Adopsi Dan Difusi Inovasi
Adopsi Dan Difusi Inovasi
DIFUSI INOVASI
.
INOVASI
SEGALA SESUATU MENYANGKUT IDE, CARA-
CARA, OBYEK YANG DIANGGAP BARU BAGI
SESEORANG
5 karakteristik inovasi yang mempengaruhi tingkat kecepatan
adopsi inovasi oleh petani sasaran :
Keuntungan relatif
Kompatibilitas
Kompleksitas
Trialibilitas
Observabilitas
Keuntungan relatif ; secara ekonomi menguntungkan, biaya
awal rendah, resiko kecil, hemat tenaga dan waktu, dapat
meningkatkan prestise, mudah dilakukan, dan kepuasan
psikologis.
Keputusan Kontingen
• Keputusan yang dibuat oleh individu-individu yang ada
dalam suatu sistem sosial melalui perwakilan dalam
kelompok tersebut.
PENGGOLONGAN ADOPTER
Berdasarkan kecepatan adopsi terhadap suatu inovasi, adopter
digolongkan menjadi 5:
Late majority (golongan pengetrap akhir)
Karakteristik :
Tingkat pendidikan rendah
Status sosial ekonomi rendah
Pola hubungan lokalit dan cenderung ikut-ikutan
Berusia lanjut
Laggard (golongan penolak)
Karakteristik :
Tingkat pendidikan rendah/buta huruf
Status sosial ekonomi sangat rendah
Pola hubungan sangat lokalit dan menolak perubahan
Berusia lanjut
Penyuluh dapat mengabaikan golongan
KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PADA
BERBAGAI KATEGORI ADOPTER
No Variabel Inovator Early Adopter Early Late Laggard
Majority Majority
1 Umur Paruh baya Muda Paruh baya - Muda -tua Tua
tua
2 Pendidikan Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat
rendah
3 Ekonomi Baik Baik Sedang -baik Kurang Sangat
kurang
4 Status sosial Tinggi Sedang Sedang -baik Rendah Paling
rendah
5 Pola Kosmopolit Kosmopolit Cenderung Lokalit Sangat
hubungan lokalit lokalit
DIFUSI INOVASI
Salah satu tujuan program penyuluhan pertanian adalah mengubah perilaku
masyarakat melalui perubahan sosial yang direncanakan (planned social
change) dengan 3tahapan:
Faktor Penghambat
Nilai-nilai dan kelayakan tradisional
Kelangkaan sumberdaya
Tingkat pendidikan rendah
Penguasaan teknologi yang rendah
MODEL DIFUSI INOVASI
MODEL TOP-DOWN
Pengikut model pendekatan ini terdiri dari ilmuwan dan pembuat kebijakan yang
mempercayai bahwa dalam proses pembangunan pertanian tidak perlu melibatkan
tradisi dan kearifan petani, tetapi ilmu pengetahuan dan teknologilah yang berperan.
Petani dipertahankan sebagai penerima pasif ilmu pengetahuan dan tidak
mempunyai kontribusi terhadap perkembangan teknologi.
Keputusan mengenai penentuan masalah-masalah yang relevan dan hipotesis yang
akan diuji ditentukan sepenuhnya oleh ilmuwan dan pembuat kebijakan, karena
mereka yakin sangat mengetahui kebutuhan petani
Komunikasi yang terjadi hanya satu arah ; dari laboratorium ke lahan usaha tani
(Lab to Land), sehingga deskripsikan sebagai model penyuluhan konvensional.
MODEL FEEDBACK
Perbaikan dari model top down, karena mempertimbangkan mekanisme umpan
balik di antara Peneliti – Penyuluh – Petani.
Model ini dikenal sebagai Training and Visit System dan Farming System
Research