Anda di halaman 1dari 44

KOMUNIKASI

Partisipasi

Reo Sambodo, S.P.,M.M.A.

1
Partisipasi masyarakat mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kehidupan masyarakat
dalam upaya meningkatkan proses belajar
masyarakat; mengarahkan masyarakat menuju
masyarakat yang bertanggung jawab;
mengeliminasi perasaan terasing sebagian
masyarakat serta menimbulkan dukungan dan
penerimaan dari pemerintah.
(Carter)

2
Kata Partisipasi : bahasa Inggris participate

yang artinya mengikutsertakan,


ikut mengambil bagian

3
(United Nation, 1975): keikutsertaan masyarakat dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan
evaluasi program pembangunan.

Soegarda Poerbakawatja (1981) : Suatu gejala


demokrasi dimana orang diikutsertakan di dalam
perencanaan sertapelaksanaan dari segala sesuatu
yang berpusat pada kepentingan dan juga ikut
memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat
kematangan dan tingkat kewajibannya
4
Fasli Djalal dan Dedi Supriadi (2001): terlibat dalam
bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang,
keterampilan, bahan dan jasa.

H.A.R. Tilaar (2009): wujud dari keinginan untuk


mengembangkan demokrasi melalui proses
desentralisasi dimana diupayakan antara lain
perlunya perencanaan dari bawah (buttom-up)
dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses
perencanaan dan pembangunan masyarakatnya.
5
Kesimpulan
partisipasi adalah suatu wujud dari peran serta
masyarakat dalam aktivitas berupa perencanaan dan
pelaksanaan untuk mencapai tujuan pembangunan
masyarakat. Wujud dari partisipasi dapat berupa
saran, jasa, ataupun dalam bentuk materi baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam
suasana demokratis.

6
Prinsip-prinsip partisipasi
Department for International Development (DFID)
1.Cakupan : Semua orang atau wakil-wakil dari semua
kelompok yang terkena dampak dari hasil-hasil suatu
keputusan atau proses pembangunan.

2.Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership): Pada


dasarnya setiap orang mempunyai ketrampilan serta
mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut
terlibat dalam setiap proses pembangunan.

3.Transparansi :Semua pihak harus dapat menumbuh


kembangkan komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka
dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.

7
4. Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal
Powership) : Berbagai pihak yang terlibat harus dapat
menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan
untuk menghindari terjadinya dominasi.
5. Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility) :
Berbagai pihak mempunyai tanggung jawab yang jelas
dalam setiap proses.
6. Pemberdayaan (Empowerment ): melalui keterlibatan aktif
dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling
belajar dan saling memberdayakan satu sama lain.
7. Kerjasama : Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak
yang terlibat untuk saling berbagi kelebihan guna
mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya
yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia.
8
Chambers:
 
1. Cosmetic Label
Sering digunakan agar proyek yang diusulkan terlihat lebih cantik
sehinga lembaga donor maupun pihak pemerintah akan mau membiayai
proyek tersebut.

2. Coopting Practice
Digunakan untuk memobilisasi tenaga-tenaga di tingkat lokal dan mengurangi
pembiayaan proyek.

3. Empowering Process
  Dimaknai sebagai suatu proses yang memampukan masyarakat lokal
untuk melakukan analisis masalah mereka, memikirkan bagaimana cara
mengatasinya, mendapatkan rasa percaya diri untuk mengatasi masalah,
mengambil keputusan sendiri tentang alternatif pemecahan masalah apa
yang ingin mereka pilih.
9
Effendi

1.Partisipasi vertikal : suatu bentuk kondisi tertentu dalam


masyarakat yang terlibat di dalamnya atau mengambil
bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan
mana masyarakat berada sebagai posisi bawahan.

2.Partisipasi horizontal : dimana masyarakatnya tidak


mustahil untuk mempunyai prakarsa dimana setiap
anggota / kelompok masyarakat berpartisipasi secara
horizontal antara satu dengan yang lainnya, baik dalam
melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka
melakukan kegiatan dengan pihak lain.

10
Tipe Partisipasi

Tipologi Karakteristik
(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara diberitahu
apa yang sedang atau telah terjadi;

(b) Pengumuman sepihak oleh manajemen atau


Partisipasi pasif/
pelaksana proyek tanpa memperhatikan tanggapan
manipulatif
masyarakat;
(c) Informasi yang dipertukarkan terbatas pada
kalangan profesional di luar  kelompok sasaran.

11
Tipologi Karakteristik
(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab
pertanyaan seperti dalam kuesioner atau sejenisnya;
Partisipasi dengan cara
(b) Masyarakat tidak punya kesempatan untuk terlibat dan
memberikan informasi
memengaruhi proses penyelesaian;
(c) Akurasi hasil penelitian tidak dibahas bersama masy.
(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi;
(b) Orang luar mendengarkan & membangun
pandangannya sendiri , mendefinisikan permasalahan
dan pemecahan-nya, dgn memodifikasi tanggapan-
Partisipasi melalui masyarakat;
konsultasi
(c) Tidak ada peluang bagi pembuat keputusan bersama;
(d) Para profesional tidak berkewajiban mengajukan
pandangan-pandangan masyarakat untuk 12
ditindaklanjuti.
Tipologi Karakteristik
(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menyediakan
sumber daya seperti  tenaga kerja, demi
mendapatkan makanan, upah, ganti rugi, dan
sebagainya;
Partisipasi untuk
(b)  Masyarakat tidak dilibatkan dalam eksperimen atau
insentif materil
proses pembelajarannya;
(c) Masyarakat tidak mempunyai andil untuk
melanjutkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada
saat [[insentif yang disediakan/diterima habis.

13
Tipologi Karakteristik
(a) Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk
kelompok untuk mencapai  tujuan yang
berhubungan dengan proyek;
(b) Pembentukan kelompok (biasanya) setelah ada
Partisipasi fungsional
keputusan-keputusan utama yang disepakati;
(c) Pada awalnya, kelompok masyarakat ini bergantung
pada pihak luar (fasilitator, dll) tetapi pada saatnya
mampu mandiri.

14
Tipologi Karakteristik
(a) Masyarakat berpartisipasi dalam analisis bersama
yang mengarah pada perencanaan kegiatan dan
pembentukan lembaga sosial baru atau penguatan
kelembagaan yang telah ada;
(b) Partisipasi ini cenderung melibatkan metode inter-
Partisipasi interaktif disiplin yang mencari keragaman  perspektif dalam
proses belajar yang terstruktur dan sistematik;
(c) Kelompok-kelompok masyarakat mempunyai peran
kontrol atas keputusan-keputusan mereka, sehingga
mereka mempunyai andil dalam seluruh
penyelenggaraan kegiatan.

15
Tipologi Karakteristik
(a) Masyarakat berpartisipasi dengan
mengambil inisiatifd  secara bebas (tidak
dipengaruhi/ditekan pihak luar) untuk mengubah
sistem-sistem atau nilai-nilai yang mereka miliki;
Self mobilization (b) Masyarakat mengembangkan kontak dengan
lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuan-
bantuan teknis dan sumberdaya yang dibutuhkan;
(c) Masyarakat memegang kendali atas
pemanfaatan sumberdaya yang ada.

16
17
 
1. Bahwa partisipasi/keikutsertaan/keterlibatan/peranserta,
sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan
perasaan, lebih daripada semata- mata atau hanya
keterlibatan secara jasmaniah.

2. kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada


usaha mencapai tujuan kelompok, ini berarti bahwa
terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu
kelompok.

3. unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan segi


yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Diakui sebagai
anggota artinya ada rasa “sense of belongingness”.
18
Top Down
Perencanaan dengan model Top Down
ini dilaksanakan oleh sekelompok elit
politik, melibatkan lebih banyak
teknokrat, mengandalkan otoritas &
diskreasi.

Argumentasi top-down adalah:


a.Efisiensi
b.Penegakan aturan (enforcement)
c. Konsistensi input-target-output
d.masyarakat masih sulit dilibatkan
19
Bottom Up.
Perencanaan dengan model ini dilaksanakan
secara kolektif, melibatkan unsur-unsur
governance, mengandalkan persuasi, co-
production.
Argumentasi bottom-up adalah:
1.Efektivitas
2.Kinerja (performance, outcome), bukan sekadar
hasil seketika
3.Social virtue (kearifan sosial)
4.Masyarakat diasumsikan sudah paham hak-
hak dan apa yang mereka butuhkan.
20
TAHAPAN MUSRENBANGDES

1. IDENTIFIKASI MASALAH, POTENSI, KEBUTUHAN


PROGRAM & ANGGARAN

2. PERENCANAAN PROGRAM

3. PENGANGGARAN (APBDes)

• 4. IMPLEMENTASI (Pelaks anaan Keg iatan


• & Pemanfaatan Anggaran)

5. MONEV (Program & Anggaran)

21
1. Barang (material participation)
2. Uang (money participation)
3. Pikiran (psychological participation)
4. Pikiran dan tenaga (psychological dan
physical participation)
5. Keahlian (participation with skill)

22
Etzioni (1961)
 
1.Partisipasi alienatif, seperti halnya hubungan antara
orang asing yang bermusuhan, dimana satu pihak ingin
memaksakan dan memanipulasikan kepentingannya dari
pihak yang lain.

2.Partisipasi kalkulatif, yaitu orientasi pada hubungan


keuntungan, seperti halnya dalam kontrak-kontrak bisnis
dan memperhitungkan nilai-nilai ekonomis.

3.Partisipasi normatif (moral), yaitu orientasi pada


komitmen-komitmen berdasarkan internalisasi norma-norma
dan identifikasi kewibawaan, atau karena tekanan-tekanan
kelompok sosial.
23
Dusseldorf
 

1.Partisipasi bebas, yaitu peran serta yang dilandasi


rasa sukarela yang bersangkutan untuk mengambil
bagian dalam suatu kegiatan.
a.Partisipasi spontan, tumbuh secara spontan dari
keyakinan atau pemahaman sendiri, tanpa ada
pengaruh yang diterima dari pihak lain.
b.Partisipasi terinduksi, tumbuh karena terpengaruh
oleh bujukan atau ajakan dari pihak lain.

24
 2. Partisipasi paksaan,  peran serta yang tertekan
a. Partisipasi oleh hukum atau peraturan: keikutsertaan
dalam suatu kegiatan yang diatur oleh hukum atau
peraturan yang berlaku.
b. Partisipasi paksaan karena keadaan sosial ekonomi,
peran serta ini dapat disamakan dengan partisipasi bebas
karena yang berperan sama sekali tidak memperoleh
tekanan atau paksaan secara langsung dari siapapun juga
untuk berperan serta.
c. Partisipasi karena kebiasaan. Suatu bentuk peran serta
yang dilakukan karena kebiasaan setempat, seperti
kebiasaan-kebiasaan karena jenis kelamin, ras, agama
atau kepercayaan.   

25
Roh dari partisipasi adalah kesukarelawan
Kesukarelawanan merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan melalui lembaga atau proyek swadaya
masyarakat dan dilakukan:

1.untuk memanfaatkan masyarakat dan sukarelawan;


2. secara sukarela oleh sukarelawan tanpa paksa;
3. tanpa pembayaran keuangan; dan
4.dalam jabatan sukarela yang ditetapkan saja.

26
1. Kesukarelawanan memanfaatkan masyarakat dan
sukarelawan;

2. Pekerjaan sukarela tidak digaji;

3. Kesukarelawanan selalu merupakan pilihan;

27
4. Kesukarelawanan tidak dilakukan secara wajib untuk
menerima pensiun atau tunjangan dari pemerintah;
5. Kesukarelawanan merupakan cara yang sah di mana
para warga dapat berpartisipasi dalam kegiatan
masyarakatnya;
6. Kesukarelawanan merupakan saluran bagi individu
atau kelompok untuk menangani kebutuhan manusia,
lingkungan dan sosial;

28
7. Kesukarelawanan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
dalam sektor nirlaba saja;

8. Kesukarelawanan bukan pengganti untuk pekerjaan bergaji;

9. Sukarelawan tidak mengganti karyawan bergaji atau menjadi


ancaman terhadap kepastian kerja karyawan bergaji;

29
10.Kesukarelawanan memperhatikan
hak, martabat dan budaya orang lain;

11.Kesukarelawanan menganjurkan hak


asasi penyetaraan manusia

30
Dusseldorp (1981) :
1). Partisipasi tertekan oleh peraturan
2). Partisipasi tertekan oleh alasan
sosial-ekonomi,
3). Partisipasi tertekan oleh kebiasaan,
4). Partisipasi terinduksi,
5) Partisipasi spontan
31
1). Partisipasi spontan, yaitu peranserta
yang tumbuh karena motivasi
intrinsik berupa pemahaman,
penghayatan, dan keyakinannya
sendiri.

32
2). Partisipasi terinduksi, yaitu
peranserta yang tumbuh karena
terinduksi oleh adanya
motivasiekstrinsik (berupa bujukan,
pengaruh, dorongan) dari luar;
meskipun yang bersangkutan
tetapmemiliki kebebasan penuh untuk
berpartisipasi.
33
3). Partisipasi tertekan oleh kebiasaan,
yaitu peranserta yang tumbuh karena
adanya tekanan yang dirasakan
sebagaimana layaknya warga
masyarakat pada umumnya, atau
peranserta yangdilakukan untuk
mematuhi kebiasaan, nilai-nilai, atau
norma yang dianut oleh masyarakat
setempat. Jika tidak berperanserta,
khawatir akan tersisih atau dikucilkan
masyarakatnya.
34
4). Partisipasi tertekan oleh alasan
sosial-ekonomi, yaitu peranserta
yang dilakukan karena takutakan
kehilangan status sosial atau
menderita kerugian/tidak
memperoleh bagian manfaat
darikegiatan yang dilaksanakan.
35
5). Partisipasi tertekan oleh peraturan,
yaitu peranserta yang dilakukan
karena takut menerimahukuman dari
peraturan/ketentuan-ketentuan yang
sudah diberlakukan

36
Internal Potensial External
1. Usia 1. Sikap sosial 1. Komunikasi yang
2. Jenis kelamin 2. Dominasi intensif
3. Pendidikan
4. Pekerjaan dan 3. Struktur pranata sosial 2. Iklim sosekpolbud
penghasilan 4. Tindakan berlebih
3. Kesempatan untuk
5. Lama tinggal pemerintah. berpartisipasi.
5. Sikap ketergantungan
4. Kebebasan untuk
(Angell) 6. Jurang sosial. berprakarsa dan
7. Salah konsep tentang berkreasi.
partisipasi
(Holil)

37
Faktor-Faktor Internal
1. Usia
Kelompok usia menengah ke atas cenderung lebih
banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari
kelompok usia lainnya.

2. Jenis kelamin
Norma bahwa tempat perempuan  adalah “di dapur”
yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan
perempuan yang terutama adalah mengurus rumah
tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan
tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan
emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin
baik.
38
3. Pendidikan
Mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap
lingkungannya, sikap yang diperlukan bagi peningkatan
kesejahteraan seluruh masyarakat.

4. Pekerjaan dan penghasilan


Tercukupinya kebutuhan sehari-hari dapat mendorong
seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat.

5. Lamanya tinggal
Semakin lama seseorang tinggal di  lingkungan tertentu,
maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih
terlihat yang besar dalam setiap kegiatan lingkungannya.

39
Faktor-Faktor Potensial

1.Sikap sosial yang telah terbentuk dan


membudaya, seperti paternalistic (panutan),
feodalisme dansebagainya.

2. Dominasi suami terhadap istri, laki-laki


terhadap perempuan,orang tua terhadap
anak. Doktrin

3. Struktur pranata sosial yang berlapis-lapis.


40
4. Pengarahan, pembinaan,pengawasan yang
berlebih dari pemerintah.

5. Sikap ketergantungan dan kepasrahan


sebelum berusaha.

6. Jurang sosial yang besar.

7. Salah konsep tentang partisipasi di


kalangan masyarakat
41
Faktor-Faktor Eksternal
1. Komunikasi yang intensif antara sesama
warga masyarakat, antara warga dengan
pimpinannya serta antara sistem sosial di
dalam masyarakat dengan sistem di luarnya;

2. Iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya,


baik dalam kehidupan keluarga,
pergaulan, permainan, sekolah maupun
masyarakat dan bangsa yang menguntungkan
bagi serta mendorong tumbuh dan
berkembangnya partisipasi masyarakat;
42
3. Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan
lingkungan serta proses dan struktur sosial,
sistem nilai dan norma-norma yang
memungkinkan dan mendorong terjadinya
partisipasi sosial;

4. Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi.


dalam Lingkungan keluarga, masyarakat,
politik, sosial, budaya yang memungkinkan
dan mendorong timbul dan berkembangnya
prakarsa, gagasan.
43
Sampai Jumpa

44

Anda mungkin juga menyukai