Anda di halaman 1dari 7

Landasan Filosofis dalam Pendidikan

Pemikiran yang berdasarkan filsafat

Filsafat (umum), objek:

Metafisika (hakikat kenyataan segala sesuatu; di dalamnya Ontologi


kenyataan secara keseluruhan, Kosmologi, Humanologi, Teologi).
Episitimologi (hakikat mengetahui kenyataan). Logika (hakikat menyusun
kesimpulan pengetahuan tentang kenyataan) Aksiologi (hakikat menilai
kenyataan, menilai etika dan estetika)

Filsafat Pendidikan: menyelidiki hakikat pelaksanaan pendidikan yang


berkenaan dengan tujuan, latar belakang cara & hasilnya, serta hakikat ilmu
pendidikan yang berkenaan dengan analisis kritis terhadap struktur &
kegunaannya.
1. Apakah sebenarnya pendidikan itu?
2. Apakah tujuan pendidikan itu?
3. Dengan cara apa tujuan tersebut dapat dicapai?

 Membantu perancang & pelaksana dalam

membentuk pemikiran yang benar terhadap


proses pendidikan.
 Dasar kajian pendidikan secara umum &
Peran filsafat
khusus
dalam pendidikan
 Dasar kajian pendidikan secara menyeluruh
 Sandaran intelektual, bimbingan, & jawaban
dari masalah (pendidikan) yang muncul.
 Pendalaman pemikiran pendidikan dalam
hubungannya dengan aspek kehidupan
lainnya.
Aliran Filsafat Pendidikan
(sebagai landasan pelaksanaan
pendidikan)

Idealisme (Plato/427-347 SM)

Idealisme dalam filsafat mengatakan bahwa realitas terderi dari idealisme ide-
ide, fikiran, jiwa, dan bukan benda material atau tenaga. Jiwa adalah riil dan
materi adalah produk sampingan. Manusia berdiri sendiri. Kesatuan organik
dari alam ditekankan. Manusia harus hidup dalam keharmonisan dengan alam.
Alam mempunyai arti dan maksud.
Aliran ini menekankan bahwa pendidikan merupakan kegiatan intelektual untuk
membangkitkan ide-ide yang masih laten, antara lain melalui intropeksi dan
tanya jawab.
Oleh karena itu sekolah berfungsi membantu siswa mencari dan
menemukan kebenaran, keidahan, dan kehidupan yang luhur.
Pragmatisme

Aliran yang mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dinilai dari segi
kegunaan praktis. Ukuran kebenaran didasarkan pada manfaat dari sesua
tu bagi manusia.

Pendidikan adalah proses eksperimental, metode mengajar yang


penting adalah metode pemecahan masalah.

Klasifikasi Aliran Filsafat Pendidikan

Brameld dalam “Philosophies of Education in Cultural Perspective” 1955

•Esenstialism
•Progressivism
•Perennialism
•Reconstructionism
Progressivisme, menganggap pendidikan sebagai cultural transition.
Pendidikan dianggap mampu merubah (membina kebudayaan baru)
yang dapat menyelamatkan manusia bagi hari depan yang lebih
kompleks dan menantang.
Mempercayai manusia sebagai subjek yang memiliki kemampuan
mengahdapi dunia & lingkungan hidupnya yang multikompleks dengan skill
& kekuatan sendiri.
Dengan kemampuannya itu, manusia dapat memceahkan semua
problemanya secara inteligen, dengan inteligensi aktif.
Anak berada di lingkungan yang selau berubah, ia menjadi bagian integral,
namun tetap memiliki identitas diri yang berbeda dengan makhluk alamiah
manapun.
Anak memiliki potensi & kemampuan inteligensi yang dapat memecahkan
problema dalam hidupnya.
Proses pendidikan terutama dipusatkan untuk latihan & penyempurnaan
inteligensi.
Aliran Essensialisme:
Education as cultural conservation, pendidikan sebagai pemelihara
kebudayaan.
Aliran ini ingin kembali kepada kebudayaan lama, warisan sejarah
yang terbukti kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia.
Sebagai reaksi atas kenyataan bahwa kebudayaan modern gagal
mencapai prospek ideal.
Essensialisme merupakan paduan ide-ide filsafat idealisme dan
realisme.

Alrian Perennialisme
Perennial berarti everlasting, abadi.
Walaupun perennialisme tidak dekat pada essensialisme dan me-
nentang progressivisme, mamun tidak puas pada essensialism.
Aliran Rekontruksionisme

Ingin merombak tata susunan lama, membangun tata susunan hidup kebudayaan
yang sama sekali baru, melalui lembaga dan proses pendidikan.

Dalam pendidikan, individu tidak hanya belajar tentang pengalaman


kemasyarakatan masa kini, tapi harus mempelopori masyarakat ke arah
masyarakat baru yang
diinginkan.

Filsafat Kotruktivisme dalam bidang pendidikan; pengetahuan yang dimiliki


seseorang merupakan kontruksi dari orang itu sendiri yang mengetahui
sesuatu.
(lihat Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan, P. Suparno, Kanisius 2001.

Anda mungkin juga menyukai