Anda di halaman 1dari 43

Pengelolaan Limbah Fasyankes

pada Pandemi Covid-19


Kementerian Kesehatan
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktorat Kesehatan Lingkungan
Regulasi Terkait Pengelolaan Limbah Medis

Kepmenkes 537/2020
Pedoman Pengelolaan
Peraturan Pemerintah Limbah Medis
Undang-undang
Undang-undang 101/2014 Pengelolaan Fasyankes dan Limbah
32/2009 Lingkungan
36/2009 Kesehatan Limbah Bahan dari Kegiatan Isolasi
Hidup
Berbahaya dan Beracun Mandiri di Masyarakat
dalam Penanganan
Covid-19

Permenkes 41/2019 PermenLHK P.56/2015


Permenkes 18/2020
Penghapusan dan Tata Cara dan
Pengelolaan Limbah PermenLHK P-68/2016
Penarikan Alat Persyaratan Teknis
Medis Fasilitas Baku Mutu Air Limbah
Kesehatan Bermerkuri Pengelolaan Limbah
Pelayanan Kesehatan Domestik
di Fasilitas Pelayanan Bahan Berbahaya dan
Berbasis Wilayah
Kesehatan Beracun dari Fasyankes
Karakteristik Limbah Fasyankes (PermenLHK P-56/2015)

Tajam Patologis Infeksius

Kimia Farmasi Sitotoksik

Kontainer
Logam Berat Radioaktif
Bertekanan
Jenis Limbah Fasyankes Berdasarkan Karakteristiknya

Limbah infeksius &


patologi
15%

Limbah kimia &


farmasi
Limbah
3%tajam
Termometer &
tabung1%rusak
1%
Limbah domestik
80%

Limbah Covid-19 bisa berupa


limbah infeksius atau limbah tajam.
Definisi Operasional Limbah B3 Fasyankes
• Limbah bahan berbahaya dan beracun fasilitas pelayanan kesehatan (limbah B3
Fasyankes) disebut juga limbah medis dapat berbentuk padat, cair, atau gas.
• Limbah medis padat adalah barang atau bahan sisa hasil kegiatan yang tidak
digunakan kembali yang berpotensi terkontaminasi oleh zat yang bersifat
infeksius atau kontak dengan pasien dan/atau petugas di Fasyankes yang
menangani pasien Covid-19.
• Meliputi masker bekas, sarung tangan bekas, perban bekas, tisu bekas, plastik
bekas minuman dan makanan, kertas bekas makanan dan minuman, alat suntik
bekas, set infus bekas, Alat Pelindung Diri bekas, sisa makanan pasien dan lain-
lain.
• Berasal dari kegiatan pelayanan di UGD, ruang isolasi, ruang ICU, ruang
perawatan, dan ruang pelayanan lainnya.
Pengelolaan Limbah B3 Fasyankes

Pemilahan/pewadahan

Penyimpanan

Pengangkutan

Pengolahan
Video Pengelolaan Limbah Covid-19
Pemilahan dan Pewadahan
• Limbah B3 medis dimasukkan ke dalam wadah/bin yang dilapisi kantong plastik
warna kuning yang bersimbol “biohazard”.
• Hanya limbah B3 medis berbentuk padat yang dapat dimasukkan ke dalam
kantong plastik limbah B3 medis.
• Bila di dalamnya terdapat cairan, maka cairan harus dibuang ke tempat
penampungan air limbah yang disediakan atau lubang di wastafel atau WC yang
mengalirkan ke dalam IPAL (instalasi pengolahan Air Limbah).
• Setelah ¾ penuh atau paling lama 12 jam, sampah/limbah B3 dikemas dan diikat
rapat kemudian setiap 24 jam harus diangkut, dicatat dan disimpan pada TPS
Limbah B3 atau tempat yang khusus.
• Petugas wajib menggunakan APD lengkap.
Pemilahan dan Pewadahan

Pemilahan dilakukan mulai dari


sumber oleh penghasil limbah (misal: Wadah diberi label/lambang sesuai
dokter, perawat), di setiap kategori/kelompok limbah dan
sumber/ruangan ditempatkan wadah diberikan kantong plastik sesuai
yang sesuai dengan limbah yang warna.
dihasilkan.

Wadah jarum suntik bekas dapat


berupa safety box di tempat Needle cutter atau needle destroyer
dilakukan tindakan, setelah dapat digunakan untuk memisahkan
menyuntik, alat suntik langsung jarum suntik, memisahkan jarum dari
dimasukkan ke dalam safety box syringe.
tanpa menutup kembali.
Needle Burner/Cutter
Pemilahan dan Pewadahan

Kategori Warna Lambang Keterangan

Limbah radioaktif Merah Kotak/kantong bertimbal

Limbah sangat Kotak/kantong kuat, anti


infeksius Kuning bocor, dan dapat disterilisasi
dengan autoklaf

Limbah infeksius, Kuning Kotak/kantong kuat dan


patologis, anatomi anti bocor

Kotak/kantong kuat dan anti


Limbah sitotoksis Ungu bocor

Limbah kimia dan Cokelat Kotak/kantong kuat dan anti


farmasi bocor
Label Pemilahan Sampah di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet
Pemilahan dan Pewadahan
Kantong Safety box
biohazard jarum

Wheel bin (wadah dengan roda)


Pengangkutan ke TPS
• Pengumpulan limbah B3 medis padat ke TPS Limbah B3 dilakukan dengan
menggunakan alat transportasi khusus limbah infeksius dan petugas
menggunakan APD.
• Berikan simbol Infeksius dan label, serta keterangan “Limbah Sangat Infeksius”
atau “Infeksius Khusus”.
• Limbah B3 Medis yang telah diikat setiap 12 jam di dalam wadah/bin harus
diangkut dan disimpan pada TPS Limbah B3 atau tempat yang khusus.
• Pada TPS Limbah B3 kemasan sampah/limbah B3 Covid-19 dilakukan desinfeksi
dengan menyemprotkan disinfektan (sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan)
pada plastik sampah yang telah terikat.
• Setelah selesai digunakan, wadah/bin didesinfeksi dengan disinfektan seperti
klorin 0,5%, lisol, karbol, dan lain-lain.
Penyimpanan
• Limbah B3 Medis padat yang telah diikat, dilakukan disinfeksi menggunakan
disinfektan berbasis klorin konsentrasi 0,5% bila akan diangkut ke pengolah.
• Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan alat transportasi khusus limbah
dan petugas menggunakan APD.
• Petugas pengangkut yang telah selesai bekerja melepas APD dan segera mandi
dengan menggunakan sabun antiseptik dan air mengalir.
• Dalam hal tidak dapat langsung dilakukan pengolahan, maka limbah dapat
disimpan dengan menggunakan freezer/cold storage yang dapat diatur suhunya
di bawah 0℃ di dalam TPS.
• Melakukan disinfeksi dengan disinfektan klorin 0,5% pada TPS Limbah B3 secara
menyeluruh, sekurang-kurangnya sekali dalam sehari.
Log Book
MASUKNYA LIMBAH B3 KE TPS KELUARNYA LIMBAH B3 DARI TPS SISA

Jumlah
Jenis Tanggal Sumber Tanggal Jumlah Bukti Sisa LB3
Limbah Maksimal Tujuan
No Limbah B3 Masuk Limbah B3 penyimpanan Keluar Limbah Penyerahan Nomor yang ada di
Masuk Limbah B3 B3 Limbah B3 Dokumen TPS
Masuk

(A) (B) (C) (D) (E) (F) (G) (H) (I) (J) (K)

7
Penyimpanan (Persyaratan TPS)

Terlindung dari Permukaan


Saluran air
Lantai kedap air air hujan dan mudah
yang baik
cuaca ekstrim dibersihkan

Mudah diakses Pencahayaan


Persediaan air Aman dan
petugas dan dan ventilasi
cukup dapat dikunci
kendaraan yang baik

Anti hewan Dilengkapi Dilengkapi


Tidak mudah
pengganggu dengan simbol dengan
terbakar
dan serangga dan keterangan koordinat lokasi
Lama Penyimpanan

Kimia, farmasi, sitotoksik, tabung


Patologis, infeksius, dan tajam:
bertekanan, dan logam berat:

Paling lama 2 hari pada suhu


90 hari bila yang dihasilkan
>0C atau 90 hari pada suhu
> 50 kg per hari atau lebih
<0C

Sampai 7 hari di suhu 3-8C 180 hari bila yang dihasilkan


atau 90 hari di suhu <0C < 50 kg per hari
Lemari Pendingin untuk Penyimpanan
Pengolahan
• Pengolahan limbah B3 medis dapat menggunakan
insinerator/autoklaf/gelombang mikro, dalam kondisi darurat, penggunaan
peralatan tersebut dikecualikan untuk memiliki izin.
• Untuk Fasyankes yang menggunakan insinerator, abu/residu insinerator agar
dikemas dalam wadah yang kuat untuk dikirim ke penimbun berizin.
• Bila tidak memungkinkan untuk dikirim ke penimbun berizin, abu/residu
insinerator dapat dikubur sesuai konstruksi yang ditetapkan pada Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor P.56 tahun 2015.
• Untuk Fasyankes yang menggunakan autoklaf/gelombang mikro, residu
autoklaf/gelombang mikro agar dikemas dalam wadah yang kuat.
• Residu autoklaf/gelombang mikro dapat dikubur dengan konstruksi yang
ditetapkan pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor
P.56 tahun 2015.
Teknologi Pengolahan

Termal Non Termal

Insineras Disinfeksi
Non Insinerasi Solidifikasi/ Stabilisasi
i Kimia

Insinerator Autoklaf Microwave Klorin Enkapsulasi Inertisasi


Pengolahan dengan Insinerator (1)

Suhu insinerasi:
• Temperatur pada ruang bakar utama (primary chamber) minimal 800˚C.
• Temperatur pada ruang bakar kedua (secondary chamber) minimal 1.000˚C dengan
waktu tinggal minimal 2 (dua) detik.
Ketinggian cerobong:
• 20 m atau 1,5 kali bangunan tertinggi apabila terdapat bangunan dengan ketinggian
lebih dari 20 m dalam radius 50 m untuk insinerator yang mengolah limbah B3 dari
kegiatan sendiri.
• 30 m atau 1,5 kali bangunan tertinggi apabila terdapat bangunan yang memiliki
ketinggian lebih dari 30 m dalam radius 50 m untuk insinerator yang mengolah limbah
B3 dari kegiatan lain.
Pengolahan Limbah dengan Insinerator (2)

Memiliki alat pengendalian pencemaran udara:


• wet scrubber
• filter
• sprayer

Menyediakan fasilitas pengambilan sampel emisi udara:


• tangga
• pijakan/platform
• lubang pengambilan sampel

Memenuhi baku mutu emisi udara dari sumber tidak bergerak.

Memenuhi syarat pembuangan abu hasil insinerasi.


Uji Kinerja Teknologi Pengolahan
Teknologi Uji Kinerja Pemberi Izin Residu

Insinerator Uji emisi KLHK Landfill Kelas 1


Spora Bacillus stearothermophilus
Autoklaf konsentrasi 1 x 104 spora/ml KLHK Non B3

Gelombang mikro Spora Bacillus stearothermophilus


(Microwave) konsentrasi 1 x 101 spora/ml KLHK Non B3

Spora Bacillus stearothermophilus


Iradiasi frekuensi konsentrasi 1 x 104 spora/ml KLHK Non B3

Spora Bacillus Subtillis konsentrasi 1


Disinfeksi Kimia x 101 spora/ml Kabupaten/ Kota Non B3

Uji kuat tekan


Uji TCLP (Toxicity Characteristic
Solidifikasi Leaching Procedure) Kabupaten/ Kota Non B3
PENGOLAHAN
PENGOLAHANLIMBAH
LIMBAHMEDIS
MEDIS

Izin
Izininsinerasi
insinerasidari
dari Izin sterilisasi dari Izin desinfeksi dari Dinas Izin enkapsulasi dari Izin solidifikasi dari Dinas
Kementerian Lingkungan
Kementerian Lingkungan Kementerian Lingkungan Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
Hidup
HidupdandanKehutanan
Kehutanan Hidup dan Kehutanan

Insinerasi
Insinerasi Sterilisasi
Sterilisasi Desinfeksi
Desinfeksi Enkapsulasi
Enkapsulasi Solidifikasi
Solidifikasi
Pengolahan
• Untuk Fasyankes yang tidak memiliki peralatan tersebut dapat langsung
melakukan penguburan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
• Limbah didesinfeksi terlebih dahulu dengan disinfektan berbasis klor 0,5%,
• Limbah dirusak supaya tidak berbentuk asli agar tidak dapat digunakan kembali,
• Limbah dikubur dengan konstruksi yang ditetapkan pada Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan nomor P.56 tahun 2015.
• Konstruksi penguburan sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan nomor P.56 tahun 2015 adalah sebagaimana gambar berikut ini:
Pencatatan dan Pelaporan
• Pengolahan juga dapat menggunakan jasa perusahaan pengolahan yang berizin,
dengan melakukan perjanjian kerja sama pengolahan.
• Pengolahan harus dilakukan sekurang-kurangnya 2 x 24 jam.
• Timbulan/volume limbah B3 harus tercatat dalam log book setiap hari.
• Memiliki manifes limbah B3 yang telah diolah (menggunakan manifest
elektronik).
• Melaporkan pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait jumlah
limbah B3 medis yang dikelola melalui Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi/Kabupaten/Kota.
Pengangkutan ke Perusahaan Pengolah Limbah B3

TPS Perusahaan Perusahaan


Depo/TPS RS
Puskesmas Pengangkut Pengolah
Izin Penyimpanan
Izin Penyimpanan Izin Pengangkutan Izin Pengolahan
sebagai TPS Depo

Fasyankes yang tidak dapat mengolah limbahnya secara mandiri dapat bekerja sama
dengan pengolah limbah B3 medis dan harus memiliki perjanjian kerja sama dengan
perusahaan pengolah dan pengangkut limbah.
Desinfeksi Limbah Medis
PENGOLAHAN
PENGOLAHANLIMBAH
LIMBAHMEDIS
MEDISBEKERJA
BEKERJASAMA
SAMADENGAN
DENGANPERUSAHAAN
PERUSAHAANBERIZIN
BERIZIN

Izin pengolahan dari


Izin TPS dari Dinas Izin TPS depo dari Dinas Izin pengangkutan dari Dinas/
Kementerian Lingkungan
Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup Kementerian Perhubungan
Hidup dan Kehutanan

Tempat
Tempat Perusahaan
Perusahaan Perusahaan
Perusahaan
penyimpanan
penyimpanan Depo
DepoKecamatan/
Kecamatan/ pengangkut
pengangkut pengolah
pengolahlimbah
limbah
sementara
sementara(TPS)
(TPS) Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota limbah
limbahB3
B3 B3
B3
Fasyankes
Fasyankes

Fasyankes
Fasyankesharus
harusmemiliki
memilikiperjanjian
perjanjiankerja
kerjasama
samadengan
denganperusahaan
perusahaanpengolah
pengolahdan
danpengangkut
pengangkutlimbah
limbah
Air Limbah Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Air Limbah

• Semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan
mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif serta darah yang berbahaya bagi
kesehatan.

Air Limbah Spesifik Covid-19

• Semua air buangan termasuk tinja, berasal dari kegiatan penanganan pasien Covid-19 yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme khususnya virus Corona, bahan kimia beracun, darah dan
cairan tubuh lain, serta cairan yang digunakan dalam kegiatan isolasi pasien meliputi cairan dari mulut
dan/atau hidung atau air kumur pasien dan air cucian alat kerja, alat makan dan minum pasien
dan/atau cucian linen, yang berbahaya bagi kesehatan.

Pengelolaan Air Limbah

• Proses penanganan limbah cair dari sumber penghasil, penyaluran hingga pengolahannya termasuk
pengawasan, pencatatan dan pelaporan sehingga memenuhi baku mutu efluen yang berlaku dan
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup.
Prinsip dan Tujuan Pengelolaan Air Limbah
Prinsip

• Menghilangkan atau mengurangi kontaminan yang terdapat di dalam limbah cair


sehingga hasil olahan limbah dapat dimanfaatkan kembali atau tidak
mengganggu lingkungan apabila dibuang ke lingkungan.

Tujuan

• Mengurangi jumlah padatan terlarut.


• Mengurangi jumlah padatan terapung.
• Mengurangi jumlah bahan organik.
• Menghilangkan mikroorganisme patogen.
• Mengurangi jumlah bahan kimia yang berbahaya dan beracun.
• Mengurangi unsur nutrisi (N dan P) yang berlebihan.
• Mengurangi unsur lain yang memiliki dampak negatif terhadap kesehatan.
Pengelolaan Air Limbah
Sumber
Hujan Dapur Laundry Laboratorium Poliklinik Rawat Bedah

Pra Pengolahan
Pengumpulan terpisah Pengumpulan sedikit Screen/filter Grease Trap Netralisasi Pengolahan disinfektan

Penyaluran
Gravitasi Pompa Kombinasi

Pengolahan Air Limbah


Lumpur Aktif Extended Aeration Rotating Biological Contactor Filter Anaerobik Anaerobik-Aerobik

Pengolahan lumpur
Bak pengering lumpur Bak stabilisasi lumpur Mesin pengering lumpur

Desinfeksi
Klorin Ultraviolet Ozon

Pembuangan
Badan Air
PermenLHK P-68/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik

Parameter Satuan Kadar Maksimum


pH - 6-9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak dan lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform Jumlah/100mL 3000
Debit L/orang/hari 100
Desinfeksi Air Limbah
Klorinasi
• Desinfeksi air limbah dilakukan dengan klorin (Cl2) sebagai oksidator dalam bentuk gas klor
dioksida (ClO2) serta dalam bentuk padat/cair sodium hipoklorit (NaOCl) dan kalsium hipoklorit
(CaOCl2) klorinasi dapat menggunakan injection (gas), kontak (tablet), dan dozing pump (cair).
Ozonisasi
• Ozon mampu membunuh mikroorganisme melalui oksidasi langsung dengan merusak dinding
sel mikroorganisme (cell lysis) sekaligus membunuhnya, proses oksidasi oleh radikal bebas
hidrogen peroksida (H2O2) dan hydroxyl radical (OH) dengan potensial oksidasi yang sangat
tinggi (2,8 V).
Sterilisasi Ultra Violet
• Sinar ultra violet diabsorpsi oleh asam nukleat tanpa menyebabkan kerusakan pada
permukaan sel, sehingga terjadi ikatan antara molekul-molekul Timin yang bersebelahan dan
menyebabkan terbentuknya dimer Timin sehingga fungsi asam nukleat terganggu dan
mengakibatkan kematian mikroorganisme.
Efektivitas Desinfeksi Ultraviolet
• Ultraviolet (UV) dapat menjadi pengolahan yang efektif untuk disinfeksi virus
pada air limbah apabila didesain secara tepat, desain desinfeksi ultraviolet yang
tepat dapat membuatnya lebih efektif daripada klorinasi.
• Akan tetapi tidak mungkin untuk memperkirakan perhitungan inaktivasi virus
pada sistem IPAL secara umum karena umumnya IPAL tidak didesain untuk
melakukan inaktivasi virus.
• Efektivitas desinfeksi ultraviolet sangat bergantung pada faktor-faktor seperti:
• Beban virulensi
• Kualitas air
• Proses pengolahan
• Desain sistem

Blatchley III, ER, et. al. 2007. Effects of Wastewater Disinfection on Waterborne Bacteria and Viruses. Water Environment Research 79.1: 81-92.
Alat Ukur Klorin

Sisa Klorin
Minimum 0,2 mg/L sisa klorin pada saat air akan dibuang ke badan air.
Deklorinasi bisa dilakukan dengan mengalirkan air pada saluran terbuka agar
klorin menguap sebelum dibuang ke badan air.
Cara Memilih IPAL
Memahami dengan benar konsep yang terjadi Risiko kesulitan dalam operasional, pemeliharaan,
pada setiap sistem IPAL. dan perawatan termasuk garansi dan cuku cadang.

Keuntungan dan kerugian yang terjadi jika


Efektivitas IPAL terhadap pengolahan parameter.
memakai IPAL.

Melihat IPAL yang sudah beroperasi di tempat lain Hasil effluent air limbah memenuhi baku mutu
minimal 3 tahun. (dibuktikan dengan hasil uji).

Sistem IPAL ekonomis dalam operasional, Jika ada rencana pengembangan, gunakan IPAL
pemeliharaan, dan perawatan. yang dapat dipindahkan/ditambah (modular).

Menentukan kapasitas IPAL dengan asumsi 80% dari pemakaian air bersih (diukur dari flow meter debit air) atau 80%
dari pemakaian air bersih yaitu 0,5 m3/hari/tempat tidur (WHO) bila tidak ada flow meter.
Pengelolaan Sampah Domestik
Pencegahan
(Prevention)

Pengurangan
(Reduce)
Tren pengelolaan limbah saat ini adalah
mengutamakan kegiatan pencegahan (prevention)
Penggunaan Kembali/ timbulan limbah, sehingga tidak banyak limbah yang
dibuang (disposal).
Guna Ulang (Reuse)
Apabila upaya prevention dan 3R dilakukan dengan
baik maka akan mengurangi beban Fasyankes untuk
Daur Ulang pemusnahan limbah dan mengurangi beban TPA
(Recycle) dalam menerima limbah.

Pem Fasyankes dapat bekerja sama dengan usaha kecil


buan menengah (UKM) untuk mendaur ulang limbah
gan maupun untuk pembuatan kompos/biodigester.
(Disp
Contoh Produk Ramah Lingkungan
bit.ly/HCWMCOVID-19

Terima Kasih
Kementerian Kesehatan
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktorat Kesehatan Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai