Anda di halaman 1dari 18

Patofisiologi

Penyakit
Pernapasan
Totok Wahyudi, S.Kep., M.Kep
Gagal Nafas
Akut
Gagal nafas merupakan satu kondisi
ketidak mampuan alat pernapasan
dalam mempertahankan oksigenasi
dalam darah dengan atau tanpa
adanya penumpukan Co₂
Gagal Napas
Akut Kronis

Merupakan kondisi kegagalan pernapasan Kegagalan pernapasan yang terjadi


yang di alami oleh seseorang yang pada pasien yang memiliki penyakit
memiliki struktur dan fungsi paru normal pernapasan kronis seperti penyakit
sebelum penyakit tersebut muncul bronchitis, emfisema, dsb

Gagal nafas akut adalah ketidakmampuan sistem
pernafasan untuk mempertahankan suatu keadaan
pertukaran udara antara atmosfer dengan sel-sel
tubuh yang sesuai dengan kebutuhan tubuh normal.
Gagal nafas akut dapat disebabkan oleh adanya
kelainan intrapulmonal ( kelainan saluran napas
bawah, sirkulasi pulmoner, jaringan interstitial,
kapiler alveolar) dan ekstrapulmonal (kelainan
pusat pernapasan, neuromuscular, pleura
maupun saluran nafas atas)
Hiperkapnia/
Patofisiologi Gagal Nafas Akut kegagalan ventilasi

Terdapat 4 dasar mekanisme gangguan pernapasan akut : Hipoksemia/


kegagalan
1. Hipoventilasi oksigenasi
2. Ketidakseimbangan ventilasi atau perfusi

3. Pintasan darah kanan ke kiri

4. Gangguan difusi. Kelainan ekstrapulmonal menyebabkan hipoventilasi sedangkan kelainan

intrapulmonal dapat meliputi seluruh mekanisme.

Indikator gagal nafas frekuensi pernafasan


Kegagalan dan kapasitas
pernapasan vital,hipoksemia
tipe
Terjadi karena kegagalanterjadi peningkatan
ventilasi Alveoli-oleh
yang disebabkan
frekuensi penapasan normal ialahArteri
16-20serta
x/mnt. Bila lebih
penurunan kadar
hipoventilasi O₂ Gagal
karena adanyanafas tipe iniekstrapulmoner
kelaianan terjadi pada
dari20x/mnt tindakan yang dapat dilakukan
kelainanmemberi
pulmonerbantuan
dan ektrapulmoner.
dan ketidak Mekanisme
seimbangan pernapasan padaterjadinya
penderita
ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi
hipoksemia terjadi sehingga
akibatintrapulmoner.
kelaianan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Ekstrapulmoner terjadidan
karena
Pe an CO₂ , Pe an O₂dan
timbul kelelahan. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi
nilai Alveoli-Arteri pintasan
normal darah kanan-kiri,
adanya sedangkan
penurunan gangguan
aliran udara difusi
antara dapat merupakan
atmosfer dengan
(normal 10-20 ml/kg) paru tanpagangguan penyerta. pertukaran gas di parenkim
adanya kelaianan
paru
Diagnosis Gangguan Pernapasan
Gejala hipoksemia bervariasi dan dapat melibatkan kelainan pada sistem saraf pusat

(confusion, gelisah, kejang), sistem kardiovaskular (aritmia, hipotensi, atau hipertensi),

sistem respirasi (disapnue, takipnue). Gejala hiperkapnia meliputi somnolen, letargi, dan

perubahan status mental. Bila terdapat asidosis respiratori yang berat, dapat terjadi

depresi miokard yang mengakibatkan hipotensi. Hipoksemia dan hiperkapnia dapat

memperjelas gejala disapnue

hipoksemia dan hiperkapnia sering terjadi bersamaan maka seringkali didapatkan


kombinasi dari gejala ini. Asidosis laktat dapat terjadi bila terdapat penyebab lain
terjadinya reduksi distribusi oksigen yaitu cardiac output yang tidak adekuat, anemia
berat, atau redistribusi aliran darah
Sering kali didapatkan gejala dan tanda sesuai penyakit yang mendasarinya. misalnya
batuk dan sputum pada pneumonia, nyeri dada pada tromboemboli pulmoner dengan
infark.
Pemeriksaan Fisik Yang Dapat Ditemukan
Pada Pasien Gangguan Pernapasan
• Takipnue dan takikardi yang merupakan gejala nonspesifik • Disapnue dapat terjadi akibat usaha
• Batuk yang tidak adekuat, penggunaan otot bantu napas, dan bernapas, reseptor vagal, dan stimuli kimia
pulsus paradoksus dapat menandakan risiko terjadinya gagal akibat hipoksemia atau hiperkapnia
napas • Kesadaran berkabut dan somnolen dapat
• Pada funduskopi dapat ditemukan papil edema akibat terjadi pada kasus gagal napas. Mioklonus
hiperkapnia atau vasodilatasi cerebral dan kejang dapat terjadi pada hipoksemia
• Pada paru ditemukan gejala yang sesuai dengan penyakit berat. Polisitemia merupakan komplikasi
yang mendasari. lanjut dari hipoksemia
• Bila hipoksemia berat, dapat ditemukan sianosis pada kulit • Hipertensi pulmoner biasanya terdapat pada
dan membran mukosa. Sianosis dapat diamati bila gagal napas kronik. Hipoksemia alveolar
konsentrasi hemoglobin yang mengalami deoksigenasi pada yang disebabkan oleh hiperkapnia
kapiler atau jaringan mencapai 5 g/dL menyebabkan konstriksi arteriol pulmoner
Kriteria Gangguan Pernapasan Berdasarkan
Gejala hipoksemia dan hiperkapnia “Mechanic Of Breathing”
Acceptable Gawat napas Gagal napas
Hipoksemia Hiperkapnia range
Takikardi Samnolence Mechanic of • RR 12-15 25-35 > 35
breathing (x/menit)
Takipneau Lethargy • Kapasitas 70-30 30-15 <15
Cemas Restlessness vital
(ml/kg)
Diaphoresis Tremor • Inspiratory 100-50 50-25 <25
force H₂O
Perubahan Status Slurred speech
Mental Oksigenasi • Alveoli- 50-200 200-350 >350
arteri
Kebingungan Sakit kepala
(AaDO₂)
Sianosis Asterixis mmHg
• O₂ 100-75 200-70 (on <70 (on mask
Hipertensi Papilledema (room air) mask O₂) O₂)
Hipotensi Koma
Ventilasi - VD/VT 0,3-0,4 0,4-0,6 >0,6
Bradikardi Diaphoresis - CO₂ 35-45 45-60 >60
(mmHg)
Kejang
Terapi - Fisioterapi Intubation
Koma dada Tracheotomy
Laktat Asidosis - Oksigenasi ventilation
- Close
monitoring
Penatalaksanaan
Gangguan
Pernapasan

Penatalaksanaan Suportif/Non
Spresifik
Dan
Kausatif/Spesifik
Penatalaksanaan Spesifik
dan Kausatif/Spesifik
Penatalaksanaan Spesifik
1. Atasi Hipoksemia: Terapi Oksigen
2. Atasi Hiperkapnia: Perbaiki ventilasi
a. Perbaiki jalan nafas
b. Bantuan Ventilasi: Face mask, ambu bag
c. Ventilasi Mekanik
3. Fisioterapi dada

Penatalaksanaan Kausatif/Spesifik
Sambil dilakukan resusitasi (terapi suportif) diupayakan
mencari penyebab gagal nafas. Pengobatan spesifik ditujukan
pada etiologinya, sehingga pengobatan untuk masing-masing
penyakit akan berlainan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA)
Disebabkan
ISPA Diperlukan oleh
Adalah infeksi
Bakteri
saluran Intervensi streptococcus
pernapasan yang farmasi (vaksin, pneumoniae
berlangsung antivirus, dan
hingga 14 hari antimikroba)

Cara penularan utama


melalui droplet, tapi ISPA Penyebab utama
penularan melalui kontak morbiditas dan mortalitas
(termasuk kontaminasi penyakit menular di
tangan yang diikuti oleh dunia. Hampir empat juta
inokulasi tak sengaja) dan orang meninggal akibat
aerosol pernapasan ISPA setiap tahun, 98%-
infeksius berbagai ukuran nya disebabkan oleh
dan dalam jarak dekat bisa infeksi saluran pernapasan
juga terjadi untuk sebagian bawah
patogen
Faktor yang menjadi
penyebab terjadinya ISPA
1. Kondisi lingkungan (misalnya, polutan udara, kepadatan anggota keluarga),
kelembaban, kebersihan, musim, temperatur);
2. Ketersediaan dan efektivitas pelayanan kesehatan dan langkah pencegahan infeksi
untuk mencegah penyebaran (misalnya, vaksin, akses terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan, kapasitas ruang isolasi);
3. Faktor pejamu, seperti usia, kebiasaan merokok, kemampuan pejamu menularkan
infeksi, status kekebalan, status gizi, infeksi sebelumnya atau infeksi serentak
yang disebabkan oleh patogen lain, kondisi kesehatan umum; dan
4. Karakteristik patogen, seperti cara penularan, daya tular, faktor virulensi
(misalnya, gen penyandi toksin), dan jumlah atau dosis mikroba (ukuran
inokulum).
ISPA yang dapat menimbulkan keadaan darurat kesehatan
masyarakat yang menjadi perhatian internasional

1. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)


SARS disebabkan oleh coronavirus yang berkaitan dengan SARS
(SARS-CoV), yang dapat menginfeksi hewan dan manusia. SARS
pertama kali dilaporkan di Asia pada bulan Februari 2003 dan
menular ke manusia di lebih 24 negara di Asia, Amerika Utara,
Amerika Selatan, dan Eropa sebelum wabah tersebut terbendung.
Penularan SARS dari manusia ke manusia umumnya terjadi melalui
droplet atau kontak, walaupun penularan melalui aerosol pernapasan
infeksius dengan berbagai ukuran dapat terjadi dalam jarak dekat
SARS-COV (CORONA VIRUS)
HINGGA 7-11-2020

USA
10.288.480

Indonesia
437.716
Brasil
5.664.115
50,782,732
TOTAL KASUS DI DUNIA
Virus Influenza (H5N1)
Virus flu burung tipe A biasanya menginfeksi burung tapi kadangkadang dapat
menginfeksi hewan lain dan manusia dan berkaitan dengan cluster pada manusia

Galur yang berkaitan dengan jumlah terbesar episode infeksi pada manusia adalah
H5N1. Episode infeksi flu burung tipe A pada manusia (H5N1) pertama kali
dilaporkan di Cina, Hong Kong, Daerah Administrasi Khusus (Hong Kong SAR)
pada tahun 1997, dan muncul kembali dan ditemukan di negara-negara lain sejak
tahun 2003.
Sebagian besar kasus infeksi flu burung pada manusia disebabkan oleh kontak
dengan unggas yang terinfeksi (misalnya, ayam peliharaan, itik, atau ayam kalkun)
atau permukaan yang terkontaminasi sekresi/ekskresi dari burung yang Sampai
sekarang, belum terbukti adanya penularan flu burung tipe A (H5N1) yang efisien
atau berkelanjutan dari manusia ke manusia.
Di antara episode infeksi yang mungkin terjadi dari manusia ke manusia, penularan
berkaitan dengan kontak tanpa pelindung yang dekat dan berkelanjutan, yang
menunjukkan bahwa penularan umumnya terjadi melalui droplet pernapasan dan/atau
kontak.
Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi
Pasien yang terinfeksi merupakan sumber utama
patogen di fasilitas pelayanan kesehatan dan
penyebaran agen infeksius dari sumbernya harus

01 Reduksi dan eliminasi dikurangi/dihilangkan. Contoh pengurangan dan


penghilangan adalah promosi kebersihan
pernapasan dan etika batuk

02 Pengendalian administratif
Metode
Pimpinanuntuk mengurangi
fasilitas konsentrasi
pelayanan kesehatan aerosol
harus menjamin
pernapasan
sumber daya infeksius (misalnya,
yang diperlukan droplet nuklei)
untuk pelaksanaan di
langkah

03 Pengendalian lingkungan dan teknis udara


benda
dan mengurangi
pengendalian
kegiatanyang terkontaminasi
pengendalian
keberadaan
infeksi dengan
sesuai
infeksi yang
permukaan
pembangunan
dengan
prasaranadan
berkelanjutan,
dan

epidemiologi
kebijakan yanginfeksi
jelas mengenai pengenalan dini ISPA yang
Penggunaan APD dapatharus didefinisikan
menimbulkan denganpelaksanaan
kekhawatiran, kebijakan dan prosedur
langkah

04 Alat Pelindung yang secara khusus


infeksi (misalnya,
ditujukan
pengendalian
kewaspadaan
Standar
untuk
infeksi yangpencegahan
untuk semuaisolasi).
dan pengendalian
sesuai (misalnya,
pasien), Efektivitas
Kewaspadaan
APD
persediaan yang tergantung
teratur dan
Diri (APD) pada persediaan yang memadaipelayanan
dan teratur, pelatihan staf yang
pengorganisasian (misalnya, pembuatan sistem
memadai, membersihkan tangan
klasifikasi dan secarapasien)
penempatan benar, dan yang lebih penting,
perilaku manusianya.
Thanks
!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai