Kepmenkes 537/2020
Pedoman Pengelolaan
Peraturan Pemerintah Limbah Medis
Undang-undang
Undang-undang 101/2014 Pengelolaan Fasyankes dan Limbah
32/2009 Lingkungan
36/2009 Kesehatan Limbah Bahan dari Kegiatan Isolasi
Hidup
Berbahaya dan Beracun Mandiri di Masyarakat
dalam Penanganan
Covid-19
Kontainer
Logam Berat Radioaktif
Bertekanan
Jenis Limbah Fasyankes Berdasarkan Karakteristiknya
Pemilahan/pewadahan
Penyimpanan
Pengangkutan
Pengolahan
Video Pengelolaan Limbah Covid-19
Pemilahan dan Pewadahan
• Limbah B3 medis dimasukkan ke dalam wadah/bin yang dilapisi kantong plastik
warna kuning yang bersimbol “biohazard”.
• Hanya limbah B3 medis berbentuk padat yang dapat dimasukkan ke dalam
kantong plastik limbah B3 medis.
• Bila di dalamnya terdapat cairan, maka cairan harus dibuang ke tempat
penampungan air limbah yang disediakan atau lubang di wastafel atau WC yang
mengalirkan ke dalam IPAL (instalasi pengolahan Air Limbah).
• Setelah ¾ penuh atau paling lama 12 jam, sampah/limbah B3 dikemas dan diikat
rapat kemudian setiap 24 jam harus diangkut, dicatat dan disimpan pada TPS
Limbah B3 atau tempat yang khusus.
• Petugas wajib menggunakan APD lengkap.
Pemilahan dan Pewadahan
Jumlah
Jenis Tanggal Sumber Tanggal Jumlah Bukti Sisa LB3
Limbah Maksimal Tujuan
No Limbah B3 Masuk Limbah B3 penyimpanan Keluar Limbah Penyerahan Nomor yang ada di
Masuk Limbah B3 B3 Limbah B3 Dokumen TPS
Masuk
(A) (B) (C) (D) (E) (F) (G) (H) (I) (J) (K)
7
Penyimpanan (Persyaratan TPS)
Insineras Disinfeksi
Non Insinerasi Solidifikasi/ Stabilisasi
i Kimia
Suhu insinerasi:
• Temperatur pada ruang bakar utama (primary chamber) minimal 800˚C.
• Temperatur pada ruang bakar kedua (secondary chamber) minimal 1.000˚C dengan
waktu tinggal minimal 2 (dua) detik.
Ketinggian cerobong:
• 20 m atau 1,5 kali bangunan tertinggi apabila terdapat bangunan dengan ketinggian
lebih dari 20 m dalam radius 50 m untuk insinerator yang mengolah limbah B3 dari
kegiatan sendiri.
• 30 m atau 1,5 kali bangunan tertinggi apabila terdapat bangunan yang memiliki
ketinggian lebih dari 30 m dalam radius 50 m untuk insinerator yang mengolah limbah
B3 dari kegiatan lain.
Pengolahan Limbah dengan Insinerator (2)
Izin
Izininsinerasi
insinerasidari
dari Izin sterilisasi dari Izin desinfeksi dari Dinas Izin enkapsulasi dari Izin solidifikasi dari Dinas
Kementerian Lingkungan
Kementerian Lingkungan Kementerian Lingkungan Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
Hidup
HidupdandanKehutanan
Kehutanan Hidup dan Kehutanan
Insinerasi
Insinerasi Sterilisasi
Sterilisasi Desinfeksi
Desinfeksi Enkapsulasi
Enkapsulasi Solidifikasi
Solidifikasi
Pengolahan
• Untuk Fasyankes yang tidak memiliki peralatan tersebut dapat langsung
melakukan penguburan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
• Limbah didesinfeksi terlebih dahulu dengan disinfektan berbasis klor 0,5%,
• Limbah dirusak supaya tidak berbentuk asli agar tidak dapat digunakan kembali,
• Limbah dikubur dengan konstruksi yang ditetapkan pada Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan nomor P.56 tahun 2015.
• Konstruksi penguburan sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan nomor P.56 tahun 2015 adalah sebagaimana gambar berikut ini:
Pencatatan dan Pelaporan
• Pengolahan juga dapat menggunakan jasa perusahaan pengolahan yang berizin,
dengan melakukan perjanjian kerja sama pengolahan.
• Pengolahan harus dilakukan sekurang-kurangnya 2 x 24 jam.
• Timbulan/volume limbah B3 harus tercatat dalam log book setiap hari.
• Memiliki manifes limbah B3 yang telah diolah (menggunakan manifest
elektronik).
• Melaporkan pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait jumlah
limbah B3 medis yang dikelola melalui Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi/Kabupaten/Kota.
Pengangkutan ke Perusahaan Pengolah Limbah B3
Fasyankes yang tidak dapat mengolah limbahnya secara mandiri dapat bekerja sama
dengan pengolah limbah B3 medis dan harus memiliki perjanjian kerja sama dengan
perusahaan pengolah dan pengangkut limbah.
Desinfeksi Limbah Medis
PENGOLAHAN
PENGOLAHANLIMBAH
LIMBAHMEDIS
MEDISBEKERJA
BEKERJASAMA
SAMADENGAN
DENGANPERUSAHAAN
PERUSAHAANBERIZIN
BERIZIN
Tempat
Tempat Perusahaan
Perusahaan Perusahaan
Perusahaan
penyimpanan
penyimpanan Depo
DepoKecamatan/
Kecamatan/ pengangkut
pengangkut pengolah
pengolahlimbah
limbah
sementara
sementara(TPS)
(TPS) Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota limbah
limbahB3
B3 B3
B3
Fasyankes
Fasyankes
Fasyankes
Fasyankesharus
harusmemiliki
memilikiperjanjian
perjanjiankerja
kerjasama
samadengan
denganperusahaan
perusahaanpengolah
pengolahdan
danpengangkut
pengangkutlimbah
limbah
Air Limbah Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Air Limbah
• Semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan
mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif serta darah yang berbahaya bagi
kesehatan.
• Semua air buangan termasuk tinja, berasal dari kegiatan penanganan pasien Covid-19 yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme khususnya virus Corona, bahan kimia beracun, darah dan
cairan tubuh lain, serta cairan yang digunakan dalam kegiatan isolasi pasien meliputi cairan dari mulut
dan/atau hidung atau air kumur pasien dan air cucian alat kerja, alat makan dan minum pasien
dan/atau cucian linen, yang berbahaya bagi kesehatan.
• Proses penanganan limbah cair dari sumber penghasil, penyaluran hingga pengolahannya termasuk
pengawasan, pencatatan dan pelaporan sehingga memenuhi baku mutu efluen yang berlaku dan
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.
Prinsip dan Tujuan Pengelolaan Air Limbah
Prinsip
Tujuan
Pra Pengolahan
Pengumpulan terpisah Pengumpulan sedikit Screen/filter Grease Trap Netralisasi Pengolahan disinfektan
Penyaluran
Gravitasi Pompa Kombinasi
Pengolahan lumpur
Bak pengering lumpur Bak stabilisasi lumpur Mesin pengering lumpur
Desinfeksi
Klorin Ultraviolet Ozon
Pembuangan
Badan Air
PermenLHK P-68/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
Blatchley III, ER, et. al. 2007. Effects of Wastewater Disinfection on Waterborne Bacteria and Viruses. Water Environment Research 79.1: 81-92.
Alat Ukur Klorin
Sisa Klorin
Minimum 0,2 mg/L sisa klorin pada saat air akan dibuang ke badan air.
Deklorinasi bisa dilakukan dengan mengalirkan air pada saluran terbuka agar
klorin menguap sebelum dibuang ke badan air.
Cara Memilih IPAL
Memahami dengan benar konsep yang terjadi Risiko kesulitan dalam operasional, pemeliharaan,
pada setiap sistem IPAL. dan perawatan termasuk garansi dan cuku cadang.
Melihat IPAL yang sudah beroperasi di tempat lain Hasil effluent air limbah memenuhi baku mutu
minimal 3 tahun. (dibuktikan dengan hasil uji).
Sistem IPAL ekonomis dalam operasional, Jika ada rencana pengembangan, gunakan IPAL
pemeliharaan, dan perawatan. yang dapat dipindahkan/ditambah (modular).
Menentukan kapasitas IPAL dengan asumsi 80% dari pemakaian air bersih (diukur dari flow meter debit air) atau 80%
dari pemakaian air bersih yaitu 0,5 m3/hari/tempat tidur (WHO) bila tidak ada flow meter.
Pengelolaan Sampah Domestik
Pencegahan
(Prevention)
Pengurangan
(Reduce)
Tren pengelolaan limbah saat ini adalah
mengutamakan kegiatan pencegahan (prevention)
Penggunaan Kembali/ timbulan limbah, sehingga tidak banyak limbah yang
dibuang (disposal).
Guna Ulang (Reuse)
Apabila upaya prevention dan 3R dilakukan dengan
baik maka akan mengurangi beban Fasyankes untuk
Daur Ulang pemusnahan limbah dan mengurangi beban TPA
(Recycle) dalam menerima limbah.
Terima Kasih
Kementerian Kesehatan
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktorat Kesehatan Lingkungan