Anda di halaman 1dari 61

Laporan Kasus

Tuli Mendadak
Disusun oleh:
Irviana Adyada (1102015103)
  
Pembimbing :
dr. Dian Nurul Al Amini, Sp.THT-KL
Laporan Kasus
Identitas

Nama : Ny. T
Usia : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Pademangan, Jakarta Utara
Pekerjaan : Penjaga Kost
Nomor RM : 0237**
Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 12 April 2021 di Poliklinik THT
Rumah Sakit YARSI

• Keluhan Utama : Pendengaran berkurang sejak 1 bulan yang lalu


• Keluhan Tambahan : Telinga berdenging
Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. T 51 tahun datang ke poli THT RS Yarsi dengan keluhan berkurangnya pendengaran
sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya 1 bulan yang lalu, sesaat setelah bangun tidur pasien
merasakan pendengarannya pada telinga sebelah kirinya hilang sehingga tidak bisa
mendengar apapun, malam sebelumnya pasien merasakan nyeri kepala dan pasien minum
obat sakit kepala setelah itu hilang dan pasien tidur, setelah itu pasien berobat ke dokter THT
dan diberkan 3 macam obat minum dan 1 obat tetes telinga, setelah beberapa hari
pendengaran pasien berangsur membaik namun belum pulih seperti sebelumnya, saat ini
pasien mengatakan jika mendengar orang lain berbicara terdengar tidak jelas dan pasien
merasakan telinganya sering berdenging. Pasien pernah terjatuh yang membentur kepala
pasien hingga koma, setelah sadar pendengaran telinga kanan pasien menghilang, dokter THT
mengatakan telinga kanan pasien tuli dan tidak dapat diobati. Pasien memiliki riwayat
hipertensi dan diabetes mellitus yang tidak terkontrol.
Nyeri pada telinga, pusing berputar, hidung tersumbat, kelainan darah, konsumsi obat-
obatan beberapa waktu terakhir, keluar cairan dari telinga, demam, korek kuping, batuk pilek
disangkal oleh pasien.
Riwayat Pasien
Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Pengobatan Riwayat Kebiasaan
Keluarga
•Pasien pernah terjatuh •Riwayat penyakit •Pasien pernah berobat •Riwayat korek kuping :
yang membentur kepala serupa: Disangkal ke dokter THT saat Disangkal
pasien hingga koma, • Riwayat Diabetes keluhan pertama kali • Riwayat merokok:
setelah sadar melitus: Ada muncul dan diberikan 3 Disangkal
pendengaran kuping •Riwayat Hipertensi : Ada obat minum dan 1 obat •Riwayat terpapar bising:
kanan pasien tetes telinga Ada, pasien suka
menghilang, dokter THT •Riwayat penggunaan mendengarkan music
mengatakan telinga Antibiotik : Disangkal dengan volume keras
kanan pasien tuli dan •Riwayat penggunaan dengan cara
tidak dapat diobati. Antimalaria: Disangkal menempelkan
•Pasien menderita • Riwayat penggunaan telinganya di speaker
hipertensi sejak ± 5 Antituberkulosis:
tahun yang lalu Disangkal
• Pasien menderita •Riwayat penggunaan
diabetes melitus sejak ± diuretic: Disangkal
1 tahun yang lalu • Simvastatin 1x1 sehari
• Glucophage 2x1 sehari
Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum & Tanda Vital


• Keadaan umum : Tampak sakit ringan
• Kesadaran : Compos Mentis

Tanda vital
• Tekanan darah : 140/82 mmHg
• Suhu : 36,5 oC
• Nadi : 80 x/menit
• RR : 16 x/menit
Status Generalis
Kepala
• Normosefali, deformitas (-), Facies adenoid (-), distribusi rambut merata

Mata
• Sklera ikterik -/-, konjungtiva pucat -/-, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+

Leher
• Pembesaran kelenjar getah bening -/-

Paru
• Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung
• Bunyi Jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
• Datar, supel, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), organomegali (-)

Ekstremitas
• Akral hangat, clubbing finger (-)
Pemeriksaan Telinga
Kanan   Kiri

Telinga luar

Normotia Daun telinga Normotia

Hiperemis (-) Hiperemis (-)


Abses (-) Abses (-)
Retroaurikuler
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Fistel (-) Fistel (-)

Liang telinga

Lapang Lapang/sempit Lapang

Hiperemis (-) Warna epidermis Hiperemis (-)


Pemeriksaan Telinga
(-) Sekret (-)
(-) Serumen (-)
Intak
Perforasi sentral
Refleks cahaya (+) di Membran timpani
 
arah jam 5
Pemeriksaan Fungsi Pendengaran
Tidak Dilakukan Rinne Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan Weber Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan Swabach Tidak Dilakukan
Ambang dengar
Ambang dengar >90dB Audiometri
72,5dB
Pemeriksaan Telinga

AD AS
Kesan:
 AD : Liang telinga lapang, membrane timpani utuh
 AS : Liang telinga lapang, hiperemis (+), membran timpani perforasi sentral
Pemeriksaan Telinga

Kesan
 Tuli sensorineural sangat berat dengan
ambang dengar >90 dB AD
 Tuli campur berat dengan ambang dengar
72,5 dB AS

Audiometri Nada Murni


Pemeriksaan Hidung
Kanan   Kiri
Pemeriksaan luar
(-) Deformitas (-)
Nyeri tekan
(-) Dahi (-)
(+) Pipi (+)
(-) Krepitasi (-)
Rhinoskopi Anterior
Lapang Cavum nasi Lapang
Eutrofi Konka inferior Eutrofi
Eutrofi Konka media Eutrofi
Eutrofi Konka superior Eutrofi
Tenang Mukosa Tenang
Deviasi (-) Septum Deviasi (-)
(-) Sekret (-)

Tidak dilakukan Rhinoskopi Posterior Tidak dilakukan


Pemeriksaan Mulut dan Orofaring
Kanan   Kiri
Gigi
Ada Karies Ada
Lidah
Merah muda Warna Merah muda
Normoglossia Bentuk Normoglossia
Tidak ada Deviasi Tidak ada
Tidak ada Tremor Tidak ada
Arcus faring + uvula
Simetris
Simetris Simetris
/tidak

Merah muda Warna Merah muda

Bercak
Tidak ada Tidak ada
eksudat
Pemeriksaan Mulut dan Orofaring
Peritonsil
Merah muda Warna Merah muda
Tidak ada Edema Tidak ada
Tidak ada Abses Tidak ada
Tonsil
T1 Ukuran T1
Tidak hiperemis Warna Tidak hiperemis

Tidak rata Permukaan Tidak rata

Tidak melebar Kripta Tidak melebar


Tidak ada Detritus Tidak ada
Dinding faring posterior
Tidak hiperemis Warna Tidak hiperemis

Warna jaringan
Tidak ada Tidak ada
granulasi

Licin Permukaan Licin


Resume
Pasien perempuan berusia 51 tahun datang dengan keluhan penurunan
pendengaran sejak 1 bulan yang lalu. Pasien sudah berobat sebelumnya dan
mengatakan pendengarannya berangsur membaik. Keluhan saat ini berupa tinnitus
dan jika mendengar orang lain berbicara terdengar tidak jelas. Pasien memiliki
riwayat hipertensi dan diabetes mellitus yang tidak terkontrol.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien tampak sakit ringan, tekanan
darah 140/82 mmHg. Pada pemeriksaan hidung, mulut dan orofaring dalam batas
normal. Pada pemeriksaan telinga didapatkan meatus auditorius externus sinistra
hiperemis dan perforasi sentral membrane timpani sinistra. Pada pemeriksaan
audiometri didapatkan tuli sensorineural sangat berat dengan ambang dengar >90
dB AD, dan tuli campur berat dengan ambang dengar 72,5 dB AS.
Diagnosis

Diagnosis Kerja

• Tuli sensorineural sangat berat AD


• Tuli mendadak AS

Diagnosis Banding

• Noice Induce Hearing Loss AS


• Ototoksisitas AS
Tatalaksana

Medikamentosa Non-Medikamentosa

• Methylprednisolone • Tirah baring


2x16/12/8/4mg tapering off • Diet rendah garam
tiap 3 hari • Diet rendah gula
• Ranitidin 2x1 tablet • Diet rendah kolesterol
• Neurobion 3x500mg • Hiperbarik oksigen terapi
• Vitamin C 500mg 1x1 • Rujuk pasien ke spesialis
• Vitamin E 1x1 tablet THT
• Rujuk pasien ke penyakit
dalam
Prognosis

Quo ad vitam : Bonam


Quo ad sanationam : Dubia ad malam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Telinga
Anatomi Telinga Luar
Anatomi Telinga Tengah
Anatomi Telinga Dalam
Fisiologi Pendengaran
Gangguan Fisiologi Pendengaran

Gangguan telinga luar


Tuli konduktif
dan telinga tengah

Tuli koklea
Tuli
Gangguan telinga dalam
sensorineural
Tuli
retrokoklea
Gangguan Fisiologi Pendengaran
Tuli dibagi atas tuli konduktif, tuli sensorineural (sensoineural deafness) serta tuli campur (mixed deafness).
• Tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan oleh kelainan atau penyakit di telinga luar atau di telinga tengah.
• Tuli sensorineural (perseptif) kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam), nervus Vlll atau di pusat pendengaran
• Tuli campur, disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural. Tuli campur dapat merupakan satu penyakit,
misalnya radang telinga tengah dengan komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua penyakit yang berlainan, misalnya
tumor nervus Vlll (tuli saraf) dengan radang telinga tengah (tuli konduktif).

Suara yang didengar dapat dibagi dalam bunyi, nada murni dan bising.
• Bunyi (frekuensi 20 Hz - 18.000 Hz) merupakan frekuensi nada murni yang dapat didengar oleh telinga normal.
• Nada murni (pure tone), hanya satu frekuensi, misalnya dari garpu tala, piano.
• Bising (noise) dibedakan antara : NB (narrow band), terdiri atas beberapa frekuensi, spektrumnya terbatas dan WN (white
noise), yang terdiri dari banyak frekuensi.
 
TINJAUAN
PUSTAKA

TULI
MENDADAK
Definisi

Tuli mendadak (sudden deafness) ialah tuli yang terjadi secara tiba-tiba. Jenis
ketuliannya adalah sensorineural, penyebabnya tidak dapat langsung diketahui, biasanya
terjadi pada satu telinga. Beberapa ahli mendefinisikan tuli mendadak sebagai penurunan
pendengaran sensorineural 30 dB atau lebih, paling sedikit tiga frekuensi berturut-turut pada
pemeriksaan audiometri dan berlangsung dalam waktu kurang dari 3 hari.
Kerusakan terutama di koklea dan biasanya bersifat permanen, kelainan ini dimasukkan
ke dalam keadaan darurat neurotologi.
Etiologi

Iskemia koklea Trauma Obat ototoksik


• Karena spasme, • Trauma kepala • Antimalaria
thrombosis atau • Trauma bising yang keras • Antituberkulosis
perdarahan arteri auditiva • Perubahan tekanan • Diuretik
interna atmosfir

Penyakit lain Infeksi virus


• Autoimun • Virus parotis
• Penyakit Meniere • Virus campak
• Neuroma akustik • Virus influensa B dan
mononucleosis
Epidemiologi
Frekuensi

• Amerika Serikat
• 5-20 kasus per 100.000 orang
• Internasional
• 17,76 kasus per 100.000 populasi
• Indonesia
• 5-30 tiap 100.000 orang pertahun
• RS.M. Djamil Padang Agustus 2010 sampai 2011 berkisar 37 orang pasien

Seks

• Data gabungan dari beberapa penelitian menunjukkan sedikit dominasi laki-laki, yaitu 53%.
• Studi Korea Selatan oleh Kim et al: insiden SSNHL unilateral yang sedikit lebih besar pada wanita, dengan rasio pria-
wanita menjadi 1: 1,35.
• Indonesia: Laki-laki dan perempuan hampir sama

Usia

• Anak-anak dan orang tua lebih sedikit


• Insiden puncak tampaknya terjadi pada dekade keenam kehidupan.
• Orang dewasa muda memiliki tingkat kejadian yang serupa dengan orang dewasa paruh baya. Usia rata-rata saat
presentasi berkisar antara 40-54 tahun.
• Penelitian Sara dkk tuli mendadak bilateral cenderung terjadi pada usia yang lebih muda daripada bentuk unilateral.
• Indonesia: puncak usia 50-60 tahun.
Patofisiologi
● Infeksi virus labirin
● Gangguan pembuluh darah labirin
● Pecahnya membran intracochlear
● Penyakit telinga bagian dalam yang dimediasi oleh kekebalan
● Anemia defisiensi besi
Patofisiologi
● Infeksi virus labirin

Bukti yang menunjukkan adanya infeksi virus sebagai salah satu penyebab gangguan pendengaran
sensorik idiopatik mendadak adalah tidak langsung.

Studi histopatologi tulang temporal pasien yang mengalami ISSHL menemukan kerusakan di koklea
yang konsisten dengan cedera virus. Hilangnya sel rambut dan sel pendukung, atrofi membran
tektorial, atrofi stria vascularis, dan hilangnya neuron

Dalam satu studi tentang ISSHL, infeksi gondongan subklinis didokumentasikan pada 9 dari 130
pasien oleh antibodi gondongan imunoglobulin M (IgM) positif.
Patofisiologi
Gangguan pembuluh darah labirin

Fungsi koklea
sangat sensitif
terhadap perubahan Perubahan tekanan
suplai darah. oksigen perilimfe
Penurunan
Rumah siput adalah Kompromi vaskular telah diukur sebagai
oksigenasi koklea
organ ujung koklea karena respons terhadap
kemungkinan
sehubungan dengan trombosis, embolus, perubahan tekanan
merupakan
suplai darahnya, aliran darah yang darah sistemik atau
konsekuensi dari
tanpa pembuluh berkurang, atau tekanan parsial
perubahan aliran
darah kolateral. vasospasme karbon dioksida
darah koklea.
tampaknya menjadi intravaskular
etiologi yang (pCO2).
mungkin untuk
ISSHL.
Patofisiologi
Gangguan pembuluh darah labirin

Kerusakan Perdarahan
koklea setelah intracochlear Fibrosis dan
oklusi sebagai osifikasi
pembuluh perkembanga koklea.
labirin n awal
Patofisiologi
Pecahnya membran intracochlear

Kebocoran cairan
perilimfe ke telinga
tengah melalui jendela
Selaput tipis bundar atau jendela Pecahnya membran
Pecahnya salah satu
memisahkan telinga oval telah didalilkan intracochlear akan
atau kedua set
bagian dalam dari untuk menghasilkan memungkinkan
membran secara
telinga tengah, dan di gangguan pencampuran
teoritis dapat
dalam koklea, selaput pendengaran dengan perilymph dan
menyebabkan
halus memisahkan menciptakan keadaan endolymph, secara
gangguan
ruang perilimfatik dan hidrops endolimfatik efektif mengubah
pendengaran sensorik
endolimfatik relatif atau dengan potensi endokochlear
menghasilkan
pemecahan membran
intrakochlear
Patofisiologi
Penyakit telinga bagian dalam yang dimediasi oleh kekebalan

Kehilangan sensorineural progresif diamati dengan kondisi ini. Apakah gangguan pendengaran
mendadak terjadi dengan penyakit telinga bagian dalam yang dimediasi imun atau tidak masih belum
jelas, tetapi aktivitas imunologis di koklea didukung oleh bukti yang semakin banyak.

Dengan penanda yang lebih baik untuk autoimunitas telinga bagian dalam, mungkin hubungan yang
lebih besar dengan ISSNHL akan ditemukan. Sebuah studi prospektif baru-baru ini pada 51 pasien
dengan ISSNHL mendukung adanya beberapa gangguan yang dimediasi oleh imun pada pasien ini.
Patofisiologi
Anemia defisiensi besi

Sebuah studi oleh Chung et al menunjukkan sekitar 4000 orang dengan gangguan pendengaran
sensorineural mendadak dan sekitar 12.000 kontrol, menemukan bahwa 4,3% dari kelompok dengan
gangguan pendengaran sebelumnya telah didiagnosis dengan anemia defisiensi besi, dibandingkan
dengan 3,0% dari kelompok kontrol.

Hubungan antara gangguan pendengaran dan anemia tampaknya paling kuat pada orang yang berusia
44 tahun atau lebih muda.
Manifestasi Klinis

Tuli unilateral atau bilateral

Tinitus

Vertigo
Manifestasi Klinis

Iskemia koklea
• Bersifat mendadak atau menahun
• Kadang-kadang bersifat sementara atau berulang dalam serangan, tetapi biasanya
menetap.

Infeksi virus
• Timbulnya tuli mendadak biasanya pada satu telinga, dapat disertai dengan tinitus dan
vertigo.
• Timbul gejala dan tanda penyakit virus seperti parotis, varisela, variola atau pada
anamnesis baru sembuh dari penyakit virus tersebut.
• Pemeriksaan klinis tidak terdapat kelainan telinga
Diagnosis
Anamnesis
•Mengenai proses terjadinya ketulian, gejala yang menvertai serta faktor predisposisi penting untuk mengarahkan diagnosis.

Pemeriksaan fisik
•Termasuk tekanan darah sangat diperlukan. Pada pemeriksaan otoskopi tidak dijumpai kelainan pada telinga yang sakit.

BERA (pada anak)


•Menunjukkan tuli sensorineural ringan sampai berat.

Pemeriksaan ENG (Elektronistagografi)


•Paresis kanal.
Pemeriksaan tomografi komputer (CT Scan) dan pencitraan resonansi magnetic (MRI) dengan
kontras
•Diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis seperti neuroma akustik dan malformasi tulang temporal.

Pemeriksaan laboratorium
• Memeriksa kemungkinan infeksi virus, bakteri, hiperlipidemia, hiperfibrinogen. hipotiroid, penyakit autoimun
•MengetAhui ada tidaknya hiperkoagulasi: pemeriksaan faal hemostasis dan tes penyaring pembekuan darah.
Pemeriksaan Audiologi
• Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga yang sehat, Schwabach
Tes penala memendek.
• Kesan : tuli sensorineural.
Audiometri nada murni • Tuli sensorineural ringan sampai berat.

Tes SlSl (short increment • Skor: 100% atau kurang dari 70%
sensitivity index) • Kesan : ditemukan rekrutmen

Tes Tone decay atau


• Kesan: bukan tuli retrokoklea
refleks kelelahan negatif
• SDS (speech discrimination score)
Audiometri tutur (speech
• Kurang dari 100%
audiometry)
• Kesan : tuli sensorineural
• Timpanogram tipe A (normal) reflex stapedius ipsilateral negatif atau
Audiometri impedans : positif sedangkan kontra lateral positif.
• Kesan : tuli sensorineural koklea
Pemeriksaan Audiologi

Audiometri Tes SISI Tone Decay


Nada Murni
Pemeriksaan Audiologi

Audiometri Audiometri
tutur impedans
Diagnosis
Diagnosis Banding

Penyakit
Autoimun pada
Ototoksisitas
Telinga Bagian
Dalam

Fistula Fraktur Tulang


perilimfatik Temporal
Tatalaksana
Methylprednisolone
Tirah baring Vitamin C 500 mg 1 Neurobion
1 mg/kgBB/hr,
sempurna (total bed x 1 tablet perhari, (neurotonik) 3X1
tapering off tiap 3-5
rest) vitamin E 1 x1 tablet tablet perlhari
hari

Tuli berat >70dB: Tidak ada


Diit rendah garam
methylprednisolone perubahan: Obat lambung untuk
dan rendah
intravena 250- intratimpani pencegahan
kolesterol
500mg/hari kortikosteroid

Hiperbarik oksigen
terapi (HBO)
Tatalaksana
Pada pasien diabetes perlu diperhatikan, sebaiknya diberikan kortikosteroid injeksi dan bila perlu dilakukan
pemeriksaan gula darah

Konsultasi dengan Sub Bagian Hematologi Penyakit Dalam dan Bagian Kardiologi

Terapi oksigen bertekanan tinggi dengan teknik pemberiaan oksigen hiperbarik bertekanan 2 ATA.

Evaluasi fungsi pendengaran dilakukan setiap minggu selama satu bulan

Bila tidak sembuh pertimbangkan pemasangan alat bantu dengar (hearing aid)

Rehabilitasi pendengaran agar dengan sisa pendengaran yang ada dapat digunakan secara maksimal bila
memakai alat bantu dengar

Rehabilitasi suara agar dapat mengendalikan volume, nada dan intonasi oleh karena pendengarannya tidak
cukup untuk mengontrol hal tersebut.
Hiperbarik Hearing Aid
Komplikasi

Kehilangan pendengaran telah terbukti berdampak negatif pada kualitas hidup dan
kondisi mental seseorang. Kesulitan memahami orang lain berbicara dapat meningkatkan
tingkat kecemasan atau menyebabkan depresi.
Perawatan untuk gangguan pendengaran dapat meningkatkan kualitas hidup secara
signifikan dan meningkatkan fungsi otak terutama ingatan. Hal ini dapat memulihkan
kepercayaan diri sekaligus meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Prognosis
Prognosis tergantung
• Kecepatan pemberian obat
• Respon 2 minggu pengobatan pertama
• Usia
• Derajat tuli saraf
• Faktor-faktor pre-disposisi
Penyembuhan dapat sebagian, lengkap, dan tidak sembuh
• Karena faktor konstitusi pasien seperti pasien yang pernah mendapat pengobatan obat ototoksik yang cukup lama
• Pasien diabetes mellitus
• Pasien dengan kadar lemak darah yang tinggi
• Pasien dengan viskositas darah yang tinggi dan sebagainya
Peningkatan kesembuhan
• Pemberian kortikosteroid dan atau vasodilator
• Kombinasi pemberian steroid dengan heparinisasi dan karbogen
• Steroid dengan obat fibrinolisis.

Perbaikan yang optimal


• Usia muda > usia tua
• Tuli sensorineural nada rendah dan menengah > tuli sensorineural berat dan sangat berat
Rujuk Spesialis
Rujuk pasien dewasa dengan onset mendadak atau gangguan
pendengaran yang memburuk dengan cepat uni/bilateral yang
bukan disebabkan telinga luar atau tengah
• Jika gangguan pendengaran berkembang secara tiba-tiba (dalam jangka waktu 3
hari atau kurang) dalam 30 hari terakhir, segera rujuk (untuk diperiksa dalam 24 Rujuk segera (untuk dilihat dalam waktu 24 jam) orang dewasa
jam) ke layanan THT atau unit gawat darurat.
dengan kehilangan pendengaran unilateral yang didapat dan
• Jika gangguan pendengaran berkembang tiba-tiba lebih dari 30 hari yang lalu,
segera rujuk (untuk dilihat dalam 2 minggu) ke layanan THT atau layanan sensasi yang berubah atau wajah terkulai di sisi yang sama ke
pengobatan audiovestibular. layanan THT atau, jika dicurigai stroke
• Jika gangguan pendengaran memburuk dengan cepat (selama 4 sampai 90 hari)
segera rujuk (untuk dilihat dalam 2 minggu) ke layanan THT atau layanan
pengobatan audiovestibular.

Rujuk segera (untuk dilihat dalam waktu 24 jam) orang dewasa Pertimbangkan untuk membuat rujukan segera (untuk dilihat
dengan gangguan pendengaran yang immunocompromised dalam 2 minggu) ke layanan THT untuk orang dewasa
dan memiliki otalgia (sakit telinga) dengan otorrhoea keturunan Cina atau Asia Tenggara yang mengalami gangguan
(keluarnya cairan dari telinga) yang tidak merespon pendengaran dan efusi telinga tengah yang tidak terkait
pengobatan dalam waktu 72 jam ke layanan THT. dengan infeksi saluran pernapasan bagian atas.
Anamnesis
Berdasarkan Teori Berdasarkan Kasus
 Timbul mendadak atau menahun secara tidak  Timbul mendadak
jelas.  Bersifat menetap
 Bersifat sementara atau berulang dalam  Tuli unilateral
serangan, tetapi biasanya menetap.  Tinnitus (+)
 Tuli dapat unilateral atau bilateral
 Tinitus
 Vertigo
Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan Teori Berdasarkan Kasus
 Pada pemeriksaan klinis tidak terdapat kelainan  MAE sinistra lapang, hiperemis (+)
telinga  Membrane timpani sinistra perforasi sentral
Pemeriksaan Audiologi
Berdasarkan Teori Berdasarkan Kasus
• Tes penala • Audiometri nada murni:
Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga yang sehat, Schwabach memendek. Tuli campur berat dengan ambang dengar
Kesan : tuli sensorineural. 72,5 dB AS
• Audiometri nada murni
Tuli sensorineural ringan sampai berat.
• Tes SlSl (short increment sensitivity index)
Skor: 100% atau kurang dari 70%
Kesan : dapat ditemukan rekrutmen
• Tes Tone decay atau refleks kelelahan negatif
Kesan: bukan tuli retrokoklea
• Audiometri tutur (speech audiometry)
SDS (speech discrimination score)
Kurang dari 100%
Kesan : tuli sensorineural
• Audiometri impedans :
Timpanogram tipe A (normal) reflex stapedius ipsilateral negatif atau positif sedangkan kontra lateral positif.
Kesan : tuli sensorineural koklea
Tatalaksana
Berdasarkan Teori Berdasarkan Kasus
• Tirah baring sempurna (total bed rest) Medikamentosa
• Methylprednisolone 1 mg/kgBB/hr, tapering off tiap 3-5 • Methylprednisolone 2x16/12/8/4mg tapering off tiap
hari (hati-hati pada pasien diabetes melitus) 3 hari
• Vitamin C 500 mg 1 x 1 tablet perhari, vitamin E 1 x1 • Ranitidin 2x1 tablet
tablet • Neurobion 3x500mg
• Neurobion (neurotonik) 3X1 tablet perlhari • Vitamin C 500mg 1x1
• Diit rendah garam dan rendah kolesterol • Vitamin E 1x1 tablet
• Tuli berat >70dB: methylprednisolone intravena 250- Non-Medikamentosa
500mg/hari • Tirah baring
• Tidak ada perubahan: intratimpani kortikosteroid • Diet rendah garam
• Obat lambung untuk pencegahan gangguan lambung • Diet rendah gula
• Hiperbarik oksigen terapi (HBO) • Diet rendah kolesterol
• Hiperbarik oksigen terapi
• Rujuk pasien ke spesialis THT
• Rujuk pasien ke penyakit dalam
 
Daftar Pustaka
1. Iskandar, N., Soepardi, E., & Bashiruddin, J., et al (ed). 2017. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke-7. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2. Mathur NN. Sudden Hearing Loss. 2019. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/856313-overview#a5
3. Munilson J, Yurni. Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuli Mendadak. 2011.
4. Screiber BE, Agrup C, Haskard DO, Luxon LM. Sudden Sensorineural Hearing Loss. 2010. The Lancet. Vol 375.
Pp 1203-11
5. Burke D. Hearing Loss. 2019. Available from:
https://www.healthline.com/health/hearing-loss#What-Are-the-Symptoms-of-Hearing-Loss?-
6. Nazario B. Hearing Loss. 2020. Available from:
https://www.webmd.com/a-to-z-guides/hearing-loss-causes-symptoms-treatment
7. National Institute for Health and Care Excellence. Hearing Loss in Adults. 2018. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536553/

Anda mungkin juga menyukai