Anda di halaman 1dari 31

Skizoafektif

dr. Malawati, Sp. Kj


DEFINISI
Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang ditandai
dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala
gangguan afektif( gangguan mood).
gangguan skizoafektif adalah adanya episode depresi ,manik, atau
campuran yang terdapat bersamaan dengan gejala-gejala skizofrenia.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi seumur hidup gangguan skizoafektif kurang dari 1 persen,
mungkin berkisar 0,5 sampai 0,8 persen.
Gangguan skizoafektif tipe depresif lebih sering terjadi pada orang tua daripada
orang dewasa muda,
prevalensi gangguan tersebut dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibanding
perempuan, terutama perempuan menikah.
Laki -laki dengan gangguan skizoafektif mungkin memperlihatkan perilaku
antisosial.
ETIOLOGI

Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui. Tetapi terdapat model


konseptual telah di ajukan
1. Gangguan skizoafektif merupakan suatu tipe skizofrenia atau suatu tipe
gangguan mood
2. Gangguan skizoafektif merupakan ekspresi bersama-sama dari
skizofrenia dan gangguan mood
3. Gangguan skizoafektif merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang
berbeda tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu
gangguan mood.
TANDA DAN GEJALA
Adanya perasaan sedih dan hilangnya minat, berlangsung paling sedikit 2 minggu
atau rasa senang berlebihan yang berlangsung paling sedikit 1 minggu.

♥♥ Gejala tambahan : 
♥♥ Gejala manik : 
1) Konsentrasi dan perhatian
A. Afek meningkat 
♥♥ Gejala depresi :  kurang 
B. Hiperaktifitas fisik dan
2) Harga diri dan PD berkurang 
mental: 
Gejala utama :  3) Gagasan tentang rasa bersalah
A. Hiperaktif
1) Afek depresif  dan tidak berguna 
B. banyak bicara 
2) Hilang minat dan 4) Pandangan masa depan suram
C. Kebutuhan tidur
gembira  dan pesimis 
berkurang 
3)Berkurangnya energi 5) Gagasan / perbuatan yang
D. Grandiose ideas (ide
membahayakan diri /badan 
kebesaran) 
6) Tidur terganggu 
C. Terlalu optimis 
7) Nafsu makan berkurang. 
Menurut DSM-IV mengenai gangguan SkizoaAfektif

A.Periode penyakit tidak terputus, pada suatu waktu, episode depresif mayor,
episode manik, atau episode campuran yang terjadi bersamaan dengan gejala
yang memnuhi kriteria kizofrenia.
Catatan : Episode depresif mayor harus mencakup kriteria : Mood depresi

B.Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
sekurang-kurangnya 2 minggu tanpa gejala mood yang menonjol.

C. Gejala yang memenuhi kriteria episode mood timbul dalam jumlah yang
bermakna pada durasi total periode aktif dan residual penyakit.

D.Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (contoh, obat yang
disalahgunakan, suatu obat) atau keadaan kesehatan umum.
Skizoafektif
Tipe Bipolar : Jika gangguan mencakup
Tipe Depresif : Jika gangguan hanya
episode manik atau campuran (atau
mencakup episode depresif mayor.
episode manik, campuran dan episode
depresif mayor).
PPDGJ III

1. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala


definitf adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama
menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari.

2. Skizoafektif tidak memenuhi kriteria skizofrenia maupun episode


manik atau depresif.
Pedoman Diagnostic Gangguan Skizoafektif

Tipe Depresif
- harus menonjol di sertai dua gelaja khas , baik depresif maupun kelainan perilaku
terkait seperti tercantum dalam uraian untuk episode depresif.

Tipe Manik
- Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitu
menonjol di kombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.
- Dalam waktu yang sama harus jelas ada satu atau ldua gejala skizofrenia yang khas

Tipe Campuran
Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia (F20) berada secara
bersama-sama dengan gejala-gejala afektif bipolar campuran. (F31.6)
Terapi

Prognosis
Prognosis
♥♥ skizoafektif, tipe bipolar harus
♥♥ skizoafektif, tipe bipolar harus
mendapakan lithium (Haloperidol) , pasien dengan gangguan
mendapakan lithium (Haloperidol) ,
carbamazepine ( tregretol) , valproate skizoafektif memiliki prognosis
carbamazepine ( tregretol) , valproate
(depakene) atau suatu kombinasi yang jauh lebih buruk dari pada
(depakene) atau suatu kombinasi
obat-obat tersebut jika satu obat saja pasien dengan gangguan depresif,
obat-obat tersebut jika satu obat saja
tidak efektif. memiliki prognosis yang lebih
tidak efektif.
♥ gangguan skizoafektif, tipe depresif buruk dari pada pasien dengan
♥ gangguan skizoafektif, tipe depresif
harus berikan antidepresan dan terapi gangguan bipolar dan memiliki
harus berikan antidepresan dan terapi
elektrokonvulsif (ECT) sebelum prognosis yang lebih baik ari pada
elektrokonvulsif (ECT) sebelum
mereka di putuskan tidak responsif pasien dengan skizofrenia
mereka di putuskan tidak responsif
terhadap terapi antidepresan
terhadap terapi antidepresan
Gangguan Mental Organik
Definisi
◦Gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan jiwa akibat
dari disfungsi otak oleh penyebab apapun yang dapat dibuktikan atau
dengan adanya kesan yang kuat melalui riwayat /anamnesa,
pemeriksanaan fisik, maupun laboratorium. Disfungsi yang terjadi dapat
bersifat primer (terjadi di otak), maupun sekunder (diluar otak / sistemik)
Faktor resiko
Faktor penyebab terjadinya gangguan mental organik antara lain:
• Penyakit /gangguan primer atau cidera otak
• Penyakit /gangguan sistemik yg secara sekunder mempengaruhi
otak
• Zat atau obat yang saat itu ada/ dalam waktu panjang
mempengaruhi otak
Jenis gangguan mental organik
1). Demensia
Merupakan suatu sindrom akibat penyakit / gangguan baik yang bersifat primer maupun sekunder
mempengaruhi otak. Penyakit demensia bersifat kronik progresif dengan gejala utama adanya gangguan fungsi
kortikal luhur yang meliputi daya ingat, daya pikir, orientasi, pemahaman, berhitung, belajar, bahasa, dan daya
nilai. Tidak ditemukan adanya gangguan kesadaran, serta kadang gejala awal yang timbul adanya kemerosotan
pengendalian emosi, perilaku sosial serta motivasi hidup. Gejala depresi, halusinasi, ataupun waham tidak
jarang juga dapat muncul.

Pedoman diagnostik umum untuk demensia:


- Penurunan kemampuan (disabilitas) daya ingat & daya pikir sampai mengganggu
kegiatan harian seseorang, misalnya: mandi berpakaian, makan, kebersihan diri, buang
air
- Tidak ada gangguan kesadaran - Disabilitas > 6 bln
2). Demensia Alzheimer
Demensia pada penyakit Alzheimer Merupakan suatu penyakit degenerative primer yang terjadi di
otak dnegan etiologi yang tidak diketahui pasti. Onset perkembangan berjalan lambat dengan
manifestasi gejala meliputi perkembangan deficit kognitif multiple yang meliputi gangguan memori,
afasia, apraksia, agnosia, gangguan fungsi eksekutif.Onset biasa terjadi pada usia 60 – 70 tahun,
berjalan lambat dan kontinu mengalami deteriorasi. Diagnosa pasti dapat ditegakkan melalui
pemeriksaan paologi otak melalui penemuan atrofi pada otak, tangle neurofibrilari, serta plak senil.

Adapun pedoman diagnostik untuk demensia pada penyakit Alzheimer:


- Memenuhi pedoman diagnostik umum
- Onset bertahap, sulit dipastikan, deteriorasi lambat, dalam perjalanan penyakit bisa terjadi suatu
taraf stabil nyata
- Tidak ada bukti penyakit otak / sistemik lain penyebab demensia
- Tidak ada serangan apoplektik akut ataupun gejala neurologis dari kerusakan otak fokal
3). Demensia vaskuler
Dahulu dikenal sebagai demensia arteriosclerosis atau demensia multi infark. Gejala yang khas
adalah adanya riwayat serangan iskemi, gangguan kesadaran, paresis, atau hilangnya ingatan sepintas.
Gangguan ini dapat terjadi terutama pada gangguan serebro-vaskuler dan jarang oleh suatu serangan
stroke yang besar. Onset dapat sterjadi secara akut ataupun lambat, biasanya pada usia lanjut dengan
adanya hendaya dalam memori dan daya pikir. Daya tilikan diri dan daya nilai pada umumnya baik
namun kadang dapat disertai dengan adanya labilitas dalam emosi, serta jarang terjadi perubahan
kepribadian.
Pedoman diagnostik:
 Memenuhi kriteria pedoman diagnostik umum untuk demensia
 Hendaya kognitif tidak merata
 Tilikan dan daya nilai relatif baik
 Onset umumnya akut atau deteriorasi bertahap. Adanya gejala neurologis fokal meningkatkan
kemungkinan diagnosa, kadang hanya dapat ditetapkan melaui pemeriksaan CT-Scan
Jenis-jenis demensia vaskuler:
a. Demensia Vaskuler Onset Akut Terjadi cepat setelah serangkaian stroke
akibat thrombosis / emboli atau perdarahan, jarang oleh suatu infark besar
b. Demensia Multi-Infark Onset > lambat Setelah serangan iskemi minor
akumulasi infark parenkim otak
c. Demensia Vaskuler Subcortikal Fokus pada substansia alba hemisfer (CT-
Scan) Korteks serebral biasanya tetap baik Gejala klinis mirip Demensia
pada penyakit Alzhaimer
d. Demensia Vaskuler Campuran Kortikal & Subkortikal Dapat diduga dari
gambaran klinis / otopsi
GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU
AKIBAT PENGGUNAAN NAPZA
Definisi
• NAPZA ( Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif) adalah zat
yang apabila masuk ke dalam tubuh manusia akan
mempengaruhi system saraf pusat (SPP) sehingga
menimbulkan perubahan aktivitas mental, emosional dan
perilaku penggunanya dan sering menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan terhadap zat tersebut
Jenis Jenis Napza
• Menurut partodiharjo (2008), NAPZA dibagi dalam 3 jenis,
yaitu narkotika , psikotropika dan bahan adiktif lainya. Tiap
jenis dibagi lagi kedalam beberapa kelompok.
1.Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa, zat ini dapat
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dapat menimbulkan ketergantungan.

Narkotika dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.

Narkotika golongan I
Merupakan narkotika yang paling berbahaya, memiliki Daya adiktif sangat tinggi. Golongan ini
tidak boleh digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan.
Contohnya ganja, heroin, kokain, morfin, opium, dan lain-lain.

Narkotika golongan II
Merupakan narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan
penelitian. Contohnya adalah petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol, dan lain-lain.

Narkotika golongan III


Merupakan narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan
penelitian. Contohnya adalah kodein dan turunannya
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan
perilaku. Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa (psyche)
psikotropika dapat dikelompokkan ke dalam 4 golongan, yaitu:
Golongan I

• adalah: psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan
sedang diteliti khasiatnya. Contohnya adalah MDMA, ekstasi, LSD, dan STP.

Golongan II

• adalah: psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah
amfetamin, metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.

Golongan III

• adalah: psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah
lumibal, buprenorsina, fleenitrazepam, dan sebagainya.

Golongan IV

• adalah: psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya
adalah nitrazepam (BK, mogadon, dumolid), diazepam, dan lain- lain.
3. Bahan adikitif lainya

Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan
ketergantungan. Contohnya: rokok, kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan
menimbulkan ketagihan dan thinner dan zat-zat lain, seperti lem kayu, penghapus cair, aseton, cat,
bensin, yang bila dihisap, dihirup, dan dicium, dapat memabukkan. Jadi, alkohol, rokok, serta zat-
zat lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan juga tergolong NAPZA
PENYALAHGUNAAN NAPZA

Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang bersifat patologis, paling sedikit telah berlangsung
satu bulan lamanya sehingga menimbulkan gangguan dalam pekerjaan dan fungsi sosial. Sebetulnya NAPZA
banyak dipakai untuk kepentingan pengobatan, misalnya menenangkan klien atau mengurangi rasa sakit. Tetapi
karena efeknya “enak” bagi pemakai, maka NAPZA kemudian dipakai secara salah, yaitu bukan untuk
pengobatan tetapi untuk mendapatkan rasa nikmat. Penyalahgunaan NAPZA secara tetap dapat menyebabkan
pengguna merasa ketergantungan pada obat tersebut sehingga menyebabkan kerusakan fisik.

Ketergantungan napza di bagi menjadi 2:

• adalah keadaan bila seseorang mengurangi atau menghentikan penggunaan


NAPZA tertentu yang biasa ia gunakan, ia akan mengalami gejala putus zat. Selain
Ketergantungan fisik
ditandai dengan gejala putus zat, ketergantungan fisik juga dapat ditandai dengan
adanya toleransi.
• adalah suatu keadaan bila berhenti menggunakan NAPZA tertentu, seseorang
Ketergantungan psikologis akan mengalami kerinduan yang sangat kuat untuk menggunakan NAPZA
tersebut walaupun ia tidak mengalami gejala fisik.
Tahapan Pemakaian NAPZA
  Ada beberapa tahapan pemakaian NAPZA menurut Harlina (2008), yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pemakaian coba-coba (eksperimental)
Karena pengaruh kelompok sebaya sangat besar, remaja ingin tahu atau coba-coba. Biasanya mencoba mengisap
rokok, ganja, atau minum-minuman beralkohol. Jarang yang langsung mencoba memakai putaw atau minum pil
ekstasi.

2. Tahap pemakaian social


Tahap pemakaian NAPZA untuk pergaulan (saat berkumpul atau pada acara tertentu), ingin diakui/diterima
kelompoknya. Mula- mula NAPZA diperoleh secara gratis atau dibeli dengan murah. Ia belum secara aktif mencari
NAPZA.

3.Tahap pemakaian situasional Tahap pemakaian karena situasi tertentu, misalnya kesepian atau stres. Pemakaian NAPZA
sebagai cara mengatasi masalah. Pada tahap ini pemakai berusaha memperoleh NAPZA secara aktif.

4. Tahap habituasi (kebiasaan)Tahap ini untuk yang telah mencapai tahap pemakaian teratur (sering), disebut juga
penyalahgunaan NAPZA, terjadi perubahan pada faal tubuh dan gaya hidup.

5. Tahap ketergantungan dia berusaha agar selalu memperoleh NAPZA dengan berbagai cara. Berbohong, menipu, atau
mencuri menjadi kebiasaannya. Ia sudah tidak dapat mengendalikan penggunaannya. NAPZA telah menjadi pusat
kehidupannya. Hubungan dengan keluarga dan teman- teman rusak.
Faktor Risiko Penyalahgunaan NAPZA
 

1. Lingkungan Keluarga dan Pola asuh dalam keluarga


• Merupakan pengaruh besar terhadap penyalahgunaan NAPZA. Pola asuh orang tua
yang demokratis dan terbuka mempunyai risiko penyalahgunaan NAPZA lebih
rendah dibandingkan dengan pola asuh orang tua dengan disiplin yang ketat. Fakta
berbicara bahwa tidak semua keluarga mampu menciptakan kebahagiaan bagi semua
anggotanya. Banyak keluarga mengalami problem-problem tertentu. Salah satunya
ketidakharmonisan hubungan keluarga.
2. Pergaulan (Teman Sebaya
• Di dalam mekanisme terjadinya penyalahgunaan NAPZA, teman kelompok sebaya
(peer group) mempunyai pengaruh yang dapat mendorong atau mencetuskan
penyalahgunaan NAPZA pada diri seseorang. Menurut Hawari (2010) perkenalan
pertama dengan NAPZA justru datangnya dari teman kelompok
Dampak Penyalahgunaan NAPZA
1. Terhadap kondisi fisik

a. Akibat zat itu sendiri Termasuk di sini gangguan mental organik akibat zat, misalnya intoksikasi yaitu
suatu perubahan
mental yang terjadi karena dosis berlebih yang memang diharapkan oleh pemakaiannya.
Sebaliknya bila pemakaiannya terputus akan terjadi kondisi putus zat.
b. Akibat bahan campuran/pelarut: bahaya yang mungkin timbul antara lain infeksi, emboli.
c. Akibat cara pakai atau alat yang tidak steril. Akan terjadi infeksi, berjangkitnya AIDS atau hepatitis.
d. Akibat pertolongan yang keliru misalnya dalam keadaan tidak sadar diberi minum.
e. Akibat tidak langsung misalnya terjadi stroke pada pemakaian alkohol atau malnutrisi karena gangguan
absorbsi pada pemakaian alkohol.
f. Akibat cara hidup pasien. Terjadi kurang gizi, penyakit kulit, kerusakan gigi dan penyakit kelamin.
2. Terhadap kehidupan mental emosional

Intoksikasi alkohol atau sedatif-hipnotik menimbulkan perubahan pada kehidupan mental emosional yang
bermanifestasi pada gangguan perilaku tidak wajar. Pemakaian ganja yang berat dan lama menimbulkan sindrom
motivasional. Putus obat golongan amfetamin dapat menimbulkan depresi sampai bunuh diri.
3) Terhadap kehidupan sosial
Gangguan mental emosional pada penyalahgunaan obat akan mengganggu
fungsinya sebagai anggota masyarakat, bekerja atau sekolah. Pada umumnya
prestasi akan menurun, lalu dipecat/dikeluarkan yang berakibat makin kuatnya
dorongan untuk menyalahgunakan obat.
REHABILITAS PENGGUNAAN NAPZA

Pelayanan Medik Detoksifikasi


• a. Detoksifikasi adalah suatu proses dimana seorang individu yang ketergantungan fisik
terhadap zat psikoaktif (khususnya Opioida), dilakukan pelepasan zat psikoaktif (opioida)
tersebut secara tiba- tiba (abrupt) atau secara sedikit demi sedikit (gradual).
• b. Terapi MaintenanceTerapi maintenance (rumatan) adalah pelayanan pasca detoksifikasi
dengan tanpa komplikasi medik
Terapi Psikososial
• Dapat dilakukan melalui pendekatan Non Medis, misalnya Sosial, Agama, Spiritual, Therapeutic
Community, Twelve Steps, dan alternatif lain. Metode ini diperlukan tindak lanjut dari sektor terkait seperti
Departemen Sosial, Departemen Agama atau pusat-pusat yang mengembangkan metode tersebut.
Pelaksanaan metode apapun, harus tetap berkoordinasi bersama dokter puskesmas kecamatan setempat atau
dokter rumah sakit terdekat untuk menanggulangi masalah kesehatan fisik dan mental yang mungkin dan
atau dapat terjadi selama proses rehabilitasi.
Rujukan
• Pasien penyalahguna dan ketergantungan NAPZA dengan komplikasi medis fisik dirujuk ke
Rumah Sakit Umum Kabupaten / Kota atau Rumah Sakit Umum Provinsi. Pasien penyalahguna
dan ketergantungan NAPZA dengan komplikasi medis psikiatris dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa
atau bagian psikiatri Rumah Sakit Umum terdekat.
Model-model pelayanan rehabilitasi
NAPZA
• Metadon adalah zat opioid sintetik berbentuk cair yang diberikan lewat mulut. Metadon
merupakan obat yang paling sering digunakan untuk terapi substitusi bagi ketergantungan
opioid.
• Bentuk terapi ini telah diteliti secara luas sebagai terapi modalitas. Terapi substitusi Metadon
Metadon dari penelitian dan monitoring pelayanan, secara kuat terbukti efektif menurunkan
penggunaan NAPZA jalur gelap, mortalitas, resiko penyebaran HIV, memperbaiki kesehatan
mental dan fisik, memperbaiki fungsi sosial serta menurunkan kriminalitas.
• Pada klien dengan pengguna heroin yang memakai rehabilitasi dengan Metadon, maka dosis
Metadon dosis tinggi dinilai lebih efektif daripada dosisnya rendah atau menengah. Dosis
Metadon yang tinggi akan diturunkan secara bertahap. Terapi rumatan Metadon diikuti
perbaikan kesehatan secara substansial dan insiden efek samping rendah.
• Burprenorfin adalah obat yang diberikan oleh dokter mellui resep. Aktifitas agonis opioid
Burprenorfin lebih rendah dari Metadon. Burprenorfin tidak diabsorbsi dengan baik jika
Burprenorfin ditelan, karena itu cara penggunaannya adalah sublingual (diletakkan di bawah lidah).
DAFTAR PUSTAKA
1 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013 Buku Ajar Psikiatri. Ed. 2. Jakarta : EGC
2. Rusdi, 2003 Diagnosis Gangguan Jiwa Ppdgj : Jakarta
3. SadockB.J dkk, 2002 Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis ,Ed. 7, jilid 1 :Jakarta

Anda mungkin juga menyukai