Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN POST OP


SECTIO CAESAREA
DI RUANG KEBIDANAN RS
BAKTI TIMAH PANGKAL
PINANG
 DISUSUN OLEH : SELVANY
NIM : 18.001.0046
Latar Belakang
• Setiap wanita menginginkan persalinannya
berjalan lancar dan melahirkan bayi yang
sempurna. Seperti yang telah diketahui ada
dua cara kelahiran yaitu persalinan
pervaginam yang lebih dikenal persalinan
normal dan persalinan dengan oprasi cesar
dapat juga disebut kelahiran sesarea juga
dikenal dengan istilah seksio sesaria atau
seksio C, adalah pelahiran janin melalui insisi
yang dibut pada dinding abdomen dan uterus.
• Pertolongan Operasi Caesarea merupakan
tindakan dengan tujuan menyelamatkan ibu
maupun bayi (Manuaba,2013). Setiap
pembedahan harus didasarkan atas indikasi,
yaitu pertimbangan-pertimbangan yang
menentukan bahwa tindakan perlu dilakukan
demi kepentingan ibu dan janin.

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC


Rumusan Masalah

•Berdasarkan uraian masalah


pada latar belakang di atas, maka
rumusan masalah sebagai berikut
: “Bagaimanakah Asuhan
Keperawatan Pasien dengan Post
Op Sectio Caesaria diruang
Kebidanan RS Bakti Timah
Pangkal Pinang?

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA-NC


Konsep Medis
• Pelahiran sesarea juga dikenal dengan istilah
seksio sesarea atau seksio C adalah pelahiran janin
melalui insisi yang dibuat pada dinding abdomen
dan uterus. (Reeder,Martin,Koniak-Griffin, 2003).
• Kelahiran sesaria adalah alternatif dari kelahiran
vagina bila keamanan ibu dan atau janin terganggu
(Marilynn E.Doenges& Mary Frances
Moorhouse,2001) Sectio Caesaria didefinisikan
sebagai lahirnya janin melalui insisi pada
(laparotomy) dan dinding uterus (histerektomi)
(Rasjidi,2009).
• Dari beberapa pengertian tentang Sectio Caesarea
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Sectio
Caesarea adalah suatu tindakan pembedahan yang
menjadi alternatif bila ibu dan janin terganggu
untuk mengeluarkan janin dengan cara melakukan
sayatan pada dinding abdomen dan dinding uterus.

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA


Etiologi
• CPD (Chepalo Pelvik Disproportion) Chepalo pelvik
disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara
alami.
• PEB (Pre-Eklamsi Berat) Pre-eklamsi dan eklamsi
merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas
• KPD (Ketuban Pecah Dini)Ketuban pecah dini adalah
pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu
• Bayi kembar Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan
secara Caesarea. Hal ini karena kelahiran kembar
memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun
dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang
sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
• Faktor hambatan jalan lahir Adanya gangguan pada jalan
lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor, dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernapas.

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA


Klasifikasi

• Sectio caesarea transperionealis profunda Sectio caesarea


transperionealis profunda dengan insisi di segmen uterus.
Insisi pada bawah Rahim, bisa dengan teknik melintang
atau memanjang.
• Sectio caesarea klasik atau section caesarea corporal Pada
sectio caesarea klasik ini di buat pada korpus uteri,
pembedahan ini yang agak mudah dilakukan, hanya di
selenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan
sectio caesarea transperitonalis profunda. Insisi memanjang
pada segmen atas uterus.
• Sectio caesarea ekstra peritonal Sectio caesarea ektra
peritoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya
injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan
terhadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi
dilakukan.
• Sectio caesarea hysteroctomi Setelah sectio caesarea,
dilakukan hysteroktomy dengan indikasi Atonia uteri,
plasenta accrete, myoma uteri, infeksi intra uteri berat
Komplikasi
• 1. Infeksi puerperalis • 2. Perdarahan
Komplikasi ini bersifat ringan, Perdarahan banyak bias timbul pada
seperti kenaikan suhu selama waktu pembedahan jika cabang
beberapa hari dalam masa nifas atau Arteria uterine ikut terbuka atau
dapat juga bersifat berat, misalnya karena Atonia uteri.
peritonitis, sepsis dan lain-lain. • 3. Komplikasi lain
Infeksi post operasi terjadi apabila
Luka kandung kemih dan embolisme
sebelum pembedahan sudah ada
paru-paru. Suatu komplikasi yang
gejala-gejala infeksi intrapartum atau
baru kemudian tampak ialah kurang
ada factor yang merupakan
predisposisi terhadap kelainan itu. kuatnya perut pada dinding uterus,
sehingga pada kehamilan berikutnya
Bahaya infeksi dapat diperkecil
dengan pemberian antibiotika, tetapi bias Ruptura uteri. Kemungkinan hak
tidak dapat dihilangkan sama sekali, ini lebih banyak ditemukan sesudah
terutama Sectio Caesarea klasik Sectio Caesarea.
dalam hal ini lebih bahaya daripada
Sectio Caesareatransperitonealis
profunda.
Patofisiologi
Pada operasi sectio caesarea transperitonia ini terjadi perlukaan pada dinding
abdomen (kulit dan otot perut) dan pada dinding uterus. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penyembuhan dari luka operasi antara lain adalah suplay darah, infeksi
dan iritasi. Dengan adanya supply darah yang baik akan berpengaruh terhadap
kecepatan proses penyembuhan sebagai berikut:
Sewaktu incise (kulit diiris), maka beberapa sel epitel, sel dermis dan jaringan kulit
akan mati. Runag incise akan diisi oleh gumpalan darah dalam 24 jam pertama akan
mengalami reaksi radang mendadak.
Dalam 2-3 hari kemudian, eksudat akan mengalami resolusif proliferasi (pelipat
gandaan) fibroblast mulai terjadi.Pada hari ke 3-4 gumpalan darah mengalami
organisasi , Pada hari ke 5 tensile strength (kekuatan untuk mencegah terbuka kembali
luka) mulai timbul, yang dapat mencegah terjadi dehiscence (merekah). Pada hari 7-8,
epitelisai terjadi dan luka akan sembuh. Kecepatan 14 epitelisasi adalah 0,5 mm per
hari, berjalan dari tepi luka kea rah tengah atau terjadi dari sisa-sisa epitel dalam
dermis.Pada hari ke 14-15, tensile strength hanya 1/5 maksimum. Tensile strength
mencapai maksimum dalam 6 minggu. Untuk itu pada seseorang dengan riwayat
Sectio Caesarea dianjurkan untuk tidak hamil pada satu tahun pertama setelah
operasi.
Pemeriksaan penunjang

• Hemogblobin atau hematocrit


(HB/Ht)
• Leukosit (WBC)
• Tes golongan darah, lama
pendarahan, waktu pembekuan
darah
• Urinalisis / kultur urine
• Pemeriksaan elektrolit
Penatalaksanaan

1. Pemberian cairan
2. Diet
3. Mobilisasi
4. Kateterisasi
5. Pemberian obat-
obatan
6. Perawatan luka
Kondisi balutan luka
dilihat pada 1 hari post
operasi
7. Perawatan Rutin
Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam
pemeriksaan adalah
suhu, tekanan darah,
nadi dan pernafasan.
(Manuaba, 1999)

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC-ND


Masa Nifas
•Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran
bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk
memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum
hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu
(Walyani&Purwoastuti,2015). Masa nifas (puerperium)
adalah masa pemulihan kembali mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
sebelum hamil, lama masa nifas yaitu 6-8 minggu
(Amru,2012) Periode post partum atau puerperium adalah
masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin
(menandakan akhir periode intrapartum) hingga
kembalinya traktur reproduksi wanita pada kondisi tidak
hamil (Varney,2008) Jadi masa nifas (puerperium) adalah
masa pemulihan alat-alat kandungan dari persalinan
hingga kembali ke kondisi seblum hamil, terjadi kurang
lebih selama 6 minggu.
Pengkajian
Keperawatan
• Identitas atau biodata Klien Meliputi
nama, umur, agama, jenis kelamin,
alamat, suku bangsa, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk
rumah sakit, nomor dan nomor
registrasi.
• Riwayat kesehatan dahulu, riawayat
kesehatan sekarang, riwayat kesehatan
keluarga
• Pola aktivitas Pada pasien nifas, pola
eliminasi, pola istirahat&tidur, pola
hub& peran pasien dlmkeluarga
• Pemeriksaan Umum: Keadaan umum,ttv
• Pemeriksaan Head to toe Pemeriksaan
fisik:
kepala,wajah,mata,hidung,gigi,lidah,bib
ir,telinga,bibir,
abdomen,payudara
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut b.d agen pencedera
luka Sectio Caesarea

Inkontinensia Urin Stres b.d efek


hormonal

Risiko Infeksi b.d tindakan invasive


adanya luka Sectio Caesare

This
This Photo
Photo by
by Unknown
Unknown Author
Author is
is licensed
licensed under
under CC
CC BY
BY
No Diagnosa Keperawatan Tujuan&kriteria hasil Intervensi

1. Nyeri akut b.d agen pencedera luka Setelah dilakukan 1.2 Berikan informasi
Sectio Caesarea tindakan keperawatan dan petunjukantisipasi
diharapkan nyeri akut
teratasi dgn kriteria hasil mengenai penyebab
Mampu mengontrol ketidaknyamanan 1.3
nyeri Evaluasi tekanan
(tahu penyebab, mampu darah dan nadi
menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk 1.4 Perhatikan nyeri
mengurangi nyeri, tekanan uterus dan
mencari bantuan) adanya/ karakteristik
- Melaporkan bahwa
nyeri berkurang nyeri penyerta
- Mampu mengenali 1.5 Lakukan latihan
nyeri (skala, intensitas, nafas dalam,
frekuensi dan tanda spirometri intensif
nyeri)
- Menyatakan rasa dan batuk dengan
nyaman setelah nyeri menggunakan
berkurang prosedur yang tepat
No Diagnosa Keperawatan Tujuan&kriteria hasil Intervensi

2 Inkontinensia Urin Stress b.d efek Setelah dilakukan 2.1 Perhatikan dan catat
hormonal tindakan jumlah, warna, dan
keperawatan konsentrasi drainase
diharapkan urin.
inkontinensia urin 2.2 Berikan cairan per
dapat diatasi dengan oral.
Kriteria Hasil: 2.3 Palpasi kandung
- Mengidentifikasi kemih. Pantau tinggi
keinginan berkemih fundus dan lokasi dan
- Melakukan jumlah aliran lokhia.
eliminasi secara 2.4 Perhatikan tanda
mandiri dan gejala infeksi
- Mengkonsumsi saluran kemih (ISK)
cairan dalam jumlah setelah pengangkatan
kateter.
adekuat
2.5 Pertahankan infuse
- Tidak ada rasa sakit
intravena selama 24jam
pada saat berkemih
setelah pembedahan,
sesuai indikasi.
No Diagnosa Keperawatan Tujuan&kriteria hasil Intervensi

3. Resiko Infeksi b.d tindakan invasive Setelah dilakukan 3.1 Kaji suhu, nadi dan
dan adanya luka Sectio Caesare tindakan keperawatan jumlah sel darah putih
3.2 Perhatikan karakter
diharapkan tidak dan jumlah aliran lochia
terjadi infeksi dengan dan konsistensi fundus
Kriteria Hasil : 3.3 Perhatikan jumlah
- Pasien terbebas dari dan bau rabas lochia
atau perubahan pada
tanda gejala infeksi kemajuan normal dari
- Menunjukkan rubra menjadi serosa
kemampuan untuk 3.4 Anjurkan dan
gunakan teknik mencuci
mencegah timbulnya tangan dengan cermat
infeksi dan pembuangan
- Jumlah leukosit pengalas kotoran
dalam batas normal dengan, pembalut dan
linen terkontaminasi
- Menunjukkan dengan tepat
prilaku hidup sehat 3.5 Inspeksi balutan
terhadap perdarahan
berlebihan.
Evaluasi Keperawatan

• Tahap evaluasi
menentukan kemajuan
pasien terhadap
pencapaian hasil yang
diinginkan dan respon
pasien terhadap dan
keefektifan intervensi
keperawatan. Kemudian
mengganti rencana
perawatan jika
diperlukan.Evaluasi
merupakan tahap akhir
dari proses keperawatan.

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC


1. Pendekatan (Desain Penulisan)
2. Subyek Penulisan
1. Jenis penulisan ini adalah 2. Subyek penelitian adalah
deskriptif dalam bentuk studi subyek yang dituju untuk
kasus untuk mengeksplorasi diteliti oleh peneliti atau
masalah asuhan keperawatan subyek yang mnejadi pusat
pasien dengan Post Op Sectio perhatian atau sasaran
Caesarea. peneliti (Arikunto,2006)
Pendekatan yang digunakan Subyek penelitian pada studi
adalah pendekatan asuhan kasus ini adalah pasien dengan
keperawatan yang meliputi Post Op Sectio Caesarea yang
pengkajian, diagnosa dirawat di Ruang Kebidanan
keperawatan, perencanaan, RS Bakti Timah Pangkal Pinang
pelaksanaan, dan evaluasi
3. Fokus studi kasus
4. Batasan Istilah (Definisi Operasional)
3. kajian utama dari masalah yang 4. Studi kasus dilakukan di
akan dijadikan titik acuan studi
kasus. Fokus studi kasus pada Ruang Kebidanan RS Bakti
penelitian ini adalah risiko infeksi Timah Pangkal Pinang.
pada ibu post sectio caeasarea dan Lama perawatan pasien
asuhan keperawatan pada ibu post
sectio caesarea dengan risiko
(responden) minimal 3
infeksi meliputi tahapan proses hari.
keperawatan yaitu pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.
5. Teknik Pengumpulan Data
6. Instrument pengumpulan data

5. Wawancara (hasil 6. Observasi dan


anamnesis berisi tentang pemeriksaan fisik (dengan
identitas klien, keluhan pendekatan: inspeksi,
utama, riwayat penyakit palpasi, perkusi, asukultasi
sekarang – dahulu – /IPPA) pada sistem tubuh
keluarga dll). Sumber data klien
dari klien, keluarga,
perawat lainnya)
7. Penyajian Data
8. Etika Studi Kasus

• 8.
• Menghormati individu (Respect for
7. Penyajian data persons) Menghormati otonomi (Respect
for autonomy) yaitu menghargai kebebasan
dalam penelitian ini seseorang terhadap pilihan sendiri,
melindungi subyek studi kasus (Protection
yaitu dalam bentuk of persons) yaitu melindungi
individu/subyek penelitian yang memiliki
wawancara, observasi keterbatasan atau kerentanan dari
eksploitasi dan bahaya.
(pemeriksaan fisik) • Berkeadilan (Distributive justice)
Keseimbangan antara beban dan manfaat
dari subyek studi ketika berpartisipasi dalam
penelitian.Setiap individu yang
kasus yang berpartisipasi dalam penelitian harus di
perlakukan sesuai dengan latar belakang
merupakan data dan kondisi masing-masing. Perbedaan
perlakuan antara satu individu/kelompok
pendukungnya. dengan lain dapat dibenarkan bila dapat
dipertanggung jawabkan secara moral dan
dapat diterima oleh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai