Anda di halaman 1dari 17

Aspek legalitas pengelolaan

informasi kesehatan
• Aspek aspek legal informasi kesehatan Konsep informasi disertai
contoh dalam bidang kesehatan
UU no 29/ 2004
• Pasal 44 ayat (1) menyatakan bahwa “dokter dan dokter gigi dalam
menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar
pelayanan kedokteran dan kedokteran gigi.

• Pasal 45 ayat (5) menyatakan bahwa “setiap tindakan kedokteran dan


kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus diberikan
dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak
memberikan persetujuan”
• Pasal 46 ayat (1) menyatakan bahwa “setiap dokter atau dokter gigi
dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis”.

• Penjelasan pasal 46 ayat (3) menyatakan bahwa : “yang dimaksud


dengan petugas adalah dokter atau dokter gigi atau tenaga kesehatan
lain yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien. Apabila
dalam pencatatan rekam medis menggunakan teknologi informasi
elektronik, kewajiban membubuhi tandatangan dapat diganti dengan
menggunakan nomor identitas pribadi (personal identification
number)
• Pasal 47 ayat (2) menyatakan bahwa “rekam medis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya
oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan
kesehatan”.

• Pasal 79 menyatakan bahwa “Dipidana dengan pidana kurungan


paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp
50.000.000.00 (lima puluh juta rupiah) setiap dokter dan dokter gigi
yang (b) dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana
dimaksud dalam pasal 46 ayat (1)”
Permenkes 749a tahun 1989 tentang Rekam
medis dalam pasal 15 dan 16
• identitas pasien,
• anamnesis, riwayat penyakit, hasil pemeriksaan, diagnosis,
persetujuan tindakan medik, catatan perawatan, catatan observasi
klinis dan hasil pengobatan dan resume akhir dan evaluasi
pengobatan.
Komputerisasi Rekam Medis / Informasi
Kesehatan
1. Informasi medis hanya dimasukkan ke dalam komputer oleh
personil yang berwenang
2. Data pasien harus dijaga dengan ketat. Setiap personil tertentu
hanya bisa mengakses data tertentu yang sesuai, dengan
menggunakan security level tertentu
3. Tidak ada informasi yang dapat dibuka tanpa ijin pasien. Distribusi
informasi medis harus dibatasi hanya kepada orang-orang yang
berwenang saja. Orang-orang tersebut juga tidak diperkenankan
memindahtangankan informasi tersebut kepada orang lain
4. Data yang telah tua dapat dihapus setelah memberitahukan kepada
dokter dan pasiennya (atau ahli warisnya)
5. Terminal yang on-line hanya dapat digunakan oleh orang yang
berwenang.
Bagaimana dengan UU ITE
• UU no 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik.
• Pasal 26 ayat (1) UU ITE “hak untuk memiliki dan menyimpan
informasi atau data pribadi tanpa ada intersepsi dari orang lain – data
rekam medis.
• Harus dilakukan atas persetujuan orang bersangkutan
Sistem elektronik kesehatan
Serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi untuk:
• Mempersiapkan
• Mengumpulkan
• Mengolah
• Menyimpan
• Menampilkan kesehatan
Data dan
• Mengirimkan
• Mengumumkan
informasi
• Menganalisis
• menyebarkan
Pasal 8 ttg informasi kesehatan
infokes terdiri atas informasi:
• upaya kesehatan
• Penelitian dan pengembangan kesehatan
• Pembiayaan kesehatan
• Sumber daya manusia kesehatan
• Sediaan farmasi, alat, dan makanan
• Manajemen dan regulasi kesehatan
• Pemberdayaan kesehatan
Pasal 58 ayat 1 (khusus sistem)
• Perencanaan sistem  menyediakan dokumen kebijakan dan
perencanaan SIK sebagai landasan, arah, dan tujuan pengembangan
SIK nas agar terwujud SIK ideal
• Analisis sistem  mempelajari sistem yang ada dan proses kerja
untuk identifikasi dan mengevaluasi kekuatan, kelemahan, tantangan,
dan peluang untuk perbaikan serta melakukan analisis kebutuhan dan
analisis kelayakan sistem yang akan dikembangkan.
PP no 46 tahun 2014  SIK
• Data rutin
• Data non rutin
• Isi data kesehatan
• Muatan data kesehatan
• Pengelolaan SIK Nas

• ** PERHATIKAN ISI PP INI TERKAIT ASPEK LEGAL DAN DASAR


PENGELOLAAN INFORMASI KESEHATAN
SEPERTI APA DATA REKAM MEDIS
DIKELOLA
1. PENDOKUMENTASIAN
2. PENGKODEAN
3. PENGUNGKAPAN INFOKES
4. PENGGUNAAN INFOKES UNTUK KEPENTINGAN PERADILAN
5. PEDOMAN PRAKTIS
Daftar pustaka
• 1. Rowland HS and Rowland BL. Hospital Administration Handbook. Rockville :
AN Aspen Publication, 1984
• 2. Huffman EK. Medical Record Management. Illinois : PhysiciansÂ’ record
Company, 1981
• 3. Waters KA and Murphy GF. Medical Records in Health Information.
Germantown : Aspen Systems Corporation, 1979
• 4. Kogan M and Redfern S. Making Use of Clinical Audit. Buckingham: Open
University Press. 1995
• 5. Sanbar SS, Gibofsky A, Firstone MH, LeBlang TR. Legal Medicine. 4th ed. St
Louis:American College of Legal Medicine, 1998.
• 6. Permenkes RI No 749a/MENKES/PER/XII/1989 tentang Rekam Medis.
• 7. UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai