Anda di halaman 1dari 18

ADOPSI DAN

DIFUSI INOVASI
.
INOVASI
SEGALA SESUATU MENYANGKUT IDE, CARA-
CARA, OBYEK YANG DIANGGAP BARU BAGI
SESEORANG
5 karakteristik inovasi yang mempengaruhi tingkat kecepatan
adopsi inovasi oleh petani sasaran :
 Keuntungan relatif
 Kompatibilitas
 Kompleksitas
 Trialibilitas
 Observabilitas
 Keuntungan relatif ; secara ekonomi menguntungkan, biaya
awal rendah, resiko kecil, hemat tenaga dan waktu, dapat
meningkatkan prestise, mudah dilakukan, dan kepuasan
psikologis.

 Kompatibilitas ; sesuai dengan nilai dan norma sosial, sesuai


pengalaman petani sebelumnya, sesuai ide-ide yang telah
disuluhkan sebelumnya, dan sesuai dengan kebutuhan petani.
 Kompleksitas ; inovasi yang sulit dipahami dan dilaksanakan
akan sulit diadopsi petani.

 Trialibilitas ; dapat dicoba dalam skala kecil.

 Observabilitas ; kemampuan inovasi untuk menghasilkan


output yang dapat dilihat orang lain.
ADOPSI INOVASI
 Proses yang terjadi sejak pertama kali seseorang
mendengar hal yang baru sampai menerima, menerapkan,
menggunakan hal baru tersebut.

“..Keputusan menerima inovasi merupakan proses


mental, jika petani menerapkan inovasi maka ia akan
meninggalkan cara-cara lama..”
TIPE KEPUTUSAN ADOPSI INOVASI

Tingkat adopsi suatu inovasi sangat dipengaruhi oleh tipe


keputusan untuk mengadopsi atau menolak inovasi.

Klasifikasi tipe keputusan :


 Optional decisions
 Collective decisions
 Authority decisions
 Contingent decisions
KEPUTUSAN OPSIONAL
 Keputusan untuk menerima suatu inovasi melalui beberapa
tahapan, mula-mula mengetahui atau tertarik, mengevaluasi,
mencoba, mengadopsi atau menolak inovasi (Innovation
decision process)
Keputusan kolektif
• Keputusan yang dibuat oleh individu-individu yang ada
dalam suatu sistem sosial melalui konsensus-konsensus
sehingga setiap anggota kelompok dapat menerima
keputusan yang dibuat secara bersama. Dalam tipe ini
diperlukan proses interaksi sosial (social action process)
KEPUTUSAN OTORITAS
 Pembuatan keputusan adopsi yang sifatnya khusus karena
proses penentuan menerima atau menolak inovasi sangat
dipengaruhi oleh individu yang memiliki kekuasaan dan
pengaruh. Keputusan ini biasa diterapkan pada permasalahan
khusus yang segera harus mendapat penanganan setelah
cukup informasi data lengkap.

Keputusan Kontingen
• Keputusan yang dibuat oleh individu-individu yang ada
dalam suatu sistem sosial melalui perwakilan dalam
kelompok tersebut.
PENGGOLONGAN ADOPTER
 Berdasarkan kecepatan adopsi terhadap suatu inovasi, adopter
digolongkan menjadi 5:

 Inovator (golongan perintis/pelopor)


 Early adopter (golongan pengetrap dini) 
 Early majority (golongan pengetrap awal) 
 Late majority (golongan pengetrap akhir)
 Laggard (golongan penolak)
Inovator (golongan perintis/pelopor)
Karakteristik :
 Gemar mencoba dan Berani mengambil resiko
 Pendidikan relatif lebih tinggi
 Aktif mencari dan menyebarluaskan informasi
 Status sosial ekonomi mapan
 Umur setengah baya

Early adopter (golongan pengetrap dini)


Karakteristik :
 Tingkat pendidikan tinggi
 Aktif membaca dan mencari informasi
 Status sosial dan ekonomi baik
 Berprakarsa dan aktif di masyarakat
 Umur 25-40 tahun
 Potensial menjadi mitra penyuluh pertanian
Early majority (golongan pengetrap awal)
Karakteristik :
 Tingkat pendidikan rata-rata
 Status sosial ekonomi sedang
 Pola hubungan lokalit
 Kurang giat mencari informasi
 Umur lebih 40 tahun dan berpengalaman
 Kegagalan penerapan inovasi meempengaruhi kehidupannya

 
Late majority (golongan pengetrap akhir)
Karakteristik :
 Tingkat pendidikan rendah
 Status sosial ekonomi rendah
 Pola hubungan lokalit dan cenderung ikut-ikutan
 Berusia lanjut 
Laggard (golongan penolak)
 Karakteristik :
 Tingkat pendidikan rendah/buta huruf
 Status sosial ekonomi sangat rendah
 Pola hubungan sangat lokalit dan menolak perubahan
 Berusia lanjut
 Penyuluh dapat mengabaikan golongan
KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PADA
BERBAGAI KATEGORI ADOPTER
No Variabel Inovator Early Adopter Early Late Laggard
Majority Majority
1 Umur Paruh baya Muda Paruh baya - Muda -tua Tua
tua
2 Pendidikan Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat
rendah
3 Ekonomi Baik Baik Sedang -baik Kurang Sangat
kurang
4 Status sosial Tinggi Sedang Sedang -baik Rendah Paling
rendah
5 Pola Kosmopolit Kosmopolit Cenderung Lokalit Sangat
hubungan lokalit lokalit
DIFUSI INOVASI
Salah satu tujuan program penyuluhan pertanian adalah mengubah perilaku
masyarakat melalui perubahan sosial yang direncanakan (planned social
change) dengan 3tahapan:

 Invensi : merupakan kegiatan penciptaan atau pengembangan ide-ide baru


(inovasi)
 Difusi : merupakan proses penyebaran inovasi dari seseorang yang telah
mengadopsi inovasi kepada orang-orang lainnya dalam masyarakat
 Konsekuensi : merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem
sosial sebagai akibat adanya adopsi atau penolakan terhadap suatu inovasi.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERILAKU PETANI
Faktor Pendorong :
 Harapan perbaikan sosial-ekonomi
 Ketersediaan teknologi modern
 Perbaikan penyuluhan pertanian
 Perluasan kesempatan berusaha

Faktor Penghambat
 Nilai-nilai dan kelayakan tradisional
 Kelangkaan sumberdaya
 Tingkat pendidikan rendah
 Penguasaan teknologi yang rendah
MODEL DIFUSI INOVASI
MODEL TOP-DOWN
 Pengikut model pendekatan ini terdiri dari ilmuwan dan pembuat kebijakan yang
mempercayai bahwa dalam proses pembangunan pertanian tidak perlu melibatkan
tradisi dan kearifan petani, tetapi ilmu pengetahuan dan teknologilah yang berperan.
 Petani dipertahankan sebagai penerima pasif ilmu pengetahuan dan tidak
mempunyai kontribusi terhadap perkembangan teknologi.
 Keputusan mengenai penentuan masalah-masalah yang relevan dan hipotesis yang
akan diuji ditentukan sepenuhnya oleh ilmuwan dan pembuat kebijakan, karena
mereka yakin sangat mengetahui kebutuhan petani
 Komunikasi yang terjadi hanya satu arah ; dari laboratorium ke lahan usaha tani
(Lab to Land), sehingga deskripsikan sebagai model penyuluhan konvensional.
MODEL FEEDBACK 
 Perbaikan dari model top down, karena mempertimbangkan mekanisme umpan
balik di antara Peneliti – Penyuluh – Petani.
 Model ini dikenal sebagai Training and Visit System dan Farming System
Research

Karakteristik yang sama antara Model top-down dan Model feedback :


 Keputusan-keputusan mengenai penelitian yang relevan dan sumber
teknologi hanya berasal dari ilmuwan
 Petani dipertahankan sebagi penerima pasif dari teknologi yang dihasilkan
 Interaksi petani denga ilmuwan dipertahankan tidak begitu akrab, khususnya
apabila penyuluh menyampaikan pesan dai lembaga/stasiun penelitian.
MODEL FARMER BACK TO FARMER

 Model ini mengasumsikan bahwa penelitian harus dimulai


dan diakhiri di tingkat petani.
 Pada kenyataannya model ini merupakan model top-down
yang diawali dengan penelitian di tingkat petani, bukan
diawali dari laboratorium atau stasiun penelitian.

Anda mungkin juga menyukai