Peran Mahkamah Konstitusi Dalam Politik Nasional Sebagai Perwujudannegara
Peran Mahkamah Konstitusi Dalam Politik Nasional Sebagai Perwujudannegara
Hukum tata Negara telah mengajarkan adanya constitutionalism theory (teori konstitusionalisme) bahwa eksistensi
konstitusi bagi suatu Negara dimaksudkan untuk membatasi kekuasaan Negara dimaksudkan untuk membatasi kekuasaan
agar tidak bertindak absolut, sehingga materi muatannya harus menentukan adanya check and balances (kesetaraan
kekuasaan dan saling mengontrol) antar lembaga Negara atau antar penguasa negara. Namun realita Undang-Undang
Dasar 1945 (sebelum perubahan) justru menentukan, antara lain, bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, kekuasaan yang tertinggi di tangan Majelis
Permusyawaratan Rakyat, dan Presiden ialah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi di bawah Majelis.
R U MU S A N K O N S T I T U S I YA N G D E M I K I A N ME NE G A S KA N B A HWA U U D 1 9 4 5
ME R U PA K A N H U K U M T E RT I N G G I D A L AM ME N G AT UR D A N M E N G A R A H K A N
P E N Y E L E N GG A RA AN N E G A R A . S E B A G A I K O N S E K U E NS I N YA MP R T I D A K L A G I
B E R K E D U D UK A N S E B A GA I L E M B A GA T E RT I N G G I NE G A R A D A N T I DA K ME MP UN YA I
K E K U A S A A N T E RT I NG G I . D E N G A N D E MI K I A N K E D U D U K A N MP R S E JA JA R D E N G A N
L E MB A G A- L E MB A G A T I N G G I N E G A R A L A I N N YA S E P E RT I D P R , D P D , P R E S I D E N , D A N
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Tugas, Fungsi dan Wewenang Mahmakah Konstitusi ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Menjelaskan tentang tugas, fungsi dan wewenang Mahkamah Konsitusi sebagai salah satu pelaku
kekuasaan kehakiman di Indonesia,
Menurut Satjipto Rahardjo, terdapat beberapa pertanyaan mendasar yang muncul dalam studi politik hukum, yaitu:
(1) tujuan apa yang hendak dicapai dengan sistem hukum yang ada;
(2) cara-cara apa dan yang mana, yang dirasa paling baik untuk bisa dipakai mencapai tujuan tersebut;
(3) kapan waktunya hukum itu perlu diubah dan melalui cara-cara bagaimana perubahan itu sebaiknya dilakukan; dan
(4) dapatkah dirumuskan suatu pola yang baku dan mapan, yang bisa membantu memutuskan proses pemilihan
tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut secara baik. Ibid, hlm 352-353
Menurut Padmo Wahjono, Pengertian politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara yang bersifat
mendasar dalam menentukan arah, bentuk maupun isi daripada hukum yang akan dibentuk dan tentang apa
yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu. Dengan demikian, Pengertian Politik Hukum menurut
Padmo Wahjono berkaitan dengan hukum yang berlaku di masa yang akan datang (ius constituendum).
Padmo Wahjono, "Indonesia Berdasarkan Atas Hukum", (Jakarta: Gahlia Indonesia, 1986), hal. 160
Pengertian politik hukum menurut Teuku Mohammad Radhie ialah sebagai suatu pernyataan kehendak
penguasa Negara mengenai hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum
yang dibangun. Ibid, hal. 29
Menurut Moh. Mahfud MD, menyatakan bahwa jika kita berasumsi bahwa hukum merupakan produk politik, maka dalam
menjawab hubungan antara hukum dan politik, dapat dikatakan bahwa hukum dipandang sebagai dependent variable
(variabel terpengaruh), sedangkan politik diletakan sebagai independent variable (variabel berpengaruh). Peletakan hukum
sebagai variabel yang tergantung atas politik atau politik yang determinan atas hukum itu mudah dipahami dengan melihat
realitas, bahwa kenyataannya hukum dalam artian sebagai peraturan yang abstrak (pasal-pasal yang imperatif) merupakan
kristalisasi dari kehendak-kehendak politik yang saling berinteraksi dan bersaingan. Sidang parlemen bersama pemerintah
untuk membuat undang-undang sebagai produk hukum pada hakikatnya merupakan adegan konstestasi agar kepentingan
aspirasi semua kekuatan politik dapat terakomodasi di dalam keputusan politik dan menjadi undang-undang.
Moh. Mahfud MD, "Politik Hukum Indonesia", (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hal. 10
Pengertian Politik Hukum
Nasional
1. Politik hukum nasional harus 3. Politik hukum nasional juga harus
bertujuan untuk mencapai tujuan 2. Politik hukum nasional harus sesuai dengan cita-cita hukum Negara
dipandu oleh nilai-nilai Pancasila Indonesia, dipandu oleh keharusan
Negara yakni :
sebagai dasar Negara yaitu : untuk :
Melindungi segenap bangsa dan Melindungi semua unsur bangsa demi
seluruh tumpah darah Indonesia Berbasis moral agama
Menghargai dan melindungin hak- integrasi atau kebutuhan bangsa
Memajukan kesejahteraan umum Mewujudkan keadilan social dalam
Mencerdaskan kehidupan bangsa hak asasi manusia tanpa diskriminasi
ekonomi dan kemasyarakatan
Mencerdaskan ketertiban dunia Mempersatukan seluruh unsur
Mewujudkan demokrasi (kedaulatan
berdasarkan kemerdekaan, bangsa dengan ikatan primordialnya rakyat dan nomokrasi (kedaulatan
perdamaian abadi, dan keadilan Meletakkan kekuasaan di bawah hukum
social kekuasaan rakyat Menciptakan toleransi hidup
Membangun keadilan social beragama berdasarkan keadaban dan
kemanusiaan
Pengertian Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi adalah salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Hal tersebut
tertera dalam pasal 24 (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Visi dari Mahkamah Konstitusi adalah untuk menegakkan konstitusi dalam rangka mewujudkan cita-
cita negara hukum dan demokrasi demi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang bermatabat.
Adapun misi dari Mahkamah Konstitusi terbagi dua yaitu mewujudkan diri sebagai salah satu
kekuasaan kehakiman yang modern dan terpercaya, serta membangun konstitusionalitas Indonesia
dan budaya sadar berkonstitusi.
Tugas dan Fungsi Mahkamah
Konstitusi
Di jelaskan dalam UUD 1945 Pasal 24 C Ayat 1 dan 2 bahwa tugas Mahkamah Konstitusi sebagai berikut :
Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap UUD
Memutus sengketa kewenangan Lembaga negara yg kewenangannya di berikan kepada UUD
Memutus pembubaran partai politik
Memutus perselisihan hasil pemilu
Dan memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran olej presiden dan wakil presiden menurut UUD
1. Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat
final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan
lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran
partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
2. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan.atau Wakil presiden menurut Undang-undang Dasar.
Peran Mahkamah Konstitusi
dalam Politik Hukum Nasional
Menurut Jimly Asshidiqie, Mahkamah Konstitusi di banyak Negara ditempatkan sebagai elemen penting
dalam system negara konstitusional modern. Keberadaan Mahkamah Konstitusi ini lebih banyak untuk
menyelesaikan konflik antar lembaga Negara, karenaditempatkan dalam proses perubahan menuju Negara
yang demokratis tak bias dihindari munculnya “pertentangan” antar lembaga Negara.
Gagasan pembentukan Mahkamah Konstitusi tidak lain merupakan dorongan dalam penyelenggaraan
kekuasaan dan ketatanegaraan yang lebih baik, paling tidak ada 4 (empat) hal yang melatarbelakangi dan
menjadi pijakan dalam pembentukan Mahkamah Konstitusi (1) sebagai implikasi dari konstitusionalisme;
(2) mekanisme check and balances; (3) Penyelenggaraan Negara yang bersih; dan (4) perlindungan
terhadap Hak Asasi Manusia.
Sehubungan dengn gagasan check and balances itu, fungsi penyelesaian sengketa di antara lembaga
Negara yang sederajat itu, perlu diatur mekanismenya. Jika dulu MPR yang berkedudukan sebagai
lembaga tertinggi negara, penjelmaan seluruh rakyat, dan pelaku sepenuhnya kedaulatan rakyat
Indonesia berwenang dan memang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengatasi
persengketaan semacam itu, maka dengan perubahan UUD 1945, telah mengubah mekanisme
penyelesaian sengketa tersebut.
Perubahan UUD 1945 (1999 – 2002) telah membawa perubahan besar dalam system ketatanegaraan
Indonesia, baik dalam pelembagaan kekuasaan legislatife, eksekutif, maupun yudisial (kekuasaan
kehakiman). Dalam system kekuasaan kehakiman (yudisial), di samping MA dan badan-badan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, dan lingkungan peradilan tata usaha
negara telah memuncul Mahkamah Konstitusi (MK) dan Komisi Yudisial (KY).
Namun dalam melaksanakan fungsi sebagai pengawal kosntitusi, meenurut Mahfud MD, maka Mahkamah
Konstitusi dalam hak uji materi perlu dibatasi oleh minimal hal-hal sebagai berikut :
Pertama, dalam membuat putusan, Mahkamah Konstitusi tidk boleh memuat isi yang bersifat mengatur
Kedua, dalam membuat putusan, Mahkamah Konstitusi tidak boleh memutus batal atau tidak batal sebuah
UU atau sebagian isi UU yang bersifat terbuka yakni yang oleh UUD didistribusikan (diserahkan
pengaturannya) ke hadapan UU
Ketiga, dalam membuat keputusan, Mahkamah Konstitusi tidak boleh memutus hal- hal yang tidak diminta
(ultra pelita)
Selain dari ketiga hal tersebut, seharusnya Mahkamah Konstitusi tidak membuat putusan-putusan yang ,menyangkut
kepentingannya sendiri baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Ini sesuai dengan asas nemo judex in causa
sua atau nemo judex indoneus in propria causa yang menyatakan bhwa hakim tidak memeriksa dan memutus atau
menjadi hakim dalam hal-hal yang terkait dengan dirinya. Seperti yang terjadi dalam putusan Mahkamah Konstitusi yang
terkati dengan dirinya.
Pertama, membatalkan isi UU tentang Mahkamah Konstitusi yang menyatakan bahwa Mahkamah Konstitusi hanya boleh
menguji UU yang dikeluarkan setelah perubahan UUD 1945;
Kedua, membatalkkan isi UU Komisi Yudisial (KY) yang menyatakan bahwa KY berwenang (juga) mengawasi hakim
konstitusi.
Kedua hal tersebut dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi melalui pengujian yang dilakukannya
Kesimpulan
Dari uraian tersebut di atas, maka Kedua, Mahkamah Konstitusi sebagai Ketiga, Ke depan diharapkan
penulis dapat menyimpulkan bahwa:
salah satu pelaku kekuasaan kehakiman kemandirian dan keseriusan Mahkamah
Pertama, Sejak dibentuknya pada tahun
diharapkan mampu mengendalikan citra Konstitusi untuk menjalankan fungsinya
2003 yang lalu, Mahkamah Konstitusi
telah memperlihatkan kinerja baik lembaga peradilan di Indonesia sebagai sebagai penafsir konstitusi, dengan tidak
yang menurut penilaian kalangan kekuasaan kehakiman yang merdeka menjadi superbody (merasa benar dan
banyak telah memberikan kontribusi yang dapat dipercaya dalam menegakkan mempunyai kuasa lebih) dalam
yang jelas demi terlaksananya aamanat hukum dan keadilan. Terlebih lagi dengan menghasilkan tafsiran konstitusi yang
konstitusi negara, misalnya, teelah
adanya kasus yang menimpa pimpinan keluar dari nilai-nilai yang tertanam
banyak menerima permintaan dan
melakukan pengujian UU dan putusan- MK dan hal tersebut menodai citra positif dalam Undang-Undang Dasar Negara
putusan dinilai positif oleh masyarakat. yang selama ini dilekatkan padanya. Republik Indonesia 1945.