Anda di halaman 1dari 7

ISTIHSAN

Anggota Kelompok :
1. Titis Meylasari (401200297)
2. Tri Nur Cahyani (401200298)
Menurut bahasa, istihsan berarti menganggap
PENGERTIA baik.
N ISTIHSAN Menurut istilah, istihsan adalah meninggalkan
qiyas yang nyata untuk menjalankan qiyas yang
tidak nyata (samar-samar) atau meninggalkan
hukum kulli (umum) untuk menjalankan hukum
istina’i (pengecualian) disebabkan ada dalil
yang menurut logika  membenarkannya.
DASAR HUKUM ISTIHSAN
Para ulama yang memakai istihsan mengambil dalil dari al-Qur’an dan Sunnah yang menyebutkan
kata istihsan dalam pengertian denotatif (lafal yang seakar dengan istihsan) seperti Firman Allah Swt
dalam Al-Qur'an.

Artinya: “Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. mereka
Itulah orang-orang yang Telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai
akal.” (QS. Az-Zumar: 18)

Artinya: “Dan turutlah (pimpinan) yang sebaik-baiknya yang telah diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu”….(QS. Az-Zumar :55)
PEMBAGIAN ISTIHSAN
1. Istihsan bi al-Ijma (istihsan yang didasarkan kepada
ijma).
Contohnya pada pemakaian jasa pemandian umum yaitu harus
jelas berapa lama seseorang harus mandi dan berapa liter air
yang dipakai. Akan tetapi, apabila hal itu dilakukan tentu akan
menyulitkan bagi orang banyak, maka dari itu para ulama
sepakat tidak menentukan berapa banyak air yang terpakai dan
berapa lama waktu yang digunakan.

2. Istihsan bi al-Qiyas al-Khafi (Istihsan berdasarkan qiyas


yang tersembunyi).
Contohnya, dalam wakaf lahan pertanian.
Lanjutan
3. Istihsan bi al-maslahah (istihsan berdasarkan kemaslahatan).
Contohnya kebolehan seorang dokter melihat aurat wanita dalam proses
pengobatan.

4. Istihsan bi al-Urf  ( Istihsan berdasarkan adat kebiasaan yang berlaku


umum).
Contohnya menyewa wanita untuk menyusukan seorang bayi.

5. Istihsan bi al-Dharurah (istihsan berdasarkan dharurah).


Contohnya dalam kasus sumur yang kemasukan barang najis. Tentu akan
kesulitan jika harus menguras air sumur tersebut, maka dari itu ulama hanafiah
mengatakan untuk menghilangkan najis tersebut bisa dengan menuangkan
beberapa air galon ke dalam sumur.
CONTOH ISTIHSAN
Menurut Madzhab Hanafi, sisa minuman burung buas, seperti elang, burung gagak dan
sebagainya adalah suci dan halal diminum. Hal ini ditetapkan dengan istihsan.
Padahal seharusnya kalau menurut qiyas (jali), sisa minuman binatang buas, seperti anjing dan
burung-burung buas adalah haram diminum karena sisa minuman yang telah bercampur dengan air
liur binatang itu diqiyaskan kepada dagingnya. Binatang buas itu langsung minum dengan
mulutnya, sehingga air liurnya masuk ke tempat minumnya.
Sedangkan menurut qiyas khafi, burung buas itu berbeda mulutnya dengan mulut binatang
buas. Mulut binatang buas terdiri dari daging yang haram dimakan, sedang mulut burung buas
merupakan paruh yang terdiri atas tulang atau zat tanduk dan tulang atau zat tanduk bukan
merupakan najis. Karena itu sisa minum burung buas itu tidak bertemu dengan dagingnya yang
haram dimakan, sebab di antara oleh paruhnya, demikian pula air liurnya.
Dalam hal ini keadaan yang tertentu yang ada pada burung buas yang membedakannya dengan
binatang buas. Berdasar keadaan inilah ditetapkan perpindahan dari qiyas jali kepada qiyas khafi,
yang disebut istihsan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai