / sistemik)
Faktor resiko
Faktor penyebab terjadinya gangguan mental organik antara lain:
• Penyakit /gangguan primer atau cidera otak
• Penyakit /gangguan sistemik yg secara sekunder mempengaruhi
otak
• Zat atau obat yang saat itu ada/ dalam waktu panjang
mempengaruhi otak
Jenis gangguan mental organik
1). Demensia
Merupakan suatu sindrom akibat penyakit / gangguan baik yang bersifat primer maupun sekunder
mempengaruhi otak. Penyakit demensia bersifat kronik progresif dengan gejala utama adanya gangguan fungsi
kortikal luhur yang meliputi daya ingat, daya pikir, orientasi, pemahaman, berhitung, belajar, bahasa, dan daya
nilai. Tidak ditemukan adanya gangguan kesadaran, serta kadang gejala awal yang timbul adanya kemerosotan
pengendalian emosi, perilaku sosial serta motivasi hidup. Gejala depresi, halusinasi, ataupun waham tidak
jarang juga dapat muncul.
Narkotika dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.
Narkotika golongan I
Merupakan narkotika yang paling berbahaya, memiliki Daya adiktif sangat tinggi. Golongan ini
tidak boleh digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan.
Contohnya ganja, heroin, kokain, morfin, opium, dan lain-lain.
Narkotika golongan II
Merupakan narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan
penelitian. Contohnya adalah petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol, dan lain-lain.
• adalah: psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan
sedang diteliti khasiatnya. Contohnya adalah MDMA, ekstasi, LSD, dan STP.
Golongan II
• adalah: psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah
amfetamin, metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.
Golongan III
• adalah: psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah
lumibal, buprenorsina, fleenitrazepam, dan sebagainya.
Golongan IV
• adalah: psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya
adalah nitrazepam (BK, mogadon, dumolid), diazepam, dan lain- lain.
3. Bahan adikitif lainya
Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan
ketergantungan. Contohnya: rokok, kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan
menimbulkan ketagihan dan thinner dan zat-zat lain, seperti lem kayu, penghapus cair, aseton, cat,
bensin, yang bila dihisap, dihirup, dan dicium, dapat memabukkan. Jadi, alkohol, rokok, serta zat-
zat lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan juga tergolong NAPZA
PENYALAHGUNAAN NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang bersifat patologis, paling sedikit telah berlangsung
satu bulan lamanya sehingga menimbulkan gangguan dalam pekerjaan dan fungsi sosial. Sebetulnya NAPZA
banyak dipakai untuk kepentingan pengobatan, misalnya menenangkan klien atau mengurangi rasa sakit. Tetapi
karena efeknya “enak” bagi pemakai, maka NAPZA kemudian dipakai secara salah, yaitu bukan untuk
pengobatan tetapi untuk mendapatkan rasa nikmat. Penyalahgunaan NAPZA secara tetap dapat menyebabkan
pengguna merasa ketergantungan pada obat tersebut sehingga menyebabkan kerusakan fisik.
3.Tahap pemakaian situasional Tahap pemakaian karena situasi tertentu, misalnya kesepian atau stres. Pemakaian NAPZA
sebagai cara mengatasi masalah. Pada tahap ini pemakai berusaha memperoleh NAPZA secara aktif.
4. Tahap habituasi (kebiasaan)Tahap ini untuk yang telah mencapai tahap pemakaian teratur (sering), disebut juga
penyalahgunaan NAPZA, terjadi perubahan pada faal tubuh dan gaya hidup.
5. Tahap ketergantungan dia berusaha agar selalu memperoleh NAPZA dengan berbagai cara. Berbohong, menipu, atau
mencuri menjadi kebiasaannya. Ia sudah tidak dapat mengendalikan penggunaannya. NAPZA telah menjadi pusat
kehidupannya. Hubungan dengan keluarga dan teman- teman rusak.
Faktor Risiko Penyalahgunaan NAPZA
a. Akibat zat itu sendiri Termasuk di sini gangguan mental organik akibat zat, misalnya intoksikasi yaitu
suatu perubahan
mental yang terjadi karena dosis berlebih yang memang diharapkan oleh pemakaiannya.
Sebaliknya bila pemakaiannya terputus akan terjadi kondisi putus zat.
b. Akibat bahan campuran/pelarut: bahaya yang mungkin timbul antara lain infeksi, emboli.
c. Akibat cara pakai atau alat yang tidak steril. Akan terjadi infeksi, berjangkitnya AIDS atau hepatitis.
d. Akibat pertolongan yang keliru misalnya dalam keadaan tidak sadar diberi minum.
e. Akibat tidak langsung misalnya terjadi stroke pada pemakaian alkohol atau malnutrisi karena gangguan
absorbsi pada pemakaian alkohol.
f. Akibat cara hidup pasien. Terjadi kurang gizi, penyakit kulit, kerusakan gigi dan penyakit kelamin.
2. Terhadap kehidupan mental emosional
Intoksikasi alkohol atau sedatif-hipnotik menimbulkan perubahan pada kehidupan mental emosional yang
bermanifestasi pada gangguan perilaku tidak wajar. Pemakaian ganja yang berat dan lama menimbulkan sindrom
motivasional. Putus obat golongan amfetamin dapat menimbulkan depresi sampai bunuh diri.
3) Terhadap kehidupan sosial
Gangguan mental emosional pada penyalahgunaan obat akan mengganggu
fungsinya sebagai anggota masyarakat, bekerja atau sekolah. Pada umumnya
prestasi akan menurun, lalu dipecat/dikeluarkan yang berakibat makin kuatnya
dorongan untuk menyalahgunakan obat.
REHABILITAS PENGGUNAAN NAPZA