Anda di halaman 1dari 61

RADIOLOGI PROGRAM STUDI DIPLOMA-III

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2020/2021
TUGAS FISIKA RADIODIAGNOSTIK
BODY SECTION RADIOGRAPHY
Dosen Pengampu : Ibu Sri Mulyati, S.Si., M.T
 
 
Disusun Oleh:
1. Rosy Amelia Azhari (P1337430119007)
2. Rahma Andini Fauziah (P1337430119008)
3. Salsabila Siti Tania (P1337430119011)
4. Anisya Shafi C (P1337430119012)
5. Rachmalia Azzahra (P1337430119018)
6. Riska Afisatul Azizah (P1337430119022)
7. Muhammad Lutfi Baharuddin (P1337430119026)
8. Renolia Widyaningrum (P1337430119030)
9. Windar Budi Prasetyo (P1337430118039)
Latar Belakang
Sejarah tomografi berawal jauh sebelum ditemukannya teknik
pengolahan citra digital, yaitu pada tahun 1917 ketika Radon
mempublikasikan artikelnya yang kemudian dikenal sebagai transformasi
Radon. Selama bertahun-tahun orang tidak tahu kegunaan dari
transformasi ini, hingga pada era 1960-an ketika beberapa peneliti
mengembangkan teknik tomografi transmisi sinar-X. Siapa yang
sebenarnya pertamakali menemukan CT (Computed Tomography atau
Computerized Tomography) masih merupakan kontroversi. Namun
pengakuan diberikan kepada Godfrey Hounsfield dan Allan Cormack
yang pada tahun 1971 membangun CT. Delapan tahun kemudian, pada
tanggal 10 Desember 1979, kedua ilmuwan ini mendapatkan hadiah
Nobel dalam bidang Kedokteran dan Fisiologi (Medicine and Physiology)
untuk penemuan tersebut.
Definisi Body Section Radiography
Body Section Radiography(Radiografi Irisan Tubuh) merupakan teknik radiografi
khusus menggunakan sinar-X untuk memperlihatkan struktur tubuh yang
diperiksa secara lebih jelas dengan mengaburkan bayangan dari struktur yang
berada di bawah dan di atas obyek yang akan diperiksa. Body section
radiography bukan metode untuk meningkatkan ketajaman dari semua
gambaran radiograf. Pada tahun 1962,International Commission on Radiologic
Unit and Measurement memberikan istilah tomografi untuk menggambarkan
semua tipe dari teknik-teknik body section.

Istiah lain yang umum digunakan adalah:


 Tomography (tomogram) preferred
 Planigrafi (Zienies des Plantes, Bartelink
 Stratigrafi (Vallebona)
 Laminografi
 Revolusi teknik baru ditemukan di inggris tahun 1972 yang disebut
Computed Tomography (CT) (Christensen’s,1984).
Definisi Tomografi
Tomografi adalah teknik radiografi untuk memperlihatkan struktur
jaringan anatomi yang berada pada sebuah bidang jaringan dimana
struktur anatomi diatas dan dibawahnya terlihat kabur ( Principles of
radiographic Imaging An Art and science, 1992).
Teknik radiografi untuk memperlihatkan gambaran lapisan-lapisan
tubuh tertentu dengan cara mengaburkan lapisan atas dan bawahnya
(Richard R Chalton 1992).
Komponen Pesawat Tomografi

Gambar 2.2 Komponen pada pesawat tomografi konvensional. Gambar 2.1 Pesawat tomografi konvensional.
Komponen Pesawat Tomografi

Tiang penghubung ( Telescopic Rod ) adalah yang menghubungkan


tabung rontgen dengan tempat kaset yang dapat bergerak sewaktu
eksposi ( movement cassette tray ) ,
Fulcrum, merupakan titik gerak yang dapat diatur ketinggiannya sesuai
dengan kedalaman lapisan yang dikehendaki.
Tabung sinar X , dapat bergerak selama eksposi.
Meja kontrol ( control table ) berfungsi mengatur faktor eksposi.
Panel control berfungsi mengatur penyudutan tabung, jarak sinar X
dengan meja, ketinggian fulcrum dan mengatur kolimasi.
Prinsip Kerja Pesawat Tomografi

Prinsip kerja dari pesawat tomografi ialah dengan cara


blurring (pengaburan) yang merupakan distorsi
(perubahan bentuk) dari penggambaran obyek yang
tidak berada dalam bidang focus.
Gambar 2.3 Prinsip Kerja Tomografi
Dari gambar diatas diterangkan tentang prinsip dan teknik
tomografi, yaitu pada permulaan eksposi tabung dan film pada posisi
T1 dan F1, selama eksposi tabung akan bergerak berlawana dengan
film dan pergerakan keduanya akan berakhir pada posisi T2 dan F2.
Focal plane adalah bidang yang berada tepat pada titik
fulcrum.Struktur gambaran yang setinggi focal plane akan terproyeksi
jelas yaitu titik 2, sedangkan daerah diatas focal plane yaitu pada titik
1, dan dibawahnya titik 2 akan terproyeksi kabur. Dalam tomografi
ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu pengaturan film dan
pengaturan fulcrum atau pivot point.
Terminologi-terminologi dalam tomografi:

• Blurring (pengaburan) merupakan distorsi (perubahan bentuk) dari


penggambaran obyek yang tidak berada dalam bidang focus.
• Fulkrum merupakan titik sumbu (perpotongan) dari arm yang
berrotasi.
• Focal plane merupakan bidang dari focus maksimal dan mewakili
sumbu (fulcrum) dari tabung sinar-X dan film yang berrotasi.
• Focal plane level merupakan ketinggian focal plane di atas meja
pemeriksaan.
• Tomographic angle merupakan amplitude yang dinyatakan dalam
satuan derajat.
• Exposure angle merupakan sudut dimana berkas sinar-X (Central
Ray) bergerak selama eksposi berlangsung.
Blurring
Tujuan utama dari tomografi adalah untuk mengubah bentuk yang
mengganggu persesi kita pada gambaran radiorafi yang khusus. Pada
tomografi, istilah “blur” digunakan pada obyek diluar bidang fokal, dan
istilah ini tidak digunakan pada ketidaktajaman gambaran inheren
(inherent unsharpness) pada tomografi.

Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah:


1. Amplitudo pergerakan tabung
Lebar blur merupakan fungsi linear langsung dari derajat pergerakan
tabung. Jika amplitude pergerakan tabung meningkat, maka lebar blur
juga akan meningkat.
2. Jarak dari bidang fokal
Semakin jauh suau obek dari bidang fokal, maka obyek akan
semakin blur. Sayangnya, dalam radiologi diagnostic, kita tidak dapat
mengendaikan jarak ini. Sementara, hubungan antara anatomi tubuh
dan lesi patologi pada pasien adalah tetap.
3. Jarak dari film
Obyek yang jauh dari film akan lebih blur dari pada obyek yang berada
didekat film.
 
4. Orientasi dari pergerakan tabung
Banyak bagian tubuh manusia yang panjang, sempit dan memiliki sumbu
longitudinal. Ketika sumbu longitudinal dari sebuah obyek diorientaskan
pada arah yang sama dengan arah pergerakan tabung sinar-X, gambaran
dari obyek tidak akan tampak blur, bahkan jika berada di luar bidang
focal.
Blur Margin

Dengan tomografi linear, seluruh gambaran akan di-blur-kan


secara seragam dan gambarannya akan terlihat tidak jelas pada ujung-
ujungnya secara bertahap. Dengan pergerakan tabung sinar-X yang
melingkar, blur pada gambaran yang dihasilkan tidak seragam. Pada
bagian tepinya akan terlhat lebih putih dan digambarkan secara lebih
tajam pada film dari pada bagian yang lain.
Tabung bergerak sejajar dan menyilang terhadap sumbu obyek
dengan porsi yang berbeda sepanjang pergerakannya. Blur maksimal
terjadi ketika tabung bergerak menyilang terhadap sumbu obyek. Dan
bagian dari eksposi ini menghasilkan pusat dari pola blur. Sediki blur
terjadi ketika tabung sinar-X bergerak sejajar dengan sumbu obyek.
Ketebalan Irisan
Pada teorinya, bidang fokal tidak memiliki ketebalan. Gambaran
yang kita lihat sebenarnya dibentuk oleh bidang tipis yang saling
bertumpuk satu dengan yang lainnya. Semakin dekat bidang-bidang ini
dengan bidang fokal yang sesungguhnya, maka gambarannya akan
semakin tajam. Ketebalan irisan berbanding terbalik dengan amplitude
pergerakan tabung sinar-X. semakin besartomographic angle, maka
irisannya akan semakin tipis.

NARROW vs. WIDE-ANGLE TOMOGRAPHY


Zonografi bertujuan untuk memperlihatkan gambaran keseluruhan
obyek tidak mengalami perubahan bentuk dan memiliki ketajaman yang
tinggi. Pemilihan antara keduanya tergantung pada tipe jaringan yang
diperiksa dan masalah yang dihadapi.
Wide-angle tomography
Tujuan dari wide-angle tomography untuk menambah batas
visibilitas Roentgen untuk memungkinkan kita mampu melihat obyek
yang mengganggu karena ada bayangan pada radiograf konvensional.
Kelemahan tomografi ini adalah mengurangi kontras pada gambaran.
Bagian tubuh menghasilkan kontras yang lebih tinggi dari pada bagian
tubuh yang tipis dengan kerapatan yang sama dan karena tomografi ini
menghasilkan irisan yang tipis, hal ini akan mengurangi kontras.
Narrow-angle tomography (Zonography)
Sudut yang digunakan pada zonografi kurang dari 10 ̊. Zonografi
tidak efisien bila menggunakan tomografi linear dan memerlukan
pergerakan tabung yang multi-direction (ke berbagai arah), biasanya
dipilih yang melingkar. Narrow-angle tomography menghasilkan
gambaran yang tidak mengalami perubahan bentuk dan tajam pada
obyek yang berada pada bidang fokal. Semua struktur diperlihatkan
dalam focus yang tajam.
WIDE ANGLE-TOMOGRAPHY NARROW-ANGLE TOMOGRAPHY

Tomographic arc lebih dari 10 ̊ (biasanya 30 ̊ Tomographic arc kurang dari 10 ̊


sampai 50 ̊)

Ketebalan irisan kurang Ketebalan irisan lebih tinggi

Terdapat ketidaktajaman pada gambaran bidang Sangat sedikit ketidaktajaman pada


fokal gambaran bidang fokal

Obyek di luar bidang fokal mengalami blur Obyek di luar bidang fokal mengalami
maksimal blur yang minimal

Baik untuk memperlihatkan jaringan dengan Baik untuk memperlihatkan jaringan


kontras tinggi dengan kontras yang rendah (misalnya
paru-paru)

Dapat dilakukan dengan pergerakan linear Biasanya digunakan dengan pergerakan


maupun sirkular sirkular

Waktu eksposi tinggi Waktu eksposi singkat


Panoramic
Radiograf panoramik adalah scanning gigi X-ray panorama rahang
atas dan bawah. Ini menunjukkan tampilan dua dimensi dari setengah
lingkaran dari telinga ke telinga. Radiografi panoramik adalah bentuk
tomography; dengan demikian, gambar dari beberapa pesawat yang
diambil untuk membuat gambar panorama komposit, di mana rahang
atas dan rahang bawah berada di palung fokus dan struktur yang
dangkal dan mendalam untuk palung adalah kabur.
Gambar 2.4 Pesawat Panoramic
Komponen Pesawat Panoramic
1. Tube head sinar-X, menghasilkan berkas sinar-X yang sempit
dengan penyudutan ke arah atas kira-kira 80 dari bidang
horizontal.
2. Kaset film dan kaset carriage (tempat kaset), terbuat perisai
tembaga, dihubungkan dengan tube head sehingga dapat
bergerak saling berlawanan arah selama eksposi. Hal ini
menghasilkan pergerakan tomografi yang singkron pada bidang
vertikal. Kaset yang digunakan adalah kaset tipis yang fleksibel
atau kaset yang kaku dengan dilengkapi screen, biasanya ukuran
kaset 5 x 12 inchi atau 6 x 12 inchi.
3. Peralatan untuk memposisikan pasien termasuk light beam
marker.
4. Hand Grips, digunakan untuk pegangan tangan pasien dan untuk
mengurangi pergerakan pasien pada pesawat panoramik posisi berdiri
(stand up unit). Wheel chair digunakan untuk tempat duduk pasien
yang dapat diputar untuk memudahkan penataan posisi pada
pesawat panoramik posisi duduk (sit down unit). Light beam marker
(sinar penanda) digunakan untuk membantu memposisikan pasien
jika pasien menghadap ke dinding. Bite block digunakan untuk
mengganjal gigi agar insisivus sentral atas dan bawah pada posisi
“ujung dengan ujung” sehingga dapat menghindari superposisi.
Penopang dagu digunakan untuk meletakkan dagu pasien agar tidak
bergerak.
Prinsip Kerja Pesawat Panoramic

Prinsip kerja pesawat panoramik menggunakan tiga pusat


putaran. Hasilnya sangat memuaskan karena dapat mengatasi
masalah-masalah yang ada sebelumnya yaitu terjadi banyak
superposisi pada gigi bagian posterior. Pada pesawat ini pasien dalam
keadaan diam, sumber sinar-X dan film berputar mengelilingi pasien,
gerakan kurva film kaset berputar pada sumbunya dan bergerak
mengelilingi pasien. Sumber sinar-X dan tempat kaset bergerak
bersamaan dan berlawanan satu sama lain. Celah sempit pada tabung
mengeluarkan sinar yang menembus dagu pasien mengenai film yang
berputar berturut-turut pada tiga sumbu rotasi, satu sumbu
konsentris untuk region anterior pada rahang (tepatnya di sebelah
incisivus pada region premolar). Dan dua sumbu rotasi eksentris
untuk bagian samping rahang (tepatnya di belakang molar tiga kiri
dan kanan.
Computed Tomography Scan (CT-Scan)
CT Scan ( Computed Tomography Scanner ) adalah suatu prosedur
yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut
kecil dari tulang tengkorak dan otak.CT-Scan merupakan alat
penunjang diagnosa yang mempunyai aplikasi yang universal utk
pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti sususan saraf pusat, otot
dan tulang, tenggorokan, rongga perut.
Gambar 2.5 Peswat CT Scan
Komponen Pesawat CT-Scan
Meja pemeriksaan, merupakan tempat pasien diposisikan untuk
dilakukannya pemeriksaan CT-Scan, bentuknya kurva dan terbuat
dari Carbon Graphite Fiber. Setiap scanning satu slice selesai, maka
meja akan bergeser sesuai ketebalan slice (slice thickness).
Gantry, merupakan komponen pesawat CT-Scan yang didalamnya
terdapat tabung sinar-x, filter, detector, DAS (Data Acquisition
System), dan lampu indikator untuk sentrasi. Di dalam gantry
terdapat komponen-komponen sebagai berikut:
Tabung sinar-x, berfungsi sebagai pembangkit sinar-X.
Kolimator, pada pesawat CT-Scan, umumnya terdapat dua buah
kolimator, yaitu :
Kolimator pada tabung sinar-x, yang fungsinya adalah untuk:
mengurangi dosis radiasi, sebagai pembatas luas lapangan
penyinaran dan mengurangi bayangan penumbra dengan adanya
focal spot kecil.
Kolimator pada detector, yang fungsinya adalah untuk : pangarah
radiasi menuju ke detector, pengontrol radiasi hamburan dan
menentukan ketebalan lapisan (slice thickness).
Detector dan DAS (Data Acquisition System), jumlah detector
keseluruhan adalah 512 detector, yang menggunakan gas Xenon
bertekanan tinggi.Setelah sinar-x menembus objek, maka akan
diterima oleh detector yang selajutnya dilakukan proses pengolahan
data oleh DAS. Adapun fungsi detector dan DAS secara garis besar
adalah : menangkap sinar-x yang telah menembus objek, mengubah
sinar-x dalam bentuk cahaya tampak, kemudian mengubah cahaya
tampak menjadi signal-signal elektron dan mengubah signal
tersebut ke dalam data digital.
Komputer, merupakan pengendali dari semua instrumen pada CT-
Scan, berfungsi untuk melakukan proses scanning, rekonstruksi atau
pengolahan data, menampilkan (display) gambar serta menganalisa
gambar.Adapun elemen-elemen pada komputer adalah sebagai
berikut :
• Input device adalah unit yang menterjemahkan data-data dari luar ke dalam
bahasa komputer sehingga dapat menjalankan program atau instruksi.
• CPU (Central Processing Unit), merupakan pusat pengolahan dan
pengontrolan dari keseluruhan system komputer yang sedang bekerja.
Terdiri atas : ALU (Arithmetric Logic Unit) yang melaksanakan proses berupa
arithmetric operation seperti penambahan, pengurangan, pembagian serta
perkalian, kemudian terdapat Control Unit yang berfungsi mengontrol
keseluruhan sistem komputer dalam melakukan pengolahan data, dan
Memory unit yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan data ataupun
yang sedang dikerjakan.
• Output device, digunakan untuk menampilkan hasil program atau
instruksi sehingga dapat dengan mudah dilihat oleh personil yang
mengoperasikannya, misalnya CRT (Cathoda Ray Tube).
• Layar TV monitor, berfungsi sebagai alat untuk menampilkan
gambar dari objek yang diperiksa serta menampilkan instruksi-
instruksi atau program yang diberikan.
• Image recording, berfungsi untuk menyimpan program hasil kerja
dari komputer ketika melakukan scanning, rekonstruksi dan display
gambar. Di R.S. Pusat Pertamina digunakan :
• Compact Disc
• Multi-format Camera
Prinsip Dasar Pesawat CT-Scan
Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat radiografi yang
sudah lebih umum dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama
memanfaatkan intensitas radiasi terusan setelah melewati suatu
obyek untuk membentuk citra/gambar. Perbedaan antara keduanya
adalah pada teknik yang digunakan untuk memperoleh citra dan pada
citra yang dihasilkan. Tidak seperti citra yang dihasilkan dari teknik
radiografi, informasi citra yang ditampilkan oleh CT scan tidak
tumpang tindih (overlap) sehingga dapat memperoleh citra yang
dapat diamati tidak hanya pada bidang tegak lurus berkas sinar
(seperti pada foto rontgen), citra CT scan dapat menampilkan
informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu,
citra ini dapat memberikan sebaran kerapatan struktur internal obyek
sehingga citra yang dihasilkan oleh CT scan lebih mudah dianalisis
daripada citra yang dihasilkan oleh teknik radiografi konvensional.
Prinsip Kerja Pesawat CT-Scan

Gambar 2.6 Bagan Prinsip Kerja CT


Scanner
Dengan menggunakan tabung sinar-x sebagai sumber radiasi
yang berkas sinarnya dibatasi oleh kollimator, sinar x tersebut
menembus tubuh dan diarahkan ke detektor.
Berkas radiasi yang melalui suatu materi akan mengalami
pengurangan intensitas secara eksponensial terhadap tebal bahan
yang dilaluinya.
Pemrosesan data
Suatu sinar sempit (narrow beam) yang dihasilkan oleh X-ray
didadapatkan dari perubahan posisi dari tabung X-ray, hal ini juga
dipengaruhi oleh collimator dan detektor. Secara sederhana dapat
digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.7 Collimator dan Detektor


Sinar X-ray yang telah dideteksi oleh detektor kemudian
dikonversi menjadi arus listrik yang kemudian ditransmisikan ke
komputer dalam bentuk sinyal melaui proses berikut :

Gambar 2.8 Proses pembentukan citra


Setelah diperoleh arus listrik dan sinyal aslinya, maka sinyal tadi
dikonversi ke bentuk digital menggunakan A/D Convertor agar sinyal
digital ini dapat diolah oleh komputer sehingga membentuk citra yang
sebenarnya. Hasilnya dapat dilihat langsung pada monitor komputer
ataupun dicetak ke film. Berikut contoh citra yang diperoleh dalam
proses scanning menggunakan CT Scanner :

Gambar 2.9 Hasil whole body scanning


Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan sebuah teknik radiologi yang
menggunakanmagnetisasi, radiofrekuensi, dan computer untuk
menghasilkangambaran struktur tubuh. MRI adalah suatu alat
diagnostik gambar berteknologi tinggi yangmenggunakan medan
magnet, frekuensi radio tertentu danseperangkat komputer untuk
menghasilkan gambar irisan-irisanpenampang tubuh manusia.

Gambar 2.10 Pesawat MRI


Komponen Pesawat MRI
1. Magnet utama, dipakai untuk membangkitkan medan magnet
berkekuatan besar yang mampu menginduksi jaringan tubuh
sehingga menimbulkan magnetisasi. Beberapa jenis magnet utama,
antara lain :
• Magnet permanen, terbuat dari beberapa lapis batang keramik
ferromagnetik dan memiliki kuat medan magnet maksimal 0,3 Tesla.
Magnet ini di rancang dalam bentuk tertutup maupun terbuka (C shape)
dengan arah garis magnetnya adalah antero-posterior.
• Magnet resistif, medan magnet dari jenis resistif dibangkitkan dengan
memberikan arus listrik pada kumparan. Kuat medan magnet yang mampu
dihasilkan mencapai 0,3 Tesla.
• Magnet Super Conductor, magnet ini mampu menghasilkan medan magnet
hingga berkekuatan 0,5 Tesla-3.0 Tesla, dan sekarang banyak dipakai untuk
kepentingan klinik. Helium cair digunakan untuk mempertahankan kondisi
superkonduktor agar selalu berada pada temperatur yang diperlukan.
2. Koil Gradien, dipakai untuk membangkitkan medan magnet
gradien yang berfungsi untuk menentukan irisan, pengkodean
frekuensi, dan pengkodean fase. Terdapat tiga medan yang saling
tegak lurus, yaitu bidang x,y, dan z. Peranannya akan saling
bergantian berkaitan dengan potongan yang dipilih yaitu aksial,
sagital atau coronal. Gradien ini digunakan untuk memvariasikan
medan pada pusat magnet yang terdapat tiga medan yang saling
tegak lurus antara ketiganya (x,y,z). Kumparan gradien dibagi 3, yaitu
:
• Kumparan gradien pemilihan irisan (slice) – Gz
• Kumparan gradien pemilihan fase encoding – Gy
• Kumparan gradien pemilihan frekuensi encoding - Gx
3. Koil Radio Frekuensi (RF Coil) terdiri dari 2 yaitu koil pemancar dan
koil penerima. Koil pemancar berfungsi untuk memancarkan
gelombang radio pada inti yang terlokalisir sehingga terjadi eksitasi,
sedangkan koil penerima berfungsi untuk menerima sinyal output
setelah proses eksitasi terjadi. Koil RF dirancang untuk sedekat
mungkin dengan obyek agar sinyal yang diterima memiliki
amplitudo besar. Beberapa jenis koil RF diantaranya :
• Koil Volume ( Volume Coil )
• Koil Permukaan ( Surface Coil )
• Koil Linier
• Koil Kuadrat
• Phase Array Coil
4. Sistem Komputer, bertugas sebagai pengendali diri dari sebagian
besar peralatan MRI. Dengan kemampuan piranti lunak yang besar
komputer mampu melakukan tugas-tugas multi (multi tasking),
diantaranya adalah operator input, pemilihan slice, kontrol sistem
gradien, kontrol sinyal RF dan lain-lain. Komputer juga berfungsi
untuk mengolah sinyal hingga menjadi citra MRI yang dapat dilihat
pada layar monitor, disimpan ke dalam piringan magnetik, atau bisa
langsung dicetak.
Prinsip Dasar Pesawat MRI

Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat diagnostik


muthakhir untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh dengan
menggunakan medan magnet yang besar dan gelombang frekuensi
radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X, ataupun bahan radioaktif,
yang menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh /
organ manusia dengan meng-gunakan medan magnet berkekuatan
antara 0,064 – 1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran
terhadap inti atom hidrogen. Merupakan metode rutin yang dipakai
dalam diagnosis medis karena hasilnya yang sangat akurat.
Beberapa faktor kelebihan yang dimiliki-nya, terutama
kemampuannya membuat potongan koronal, sagital, aksial dan oblik
tanpa banyak memanipulasi posisi tubuh pasien sehingga sangat
sesuiai untuk diagnostik jaringan lunak. Teknik penggambaran MRI
relatif komplek karena gambaran yang dihasilkan tergantung pada
banyak parameter. Bila pemilihan para-meter tersebut tepat,
kualitas gambar MRI dapat memberikan gambaran detail tubuh
manusia dengan perbedaan yang kontras, sehingga anatomi dan
patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara teliti.
Prinsip Kerja Pesawat MRI

Alat MRI berupa suatu tabung berbentuk bulat dari magnet yang
besar. Penderita berbaring di tempat tidur yang dapat digerakkan ke
dalam (medan) magnet. Magnet akan menciptakan medan magnetik
yang kuat lewat penggabungan proton-proton atom hidrogen dan
dipaparkan pada gelombang radio. Ini akan menggerakkan proton-
proton dalam tubuh dan menghasilkan sinyal yang diterima akan
diproses oleh komputer guna menghasilkan gambaran struktur tubuh
yang diperiksa.
Gambar 2.11 Prinsip kerja pesawat MRI
Untuk menghasilkan gambaran MRI dengan kualitas yang optimal
sebagai alat diagnostik, maka harus memperhitungkan hal-hal yang
berkaitan dengan teknik penggambaran MRI, antara lain :
• Persiapan pasien serta teknik pemeriksaan pasien yang baik,
• Kontras yang sesuai dengan tujuan pemeriksaanya,
• Artefak pada gambar, dan cara mengatasinya,
• Tindakan penyelamatan terhadap keadaan darurat.
Single Photon Emmision Computed Tomography (SPECT)

Emisi foton tunggal computed tomography (SPECT / spet) adalah


kedokteran nuklir teknik pencitraan menggunakan sinar gamma
secara tomografi . Hal ini sangat mirip dengan pencitraan nuklir
kedokteran planar konvensional menggunakan kamera gamma
(gamma camera). Namun SPECT, mampu memberikan 3D informasi.
Informasi ini biasanya disajikan sebagai irisan penampang melalui
pasien, tetapi dapat secara bebas diformat ulang atau dimanipulasi
sesuai kebutuhan. Citra proyeksi planar standar diperoleh dari
putaran 180° (umumnya SPECT untuk jantung) dan 360° (untuk SPECT
bukan jantung). Umumnya SPECT menggunakan satu atau lebih
head/kepala sintilasi kamera yang bergerak mengelilingi pasien.
Gambar 2.12 Pesawat SPECT
Komponen Pesawat SPECT

Kamera sinar gamma dikopel dengan gantry (head + gantry).


Dapat bergerak mengelilingi obyek, sebagaimana pada CT.
Menggunakan colimator khusus untuk menangkap foton dari
lapisan obyek tertentu.
Konstruksi lobang-lobang colimator (colimator hole) dibuat supaya
dapat menangkap foton yang terpancar dari kedalaman tertentu
organ tertentu.
Apabila head bergerak (scanning) maka detektor akan menangkap
foton-foton dari lapisan tertentu saja, yang dibutuhkan untuk
penggambaran .
Prinsip Dasar Pesawat SPECT

SPECT pencitraan dilakukan dengan menggunakan kamera


gamma untuk mendapatkan beberapa gambar 2-D (juga disebut
proyeksi ), dari berbagai sudut. Sebuah komputer kemudian
digunakan untuk menerapkan rekonstruksi tomografi algoritma ke
beberapa proyeksi, menghasilkan kumpulan data 3-D. Kumpulan data
ini kemudian dapat dimanipulasi untuk menunjukkan irisan tipis
sepanjang sumbu yang dipilih dari tubuh, mirip dengan yang
diperoleh dari teknik tomografi lain, seperti magnetic resonance
imaging (MRI), X-ray computed tomography (X-ray CT), dan tomografi
emisi positron (PET).
Prinsip Kerja Pesawat SPECT

Gamma Camera dengan desain khusus.


Mempunyai 1, 2 atau 3 detector head.
Makin banyak detector head, akuisisi data makin cepat.
Rotating Gamma Camera berputar 180°- 360° mengelilingi pasien.
Akuisisi data oleh detector.Didapatkan 1 seri gambar matrix dinamic
planar. Terdiri dari 64 gambar pada matrix (128 x 128).
Untuk mengurangi keterbatasan SPECT (kolimator dan waktu
pengambilan data). Maka dilengkapi dengan dua atau tiga kamera
sintilasi yang dapat bergerak mengelilingi pasien.
Dengan multi kepala kamera dimungkinkan untuk menggunakan
kolimator resolusi relatif tinggi pada suatu batas kuantum mottle dalam
pencitraan dibanding dengan kepala kamera tunggal (gamma camera).
Rekonstruksi data oleh komputer
Filtered back Projection
Dalam beberapa format : transaxial, sagital, coronal, planar dan 3
dimensi.
Gambar 2.13 Prinsip kerja pesawat SPECT
Positron Emission Tomography (PET)
Positron Emission Tomography (PET) Scan merupakan salah satu
modalitas kedokteran nuklir, yang untuk pertama kali dikenalkan oleh
Brownell dan Sweet pada tahun 1953. Prototipenya telah dibuat pada
sekitar tahun 1952, sedangkan alatnya pertama kali dikembangkan di
Massachusetts General Hospital, Boston pada tahun 1970. Positron
yang merupakan inti kinerja PET pertama kali diperkenalkan oleh PAM
Dirac pada akhir tahun 1920-an.
PET adalah metode visualisasi metabolisme tubuh menggunakan
radioisotop pemancar positron. Oleh karena itu, citra (image) yang
diperoleh adalah citra yang menggambarkan fungsi organ tubuh.
Fungsi utama PET adalah mengetahui kejadian di tingkat sel yang
tidak didapatkan dengan alat pencitraan konvensional lainnya.
Kelainan fungsi atau metabolisme di dalam tubuh dapat diketahui
dengan metode pencitraan (imaging) ini. Hal ini berbeda dengan
metode visualisasi tubuh yang lain seperti foto rontgen, computed
tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI) dan single
photon emission computerized tomography (SPECT).
Komponen Pesawat PET
• Detektor
• Coincidence Processing Unit
• Sinogram/Listmode Data
• Image Reconstruction

Gambar 2.14 Komponen pesawat PET Gambar 2.15 Detektor pesawat PET
Prinsip Dasar Pesawat PET

Sel-sel kanker memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi dari


sel-sel lain. Salah satu karakteristik adalah bahwa sel-sel kanker
memerlukan tingkat yang lebih tinggi glukosa untuk energi. Ini adalah
langkah-langkah proses biologis PET. Positron emisi tomografi (PET)
membangun sistem pencitraan medis gambar 3D dengan mendeteksi
gamma sinar radioaktif yang dikeluarkan saat glukosa (bahan
radioaktif) tertentu disuntikkan ke pasien. Setelah dicerna, gula
tersebut diolah diserap oleh jaringan dengan tingkat aktivitas yang
lebih tinggi / metabolisme (misalnya, tumor aktif) daripada bagian
tubuh.
Prinsip Kerja Pesawat PET
PET-scan dimulai dengan memberikan suntikan FDG (suatu
radionuklida glukosa-based) dari jarum suntik ke pasien. Sebagai
FDG perjalanan melalui tubuh pasien itu memancarkan radiasi
gamma yang terdeteksi oleh kamera gamma, dari mana aktivitas
kimia dalam sel dan organ dapat dilihat. Setiap aktivitas kimia
abnormal mungkin merupakan tanda bahwa tumor yang hadir.
Sinar Gamma yang dihasilkan ketika sebuah positron dipancarkan
dari bahan radioaktif bertabrakan dengan elektron dalam jaringan.
Tubrukan yang dihasilkan menghasilkan sepasang foton sinar
gamma yang berasal dari situs tabrakan di arah yang berlawanan
dan terdeteksi oleh detektor sinar gamma diatur di sekitar pasien.
Detektor PET terdiri dari sebuah array dari ribuan kilau kristal dan
ratusan tabung photomultiplier (PMTS) diatur dalam pola melingkar
di sekitar pasien. Kilau kristal mengkonversi radiasi gamma ke dalam
cahaya yang dideteksi dan diperkuat oleh PMTS.
Gambar 2.16 Proses anhilisai pada pencitraan PET
Gambar 2.17 Blok Diagram Sistem PET-Scan
Kesimpulan
Body Section Radiography atau Radiografi Irisan Tubuh merupakan
teknik pemeriksaan radiografi yang memotong tubuh dalam bidang
axial, coronal dan transversal.
Modalitas dalam body section radiography bermacam-macam, yaitu:
• Tomografi
• Panoramic
• Computed Tomography Scan (CT Scan)
• Magnetic Resonance Imaging (MRI)
• Single Photon Emisson Tomography (SPECT)
• Positron Emission Tomography (PET)
Cara kerja dari masing-masing modalitas masih mengandalkan radiasi
pengion kecuali modalitas MRI. Adapun prinsip kerja dari masing-masing
modalitas ialah:
• Pada tomografi, panoramic dan CT Scan menggunakan radiasi pengion
eksternal berupa sinar-X dan image receptor/detector yang berputar
bersamaan.
• Pada MRI menggunakan medan magnet yang dibangkitkan dari kumparan
magnet dan magnet-magnet ini akan menggetarkan electron dalam tubuh
dan energy getaran tersebut akan ditangkan oleh detector.
• Pada SPECT dan PET menggunakan radiasi pengion internal, yang mana
radionuklida yang telah dicampur senyawa pembawa ke masing-masing
organ yang selanjutnya disebut radiofarmaka dimasukkan ke dalam tubuh
pasien. Namun pada SPECT radiofarmaka yang dimasukkan memancarkan
radiasi gamma sedangkan pada PET radiofarmaka yang dimasukkan
memancarkan radiasi positron. Pada SPECT sinar gamma akan langsung
ditangkap oleh detector yang mengelilingi tubuh. Sedangkan pada PET
radiasi positron akan bertabrakan dengan electron tubuh sehingga terjadi
anihilasi dan terbentuk radiasi gamma yang akan direkam oleh detector.
DAFTAR PUSTAKA
Radiology. Philadelphia : Lea & Febiger.Meredith, W.J. dan J.B. Massey.
1977. Fundamental Physics of Radiology, Third Edition.
Bristol : John Wright & Sons Ltd.
Clark, K.C. 1974. Positioning in Radiography, Ninth Edition.London :
Ilford Limited. Curry, Thomas S, dll. 1984. Christensen’s Introduction to
the Physics of Diagnostic
Plaats, G.J. Van Der. 1969. Medical X-Ray Technique, Third Revised and
Enlarged Edition. Netherlands : Centrex Publishing Company.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai