Anda di halaman 1dari 24

Penilaian Kondisi Klien dengan

Kegawatdaruratan Maternal
Mata Kuliah : Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dan Basic Life Support
Dosen Pengampu :
Rini Sulistiawati, S. SiT., M. Keb

Disusun oleh kelompok 2:

1. Bella Ulfiana (191081008)


2. Meliana (191081025)
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga
atau terjadi secara tiba-tiba, seringkali merupakan
kejadian yang berbahaya. Kegawatdaruratan dapat juga
didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala
berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak
terduga dan membutuhkan tindakan segera guna
menyelamatkan jiwa/nyawa.
A.Syok
Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi
darah ke dalam jaringan sehingga tidak dapat memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolisme. Dengan demikian syok
merupakan suatu keadaan serius yang terjadi jika sistem
kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak
mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah
yang memadai. Syok Dalam Obstetri Adalah syok yang
dijumpai dalam kebidanan yang disebabkan baik oleh
perdarahan, trauma, atau sebab sebab lainnya.
Syok hemoragik

Syok hemoragik adalah suatu syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak. Akibat perdarahan pada kehamilan muda, misalnya abortus, kehamilan ektopik dan penyakit trofoblas (mola hidatidosa); perdarahan antepartum seperti plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri, dan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan laserasi jalan lahir.
SYOK NEUROGENIK
Syok Neurogenik Yaitu syok yang akan terjadi karena rasa
sakit yang berat disebabkan oleh kehamilan ektopik yang
terganggu, solusio plasenta, persalinan dengan forceps atau
persalinan letak sungsang di mana pembukaan serviks belum
lengkap, versi dalam yang kasar, firasat/tindakan crede, ruptura
uteri, inversio uteri yang akut, pengosongan uterus yang terlalu
cepat (pecah ketuban pada polihidramnion), dan penurunan
tekanan tiba-tiba daerah splanknik seperti pengangkatan tibatiba
tumor ovarium yang sangat besar.
SYOK KARDIOGENIK
Syok Kardiogenik Yaitu syok yang terjadi karena
kontraksi otot jantung yang tidak efektif yang
disebabkan oleh infark otot jantung dan kegagalan
jantung. Sering dijumpai pada penyakit-penyakit
katup jantung.
SYOK ENDOTOKSIK/SEPTIC
Syok Endotoksik/septic Merupakan suatu
gangguan menyeluruh pembuluh darah disebabkan
oleh lepasnya toksin. Penyebab utama adalah
infeksi bakteri gram nagatif. Sering dijumpai pada
abortus septic, korioamnionitis, dan infeksi
pascapersalinan.
SYOK ANAFILATIK
Syok Anafilatik Yaitu syok yang sering terjadi akibat
alergi/hipersensitif terhadap obat-obatan. Penyebab syok
yang lain seperti emboli air ketuban, udara atau thrombus,
komplikasi anastesi dan kombinasi seperti pada abortus
inkompletus (hemoragik dan ensotoksin) dan kehamilan
ektopik terganggu dan rupture uteri (hemoragik dan
neurogenic).
Distress Pernafasan

Respirasi Distress Syndrome (RDS) atau Sindrom


Distres Pernapasan adalah sindrom gawat napas yang
disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang
baru lahir dengan masa gestasi kurang. Sindrom distres
pernapasan adalah perkembangan yang imatur pada
sistem pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah
surfaktan dalam paru.
1. Etiologi
Faktor predisposisi terjadinya sindrom gawat napas
pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih
kecil sehingga sulit berkembang. Pengembangan
kurang sempurna karena dinding thorax masih lemah,
produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan
surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus
sehingga paru-paru menjadi kaku. Tanda dan gejala
yang muncul dari RDS adalah: pernapasan cepat,
pernapasan terlihat parodaks, cuping hidung, apnea,
murmur dan sianosis pusat.
6. Penatalaksanaan
a. Ventilasi Mekanis
Ventilasi mekanis merupakan prosedur bantuan hidup yang invasif
dengan berbagai efek pada sistem kardiopulmonal. Ventilasi mekanis
adalah membaiknya kondisi klinis pasien dan optimalisasi pertukaran
gas dan pada FiO2 (fractional concentration of inspired oxygen) yang
minimal, serta tekanan ventilator atau volume tidal yang minimal.
b. Terapi surfaktan
Saat ini preparat surfaktan yang tersedia antara lain adalah surfaktan sintetis
dan surfaktan natural yang berasal dari ekstrak paru-paru sapi atau dari bilas
paru-paru domba atau babi. Surfaktan dapat diberikan pada 6 sampai 24 jam
setelah bayi lahir apabila bayi mengalami respiratory distress syndrome yang
berat. Selanjutnya surfaktan dapat diberikan 2 jam (umumnya 4-6 jam)
setelah dosis awal apabila sesak menetap dan bayi memerlukan tambahan
oksigen 30% atau lebih. Surfaktan dapat diberikan langsung melalui selang
ETT atau dengan menggunakan nebulizer
c. Continuos Positive Airway Pressure (CPAP)
Continuos Positive Airway Pressure (CPAP) adalah
merupakan suatu alat untuk mempertahankan
tekanan positif pada saluran napas neonatus selama
pernafasan spontan. CPAP merupakan suatu alat
yang sederhana dan efektif untuk tatalaksana
respiratory distress pada eonatus. Penggunaan CPAP
yang benar terbukti dapat menurunkan kesulitan
bernafas, mengurangi ketergantungan terhadap
oksigen, membantu memperbaiki dan
mempertahankan kapasitas residual paru, mencegah
obstruksi saluran nafas bagian atas, dan mecegah
kollaps paru, mengurangi apneu, bradikardia, dan
episode sianotik
d. Extracorporeal Membrane Oxygenation
Extracorporeal membrane oxygenation (ECMO) merupakan
alat yang menghubungkan langsung darah vena pada alat
paru-paru buatan (membrane oxygenator), dimana oksigen
ditambahkan dan CO2 dikeluarkan, kemudian darah
dipompa balik pada atrium kanan pasien (Venovenosis
ECMO) atau aorta (venoarterial). Prosedur ini membuat
paru-paru dapat beristirahat dan menghindari tekanan tinggi
ventilator.
Secara umum penatalaksanaan pada pasien dengan respiratory distress
syndrome adalah:
1) Memperthankan stabilitas jantung paru yang dapat dilakukan
dengan mengadakan pantauan mulai dari kedalaman, kesimetrisan
dan irama pernafasan, kecpatan, kualitas dan suara jantung,
mempertahankan kepatenan jalan nafas, memmantau reaksi
terhadap pemberian atau terapi medis, serta pantau PaO2.
Selanjutnya melakukan kolaborasi dalam pemberian surfaktan
eksogen sesuai indikasi.
2) Memantau urine, memantau serum elketrolit, mengkaji status hidrasi
seperti turgor, membran mukosa, dan status fontanel anterior. Apabila
bayi mengalami kepanasan berikan selimut kemudian berikan cairan
melalui intravena sesuai indikasi.
3) Mempertahankan intake kalori secara intravena, total parenteral
nurition dengan memberikan 80-120 Kkal/Kg BB setiap 24 jam,
mempertahankan gula darah dengan memantau gejala komplikasi
adanya hipoglikemia, mempertahankan intake dan output, memantau
gejala komplikasi gastrointestinal, sepertia danya diare, mual, dan
lain-lain.
4) Mengoptimalkan oksigen, oksigenasi yang optimal
dilakukan dengan mempertahankan kepatenan pemberian
oksigen, melakukan penghisapa lendir sesuai kebutuhan,
dan mempertahankan stabilitas suhu.
5) Pemberian antibiotik. Bayi dengan respiratory distress
syndrome perlu mendapat antibiotik untuk mencegah
infeksi sekunder. Dapat diberikan penisilin dengan dosis
50.000-100.000 U/kgBB/hari atau ampisilin 100
mg/kgBB/hari, dengan atau tanpa gentamisin 3-5
mg/kgBB/hari.
7.Factor-faktor yang
mempengaruhi Respirasi
Distress Syndrome (RDS)
a. Kehamilan ganda
b.Asfiksia
c. Usia Kehamilan
d.Paritas
e. Hipertensi pada ibu
A.Kejang/ Kehilangan Kesadaran
Eklampsia merupakan keadaan dimana ditemukan
serangan kejang tibatiba yang dapat disusul dengan
koma pada wanita hamil, persalinan atau masa nifas
yang menunjukan gejala preeklampsia sebelumnya.
Kejang disini bersifat grand mal dan bukan
diakibatkan oleh kelainan neurologis.
1. Diagnosis dan Gambaran Klinik Eklampsia Seluruh kejang eklampsia didahului dengan
preeklampsia. Preeklampsia dibagi menjdai ringan dan berat. Penyakit digolongkan
berat bila ada satu atau lebih tanda dibawah ini :
a. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5 gr atau lebih dalam24 jam; 3+ atau 4+ pada pemetiksaan kualitatif
c. Oliguria, diuresis 400 ml atau kurang dalam 24 jam
d. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium

e. Edema paru atau sianosis.


Pada umumnya serangan kejang didahului dengan
memburuknya preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala
nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan,
mual keras, nyeri di daerah epigastrium, dan
hiperrefleksia. Menurut Sibai terdapat beberapa
perubahan klinis yang memberikan peringatan gejala
sebelum timbulnya kejang, adalah sakit kepala yang
berat dan menetap, perubahan mental sementara,
pandangan kabur, fotofobia, iritabilitas, nyeri epigastrik,
mual, muntah.
Tanpa memandang waktu dari onset kejang, gerakan kejang
biasanya dimulai dari daerah mulut sebagai bentuk kejang di daerah
wajah. Beberapa saat kemuadian seluruh tubuh menjadi kaku
karena kontraksi otot yang menyeluruh, fase ini dapat berlangsung
10 sampai 15 detik. Pada saat yang bersamaan rahang akan terbuka
dan tertutup dengan keras, demikian juga hal ini akan terjadi pada
kelopak mata, otot-otot wajah yang lain dan akhirnya seluruh otot
mengalami kontraksi dan relaksasi secara bergantian dalam waktu
yang cepat. Keadaan ini kadang-kadang begitu hebatnya sehingga
dapat mengakibatkan penderita terlempar dari tempat tidurnya, bila
tidak dijaga.
b. Etiologi dan Patofisiologi Kejang Eklamptik
Patofisiologi kejang eklamptik belum diketahui secara pasti. Kejang
eklamptik dapat disebabkan oleh hipoksia karena vasokonstriksi
lokal otak, dan fokus perdarahan di korteks otak. Kejang juga sebagai
manifestasi tekanan pada pusat motorik di daerah lobus frontalis.
Beberapa mekanisme yang diduga sebagai etiologi kejang adalah
sebagai berikut : 1) Edema serebral
2) Perdarahan serebral
3) Infark serebral Vasospasme serebral
4) Pertukaran ion antara intra dan ekstra seluler
5) Koagulopati intravaskuler serebral

6) Ensefalopati hipertensi

Anda mungkin juga menyukai