DENGAN
Dosen EBOLA:
Pembimbing
Dr. Padoli, SKp., M.Kes
Oleh :
Elly Tryana Wigati
NIM : P27820118022
I. Identitas
A. Penampilan
1. Mengkaji kesesuaian usia, mengingatkan & berorientasi, dan fitur wajah.
A. Struktur tubuh dan mobilitas
1. Berat badan : Biasanya berat badan menurun karena penurunan nafsu makan yang
disebabkan oleh mual dan muntah
2. Susunan tubuh : Biasanya susunan tubuh klien normal.
3. Berdiri tegak : Dalam beberapa kasus ebola dapat menyebabkan penurunan kesadaran,
sehingga klien tidak bisa berdiri tegak.
4. Koordinasi gerak berjalan : Dalam beberapa kasus ebola dapat menyebabkan penurunan
kesadaran, sehingga mobilisasi klien dibantu dengan orang lain.
A. Tanda – tanda Vital
1. Suhu tubuh : biasanya suhu tubuh klien yang menderita ebola diatas 38.3 °C (100.9 °F)
2. Respiratori rate : Biasanya klien mengalami takipnea.
3. Tekanan darah : Biasanya setelah gejala pertama terjadi, dan sering melanjut menjadi syok karena
penurunan tekanan darah akibat kekurangan cairan.
B. Status integument :
1. Biasanya kulit teraba hangat karena suhu yang meningkat.
2. Sekitar separuh kasus, penderita mengalami maculopapular rash pada kulit yang terjadi 5 sampai 7 hari, setelah gejala
pertama terjadi.
3. Pada beberapa kasus, pendarahan dalam dan luar dapat saja terjadi, 5 sampai 7 hari, setelah gejala pertama terjadi.
Pendarahan dapat terjadi dari selaput mulut, hidung dan tenggorokan serta dari bekas lubang suntikan terjadi pada 40-50%
kasus. Pendarahan pada kulit dapat berupa petechiae, purpura, ecchymoses atau hematomas terutama sekitar tempat injeksi.
Perdarahan dapat terjadi juga pada mata sehingga tampak merah (PDPI ,2015)
Kepala : Biasanya klien ebola mengalami nyeri pada kepala.
Muka /Wajah : Biasanya klien dengan ebola tampak meringis dan gelisah
karena nyeri yang timbul. Pada klien dengan ebola biasanya dapat juga
ditemukan edema pada wajah Biasanya klien dengan ebola tampak
meringis dan gelisah karena nyeri yang timbul. Pada klien dengan ebola
biasanya dapat juga ditemukan edema pada wajah (WHO,2015).
Mata : Biasanya antara 5-7 hari setelah gejala pertama terjadi, klien dengan
ebola dapat mengalami perdarahan pada kulit dapat berupa petechiae,
purpura, ecchymoses atau hematomas terutama sekitar tempat injeksi.
Perdarahan dapat terjadi juga pada mata sehingga tampak merah.
Telinga : Biasanya antara 6-16 hari setelah gejala pertama terjadi, klien dengan
ebola dapat mengalami penurunan pendengaran.
Hidung dan sinus : Biasanya antara 5-7 hari setelah gejala pertama terjadi, klien
dengan ebola dapat mengalami perdarahan yang terjadi pada selaput hidung.
Mulut dan Faring : Biasanya antara 5-7 hari setelah gejala pertama terjadi, klien
dengan ebola dapat mengalami perdarahan yang terjadi pada selaput mulut
Leher : Biasanya pada klien dengan ebola mengalami sakit tenggorokan. Biasanya
klien dengan ebola tampak meringis dan gelisah karena nyeri yang timbul. Pada
klien dengan ebola biasanya dapat juga ditemukan edema pada wajah (WHO, 2015).
Thoraks : Biasanya klien ebola tidak terdapat kelainan thoraks.
Paru : Biasanya klien ebola mengalami nafas pendek dan takipnea.
Jantung : Biasanya klien ebola tidak ada kelainan bunyi jantung.
Abdomen : Biasanya klien ebola mengalami nyeri perut bagian atas dan bawah, bising usus hiperaktif (diatas 35
x/menit) karena mengalami diare , frekuensi peristaltic meningkat. Biasanya pada klien dengan ebola juga
ditemukan hepatomegali (WHO,2015)
Inguinal – Genetalia – Anus : Biasanya pada klien dengan ebola dapat juga ditemukan edema pada daerah
genetalia (skrotum/labia) (WHO,2015).
Ekstrimitas : Biasanya klien ebola sering mengalami nyeri pada otot dan sendi.
Pemeriksaan penunjang
1. Tes darah : Hasil laboratorium pada fase awal infeksi virus ebola adalah penurunan jumlah trombosit, sel
darah putih, dan limfosit. Peningkatan neutrofil juga dapat terjadi selama beberapa hari pertama infeksi.Pada
beberapa hari pertama kenaikan enzim hati juga bisa muncul. Misalnya, aspartate aminotransferase, alanine
aminotransferase, dan peningkatan bilirubin.
2. Tes polimerase chin reaction ( pcr) : PCR diakukan dengan mendeteksi bagian dari virus yang terdapat di
darah penderita.
3. ELISA : Pemeriksaan Enzim-linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah metode yang digunakan pada
tahap awal penyakit, yaitu pemeriksaan antibodi IgM yang terdeteksi dua hari setelah onset gejala dan antibodi
IgG yang dapat dideteksi pada 6 sampai 18 hari setelah timbulnya gejala.
4. Uji netralisasi serum
5. Mikroskop electron
6. Isolasi virus dengan kultur sel
Diagnosa keperawatan
2. Hipertermia b.d proses penyakit (mis. Infeksi) d.d Suhu tubuh diatas
normal, kulit teraba hangat (SDKI D.0130).
3. Diare b.d inflamasi gastrointestinal d.d defekasi lebih dari 3 kali dalam 24
jam, feses lembek atau cair, frekuensi peristaltic meningkat, bising usus
hiperaktif (SDKI D.0020)
No DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
.
KEPERAWATA KRITERIA
N HASIL
1. Nyeri akut Setelah Observasi 1.Menentukan ntervensi yang cocok
berhubungan dilakukan
dengan agen tindakan 1.Periksa dan untuk mengevaluasi keefektifan
cedera biologis keperawatan lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kual dari terapi yang diberikan.
(infeksi) d.d selama 2x 24
mengeluh jam nyeri itas,intensitas nyeri. 2.Untuk mengetahui keparahan
nyeri, tampak teratasi dengan 2.Periksa skala nyeri. nyeri
meringis,bersik kriteria hasil:
ap protektif Keluhan nyeri 3.Periksa faktor yang memperberat dan 3.Agar dapat menghindari faktor
(mis. menurun. memperingan nyeri. yang memperberat dan melkukan
Waspada,posi Meringis
si menghindari menurun. Terapeutik hal yang dapat mengurangi nyeri.
nyeri), gelisah, Sikap protektif 4.Berikan teknik nonfarmakologis untuk 4.Tindakan ini memungkinkan klien
sulit tidur. menurun.
mengurangi rasa nyeri (mis. untuk mendapatkan rasa control
(SDKI D.0077) Gelisah
menurun. Hipnosis,terapi musik). terhadap nyeri.
Kesulitan tidur
5.Fasilitasi istirahat dan tidur. 5.Agar otot relaksasi sehingga nyeri
menurun.
(SLKI L.08066) tidak terasa.
No DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
.
KEPERAWATAN KRITERIA
HASIL
Edukasi 6.Agar dapat menghindari hal yang
No DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
.
KEPERAWATA KRITERIA
N HASIL
3. Diare b.d Setelah Observasi 1. Membantu membedakan penyakit
inflamasi dilakukan 1.Monitor warna, volume, individu dan mengkaji beratnya tiap
gastrointestinal tindakan frekuensi dan konsistensi defekasi
d.d defekasi keperawatan tinja. 2.Agar mengetahui terjadinya
lebih dari 3 kali selama 2 x 24 2.Monitor tanda dan gejala hipovolemia sehingga dapat
dalam 24 jam, jam diare dapat hipovolemia dilakukan pencegahan dengan tepat.
feses lembek teratasi dengan 3.Monitor keamanan 3. Agar makanan yang dimakan
atau cair, kriteria hasil : penyiapan makanan. bersih dan tidak memperparah diare
frekuensi Konsistensi Terapeutik 4.Agar mengganti elektrolit yang
peristaltic feses membaik 4.Berikan asupan cairan oral hilang akibat diare.
meningkat, Frekuensi (mis. Larutan garam gula, 5. Resiko ketidakseimbangan
bising usus defekasi oralit) elektrolit, dimana dapat
hiperaktif (SDKI membaik 5.Ambil sampel darah untuk menimbulkan komplikasi lebih
D.0020) Peristaltic usus pemeriksaan darah lengkap serius / mengancam
membaik dan elektrolit.
(SLKI L.04033)
No DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
.
KEPERAWATAN KRITERIA
HASIL
3. 6.Ambil sampel feses untuk 6.Untuk mengetahui bakteri
kultur, jika perlu penyebab diare.
Edukasi 7.Untuk menjaga asupan yang
7.Anjurkan makanan porsi kecil dibutuhkan oleh tubuh.
dan sering secara bertahap. 8.Menghindari diare berlanjut
8.Anjurkan menghindari 9.Menurunkan motilitas atau
makanan pembentuk gas, peristaltik usus dan
pedas dan mengandung menunjukkan sekresi degestif
laktosa. untuk menghilangkan kram dan
Kolaborasi diare
9.Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas (mis. Loperamide,
difenoksilat) atau obat
antispasmotic (SIKI I.03101)
Implementasi keperawatan