I j
Q i y a s
Ijma
•Pengertian
Secara Bahasa berarti berupaya (tekad) terhadap sesuatu, kesepakatan.
Secara istilah berarti kesepakatan semua para mujtahid dari kaum muslimin
pada suatu masa setelah wafat Rasulullah SAW atas hukum syara yang tidak
ditemukan dasar hukumnya dalam Al-Qur’an dan Hadist.
• Dalil yang menerangkan tentang Ijma’
Mereka juga membuat definisi lain : Qiyas ialah menyamakan sesuatu yang tidak
ada nash hukumnya dengan sesuatu yang ada nash hukumnya karena adanya
persamaan ‘illat hukum.
Dasar Hukum
•
Qiyas
1. Al-qur’an
Allah SWT memberi petunjuk bagi penggunaan
qiyas dengan cara menyamakan dua hal
sebagaimana dalam surat Al-Hasyr ayat 2:
Artinya: “Dia-lah yang mengeluarkan orang-
orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-
kampung mereka pada saat pengusiran yang
pertama. kamu tidak menyangka, bahwa
mereka akan keluar dan merekapun yakin,
bahwa benteng-benteng mereka dapat
mempertahankan mereka dari (siksa) Allah;
Maka Allah mendatangkan kepada mereka
(hukuman) dari arah yang tidak mereka
sangka-sangka. dan Allah melemparkan
ketakutan dalam hati mereka; mereka
memusnahkan rumah-rumah mereka dengan
tangan mereka sendiri dan tangan orang-
orang mukmin. Maka ambillah (Kejadian itu)
untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang
yang mempunyai wawasan.”
Pada ayat di atas terdapat perkataan fa’tabiru ya ulil abshar (maka
ambillah tamsil dan ibarat dari kejadian itu hai orang-orang yang
mempunyai pandangan tajam). Maksudnya ialah: Allah SWT
memerintahkan kepada manusia agar membandingkan kejadian yang
terjadi pada diri sendiri kepada kejadian yang terjadi pada orang-
orang kafir itu. Jika orang-orang beriman melakukan perbuatan
seperti perbuatan orang-orang kafir itu, niscaya mereka akan
memperoleh azab yang serupa. Dari penjelmaan ayat di atas dapat
dipahamkan bahwa orang boleh menetapkan suatu hukum syara’
dengan cara melakukan perbandingan, persamaan atau qiyas.
2. Hadist
Dapat ditemukan di hadist Muadz Ibn Jabal, yakni ketetapan hukum yang
dilakukan oleh muadz ketika ditanya oleh Rasulullah, diantaranya ijtihad
yang mencakup di dalamnya qiyas, Karena qiyas merupakan salah satu
macam ijtihad.
3. Ijma’
Para sahabat Nabi Saw seringkali mengungkapkan kata qiyas. Qiyas ini
diamalkan tanpa seorang sahabat pun yang mengingkarinya disamping itu,
perbuatan mereka secara ijma’ menunjukkan bahwa qiyas merupakan
hujjah dan wajib diamalkan.
4. Dalil Akliah
•Allah mensyariatkan hukum tak lain adalah untuk keselamatan.
•Nash baik Al-qur’an maupun hadist jumlahnya terbatas dan final.
Qiyas merupakan aktivitas akal, maka ada ulama yang berbeda pendapat
dengan jumhur ulama tentang digunakannya/tidak digunakannya qiyas.
Kedudukan qiyas manurut ulama yaitu :
•Kelompok Jumhur : Mempergunakan qiyas sebagai dasar hukum pada hal-hal yang
tidak jelas nashnya baik dalam Al-Qur’an/Al-hadist pendapat shahabat/ijma’ ulama
tapi hal tersebut dilakukan dengan tidak berlebihan dan melampaui batas.
•Madzab Dhohiriyah dan Syiah Imamiyah : Samasekali tidak memakai qiyas, hanya
terpaku pada teks.
•Akhor/kelompok yang lebih memperluas pemakaian qiyas. Terkadang dalam
kondisi/masalah tertentu kelompok ini menerapkan qiyas sebagai pentaskhih dan
keumuman Al-Qur’an dan Al Hadist.
•RukunQiyas
1. Ashl (Pokok), yaitu suatu peristiwa yang sudah ada Nashnya yang dijadikan
tempat mengqiyaskan, sedangkan menurut hukum teolog adalah suatu Nash syara’
yang menunjukkan ketentuan hukum, dengan kata lain suatu Nash yang menjadi
Dasar Hukum. Ashl disebut Maqis ‘Alaih (yang dijadikan tempat mengqiyaskan),
Mahmul ‘Alaih (tempat membandingkan) atau Musyabbah bih (tempat
menyerupakan).
2. Far’u (Cabang), yaitu peristiwa yang tidak ada nashnya. Far’u itulah yang
dikehendaki untuk disamakan hukumnya dengan ashl. Ia disebut juga maqis (yang
dianalogikan) dan musyabbah (yang diserupakan).
3. Hukum Ashl, yaitu hukum syara’ yang ditetapkan oleh suatu Nash.
4. ‘Illat, yaitu suatu sifat yang terdapat pada ashl. Dengan adanya sifat itulah ashl
mempuyai suatu hukum. Dan dengan sifat itu pula terdapat cabang sehingga
hukum cabang itu disamakanlah dengan hukum ashl.
• Macam-macam qiyas
1. Qiyas Aulawy
Yaitu qiyas yang apabila ‘illatnya mewajibkan adanya hukum. Dan
antara hukum asal dan hukum yang disamakan (furu’) dan hukum
cabang memiliki hukum yang lebih utama daripada hukum yang ada
pada al-asal. Misalnya: berkata kepada kedua orang tua dengan
mengatakan “uh”, “eh”, “busyet” atau kata-kata lain yang semakna
dan menyakitakan itu hukumnya haram, sesuai dengan firman allah
SWT QS. Al-Isra’ (17) : 23.
2. Qiyas Musawy
Yaitu qiyas yang apabila ‘illatnya mewajibkan adanya hukum dan
sama antara hukum yang ada pada al-ashl maupun hukum yang ada
pada al-far’u (cabang). Contohnya, keharaman memakan harta anak
yatim berdasarkan firman Allah Surat An-Nisa’ (4):10.
3. Qiyas Adna
Qiyas adna yaitu adanya hukum far’u lebih lemah bila dirujuk dengan hukum
al-ashlu. Sebagai contoh, mengqiyaskan hukum apel kepada gandum dalam
hal riba fadl (riba yang terjadi karena adanya kelebihan dalam tukar menukar
antara dua bahan kebutuhan pokok atau makanan). Dalam masalah kasus ini
‘illat hukumnya adalah baik apel maupun gandum merupakan jenis makanan
yang bisa dimakan dan ditakar.
Sekian dan
Terimakasih