PAJAK ROKOK
ANGGOTA KELOMPOK
05 Tri Maryanto S.
40011419650021
PAJAK AIR
PERMUKAAN
A. Pengertian Pajak Air Permukaan
Awalnya dalam Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Air
Permukaan bernama Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan (PPPABTAP). Namun dalam undang-undang terakhir yakni UU Nomor
28 tahun 2009, PPPABTAP terbagi menjadi dua jenis pajak, yaitu Pajak Air Bawah
Tanah (PABT) dan Pajak Air Permukaan (PAP).
Lalu pada pasal 22, subjek PAP adalah orang pribadi atau badan yang dapat melakukan
pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan.
Wajib pajak PAP sendiri adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan
dan/atau pemanfaatan air permukaan.
C. Kelompok Pengguna Air Permukaan
Pada pasal 7, disebutkan kalau pengguna air permukaan dilihat dari jenis kegiatan atau
kegiatan usaha yang dilakukan, di antaranya:
1. Sosial.
2. Perusahaan non-niaga.
3. Niaga atau perdagangan atau jasa.
4. Industri atau penunjang produksi.
5. Pertanian termasuk perkebunan, peternakan, dan perikanan.
6. Tenaga listrik (pembangkit listrik tenaga air).
7. Pertambangan.
Dari 7 jenis kegiatan atau kegiatan usaha yang disebutkan, usaha yang dikenakan PAP
adalah perusahaan non-niaga (PDAM), perusahaan niaga, industri atau penunjang produksi,
pertanian, tenaga listrik, dan pertambangan. Sedangkan jenis usaha atau kegiatan usaha sosial
dan perusahaan non-niaga di luar PDAM tidak dikenakan PAP.
D. Penentuan Nilai Perolehan Air Permukaan
Dasar pengenaan PAP adalah nilai perolehan air permukaan (NPAP). NPAP sendiri
diperoleh dengan mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor berikut:
1. Jenis sumber air.
2. Lokasi sumber air.
3. Tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air.
4. Volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan.
5. Kualitas air.
6. Luas area tempat pengambilan dan/atau pemanfaatan air.
7. Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/atau pemanfaatan
air.
Besar nilai perolehan air permukaan ditetapkan oleh masing-masing
pemerintah daerah. Karena itu, nilai perolehan satu daerah dengan
lainnya dapat berbeda. Namun dalam menghitung dan menentukan
NPAP, pemerintah daerah dapat mengacu pada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor
15/PRT/M/2017 tentang Tata Cara Penghitungan Besaran Nilai Perolehan
Air Permukaan.
E. Rumus dan Contoh Perhitungan PAP
● Tarif PAP ditetapkan paling tinggi sebesar 10%. Rumus perhitungannya adalah:
● Tarif x Nilai Perolehan Air X Volume air yang dihitung
Contoh perhitungannya:
Perusahaan PT Air Mengalir Deras memiliki nilai perolehan air sebesar Rp1.000/M3 dengan
volume air yang diambil sebesar 5.000.000 M3/bulan. Maka, besaran PAP adalah:
Berdasarkan contoh kasus ini, pajak terutang PT Air Mengalir Deras adalah Rp500.000.000.
Pajak tersebut akan dipungut oleh pemerintah daerah setempat.
PAJAK ROKOK
A. Pengertian Pajak Rokok
● Cukai rokok:
40% X Rp 1.000 = Rp 400
● Pajak rokok:
10% x Rp 400 = Rp 40
Nah, Rp 40 inilah yang masuk dalam kas pemerintah daerah. Jadi, bayangkan saja berapa
besar pajak rokok yang diterima daerah setiap tahunnya. Tentu besar sekali, sebab bisa dibilang
Indonesia merupakan surga perokok, di mana angka penjualan rokok sangat tinggi.
B. Pemanfaatan Pajak Rokok
Bagi Hasil PAP menurut Peraturan Gubernur (Pergub) Jawa Tengah Nomor 21
Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah Provinsi Jawa Tengah ditetapkan sebesar 50% untuk kabupaten/kota yang
dihitung secara proporsional dan tertimbang dengan memperhatikan unsure luas
wilayah, jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin, PAD, obyek PAP dan realisasi
tahun sebelumnya.
B. Tarif Pajak Rokok Provinsi Jawa Tengah
Sesuai dengan Pasal 2 Ayat (2) Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 23 Tahun 2014,
yaitu Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% dari cukai rokok.
Bagi hasil sesuai dengan Pasal 7 Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 23 Tahun 2014
:
1. Realisasi penerimaan Pajak Rokok dibagihasilkan kepada Kabupaten/Kota sebesar 70%
(tujuh puluh persen).
2. Bagi Hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur:
Bagi hasil sesuai dengan Pasal 15 Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2013 :
1. Sebagian hasil penerimaan Pajak Air Permukaan setelah dikurangi insentif pemungutan dari
realisasi penerimaan,diperuntukkan bagi Kabupaten/Kota, sebesar 50% (lima puluh persen).
2. Khusus untuk penerimaan Pajak Air Permukaan dari sumber air yang berada pada 1 (satu)
wilayah Kabupaten/Kota, hasil penerimaan Pajak Air Permukaan diserahkan kepada
Kabupaten/Kota yang bersangkutan,sebesar 80% (delapan puluh persen).
B. Tarif Pajak Rokok Provinsi Jawa Barat
Sesuai dengan Pasal 7 Ayat (1) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2014, yaitu Tarif
Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% dari cukai rokok.
Besaran pajak rokok yang terhutang dihitung dengan cara perkalian tarif pajak rokok dengan dasar
pengenaan pajak rokok.
Bagi hasil sesuai dengan Pasal 15 Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2014 :
1. Realisasi penerimaan pajak rokok dibagihasilkan dengan proporsi 30% (tiga puluh persen) bagian
Pemerintah Daerah dan 70% (tujuh puluh persen) bagian Pemerintah Kabupaten/Kota.
2. Proporsi bagi hasil pajak rokok ke Kabupaten/ Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan berdasarkan rasio jumlah penduduk Kabupaten/Kota terhadap jumlah penduduk di
Daerah.
3. Jumlah penduduk Kabupaten/Kota dan jumlah penduduk Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), dihitung berdasarkan jumlah hasil sensus tahun terakhir yang dikeluarkan secara resmi
oleh Badan Pusat Statistik
THANK YOU
ANY QUESTION?