Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN

IBU HAMIL DAN


PERSALINAN DENGAN
HIV/AIDS
AGUS JOKO PRASETYO, RIANA BARITA
B, ERISTIA N, DEWI ULTARI, ASTIKA
PENGERTIAN

 HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang


menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang
relatif lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah suatu
sindroma penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relative lama
karena penurunan system kekebalan tubuh yang disebaban infeksi HIV.
 AIDS (acquired immunodeficiencysyndrome) adalah kumpulan gejala
klinisakibat penurunan system imun yang timbulakibat infeksi HIV. AIDS sering
bermani-festasi dengan munculnya berbagai penyakitinfeksi opportunistik,
keganasan, gangguanmetabolisme dan lainnya. HIV adalah pe-nyebab utama
kematian wanita usia repro-duksi di seluruh dunia dan merupakan pe-nyebab
kematian bayi. Sehingga pentingnyaPPIA sebagai pintu gerbang untuk pen-
cegahan HIV, pengobatan, perawatan danlayanan dukungan seluruh keluarga
(Brou etal., 2007) dalam (Wahyuni, 2018).
KLASIFIKASI ETIOLOGI

 Infeksi HIV akut  Penyebab infeksi adalah golongan virus


retro yang disebut human
 Infeksi Seropo sit if HIV Asimtomatis
immunodeficiency virus (HIV). HIV
 Persisten Generalized Lymphadenopathy pertama kali ditemukan pada tahun 1983
(PGL) sebagai retrovirus dan disebut HIV-1.
 AIDS (Acquired Immunodeficiency Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi
Syndrome) retrovirus baru yang diberi nama HIV-2.
HIV-2 dianggap sebagai virus kurang
pathogen dibandingkaan dengan HIV-1.
Maka untuk memudahkan keduanya
disebut HIV.
TANDA DAN GEJALA

GEJALA MAYOR GEJALA MINOR


 Penurunan berat badan > 10% dalam 1  Batuk menetap lebih dari 1 bulan
bulan  Dermatitis generalisat
 Diare kronis yang berlangsung lebih dari  Kandidias orofaringeal
1 bulan
 Herpes simpleks kronis progresif
 Demam berkepanjangan lebih dari 1
bulan
 Limfadenopati generalisata
 Penurunan kesadaran dan gangguan
 Retinitis virus sitomegalo
neurologi  Infeksi jamur berulang pada alat kelamin
wanita
 Demensia/ HIV enselofat.
 Herpes zoster multisegmental
 Herpes zoster berulang
PATOFISIOLOGI

 Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan etiologi dari infeksi


HIV/AIDS. Penderita AIDS adalah individu yang terinfeksi HIV dengan jumlah
CD4 < 200µL meskipun tanpa ada gejala yang terlihat atau tanpa infeksi
oportunistik. HIV ditularkan melalui kontak seksual, paparan darah yang
terinfeksi atau sekret dari kulit yang terluka, dan oleh ibu yang terinfeksi kepada
janinnya atau melalui laktasi.
 Molekul reseptor membran CD4 pada sel sasaran akan diikat oleh HIV dalam
tahap infeksi. HIV terutama akan menyerang limfosit CD4. Limfosit CD4
berikatan kuat dengan gp120 HIV sehingga gp41 dapat memerantarai fusi
membrane virus ke membran sel. Dua ko-reseptor permukaan sel, CCR5 dan
CXCR4 diperlukan, agar glikoprotein gp120 dan gp41 dapat berikatan dengan
reseptor CD4. Koreseptor menyebabkan perubahan konformasi sehingga gp41
dapat masuk ke membran sel sasaran.
PENATALAKSANAAN MEDIS

 Pemeriksaan Diagnostik  Pengobatan


 Pemeriksaan Diagnostik di bagi menjadi  Dua pilihan pengobatan tersedia untuk
tiga, yaitu: mengurangi penularan HIV/AIDS dari ibu
ke anak. Obat–obatan tersebut adalah:
 Pemeriksaan Laboratorium
 Ziduvidine (AZT) dapat diberikan sebagai
 Tes Antibody
suatu rangkaian panjang dari 14–28
 Pelacakan H yang terdiri dari: minggu selama masa kehamilan
 Nevirapine: diberikan dalam dosis tunggal
kepada ibu dalam masa persalinan dan
satu dosis tunggal kepada bayi pada
sekitar 2–3 hari.
CARA PENULARAN

 HUBUNGAN SEKSUAL
 PAJANAN DARAH, PRODUK DARAH ATAU ORGAN DAN JARINGAN YANG
TERINFEKSI
 PENULARAN DARI IBU KE ANAK
 Periode kehamilan
 Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil
 Periode persalinan
 Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandingkan periode kehamilan. Penularan
terjadi melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau
sekresi maternal saat melahirkan.
 Periode Post Partum
 Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI. Berdasarkan data penelitian De Cock, dkk
(2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 10- 15%
dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya
PROGRAM PREVENTION OF
MOTHER TO CHILD
TRANSMISSON (PMTCT)
Pelayanan Pencegahan Penularan
 HIV dari Ibu ke Anak Prevention of Mother to
Child HIV Transmission (PMTCT) merupakan bagian dari pelayanan perawatan,
dukungan dan Pengobatan/CST bagi pasien HIV/AIDS. Pelayanan PMCT
menjadi perhatian karena epidemic HIV/AIDS di Indonesia meningkat dengan
cepat, dimana penularan HIV dari ibu ke anak terus meningkat seiring
bertambahnya jumlah perempuan pengidap HIV , dari data pada tahun 2008 dari
jumlah ibu hamil yang mengikuti test HIV sebanyak 5.167 orang dimana 1.306
(25%) diantaranya positive HIV.
Program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke
Bayi bertujuan untuk:
 Mencegah Penularan HIV dari Ibu ke Bayi.
 Mengurangi dampak epidemi HIV terhadap Ibu dan Bayi.
 Srategi yang dilakukan dalam kegiatan PMTCT, yaitu:
 Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduktif.
 Pencegahan kehamilan yang tidak direncananakan pada ibu dengan status pisitif HIV.
 Pencegahan terjadinya penularan HIV, dari ibu yang Positif HIV kepada bayi yang
dikandungnya.
 Merujuk ibu dengan HIV positif ke sarana pelayanan kesehatan tingkat Kabupaten atau
Provinsi untuk mendapatkan layanan tindak lanjut.
Sasaran Program PMTCT

 Peningkatan Kemampuan Manajemen Pengelola Program PMTCT.


 Peningkatan akses informasi mengenai PMTCT.
 Peningkatan akses intervensi PMTCT pada ibu hamil, bersalin dan nifas.
 Peningkatan akses pelayanan Dukungan Perawatan dan Pengobatan (Care,
Support dan Treatment) bagi ibu dan bayi.
BENTUK – BENTUK INTERVENSI
PMTCT
 Mengurangi jumlah ibu hamil dengan HIV positif, berarti penularan infeksi virus
ke neonatus dan bayi terjadi trans plasenta dan intrapartum (persalinan).
 Menurunkan viral load serendah-rendahnya, obat antiretroviral (ARV) yang ada
sampai saat ini baru berfungsi untuk menghambat multiplikasi virus, belum
menghilangkan secara total keberadaan virus dalam tubuh Odha.
 Meminimalkan paparan janin/bayi terhadap darah dan cairan tubuh ibu positif
HIV persalinan secarea berencana sebelum saat persalinan tiba merupakan pilihan
pada ODHA.
 Mengoptimalkan kesehatan ibu dengan HIV positif, melalui pemeriksaan ANC
secara teratur dilakukan pemantauan kehamilan dan keadaan janin
Kebijakan Pencegahan Penularan HIV
dari Ibu ke Bayi
PRONG I
 Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi.
 Langkah dini yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penularan HIV pada
bayi adalah dengan mencegah perempuan usia reproduksi untuk tertular HIV.
Strategi ini bisa juga dinamakan pencegahan primer (primary prevention).
 A (Abstinence), artinya Absen seks ataupun tidak melakukan hubungan seks bagi orang
yang belum menikah.
 B (Be Faithful), artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-
ganti).
 C (Condom), artinya cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan
menggunakan Kondom.
 D (Drug No), artinya Dilarang menggunakan narkoba.
Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan pada Prong
(pencegahan primer)

 Menyebarluaskan informasi tentang HIV/AIDS baik secara individu maupun


secarakelompok
 Mobilisasi masyarakat dengan melibatkan petugas lapangan (kader PKK) untuk
memberikan informasi pencegahan HIV dan IMS kepada masyarakat
 Konseling untuk perempuan HIV negative,
 Mengadakan kegiatan ‘kunjungan pasangan’ pada kunjungan ke pelayanan
kesehatan ibu dan anak dan memberikan informasi kepada suami bahwa jika ia
melakukan seks tak aman akan bisa membawa kematian bagi calon bayinya
PRONG 2

 Pencegahan Kehamilan yang Tidak Direncanakan pada Perempuan HIV Positif.


 Salah satu cara efektif untuk mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu ke bayi
adalah dengan mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan
HIV positif usia reproduksi.
PRONG 3 : Pencegahan Penularan HIV
dari Ibu Hamil HIV Positif ke Bayi
 Pelayanan kesehatan ibu dan anak yang komprehensif meliputi layanan pra
persalinan, pasca persalinan serta kesehatan anak. Pelayanan kesehatan ibu dan
anak bisa menjadi awal atau pintu masuk upaya pencegahan penularan HIV dari
ibu ke bayi bagi seorang ibu hamil
 Layanan konseling dan tes HIV. Layanan Konseling dan Tes Sukarela Layanan
konseling dan tes HIV sukarela atau Voluntary Counseling and Testing (VCT)
merupakan salah satu komponen penting dalam upaya pencegahan penularan HIV
dari ibu ke bayi
 Pemberian obat antiretroviral. Pada ODHA dewasa, penentuan saat yang tepat
memulai terapi obat antiretroviral (ARV) selain dengan menggunakan stadium
klinis, diperlukan pemeriksaan CD4
PRONG 4 : Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial dan
Perawatan kepada Ibu HIV Positif Beserta Bayi dan
Keluarganya
 Upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi tidak terhenti setelah ibu
melahirkan. Ibu tersebut akan terus menjalani hidup dengan HIV di tubuhnya, ia
membutuhkan dukungan psikologis, sosial dan perawatan sepanjang waktu. Hal
ini terutama karena si ibu akan menghadapi masalah stigma dan diskriminasi
masyarakat terhadap ODHA. Sangat penting dijaga faktor kerahasiaan status HIV
si ibu. Dukungan juga harus diberikan kepada bayi dan keluarganya.
Jalinan Kerjasama Kegiatan PMTCT antara
Sarana Kesehatan dan Organisasi Masyarakat
 Jalinan kerjasama kegiatan PMTCT antara sarana Kesehatan dan organisasi
masyarakat merupakan faktor penting dalam kegiatan PMTCT komprehensif yang
meliputi 4 Prong. Jalinan kerjasama tersebut akan mengatasi kendala medis yang
menyangkut tes HIV, ARV, CD4, viral load, persalinan aman, serta kendala
psikososial seperti kebutuhan dampingan ,kunjungan rumah, bimbingan
perubahan perilaku dan kesulitan ekonomi keluarga ODHA. Dengan adanya
jejaring (networking) PMTCT yang baik disebuah daerah, diharapkan akan
terbentuk layanan PMTCT berkualitas yang dibutuhkan oleh perempuan usia
reproduktif, ibu hamil, perempuanHIV positif, ibu hamil HIV positif beserta
pasangan dan keluarganya..
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
 Biodata Klien
 Riwayat Penyakit
 Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Subyektif)
DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan manifestasi HIV, ekskoriasi dan diare pada kulit
 Diare yang berhubungan dengan kuman patogen usus dan/atau infeksi HIV
 Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan immunodefisiensi
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keadaan mudah letih, kelemahan, malnutrisi,
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan hipoksia yang menyertai infeksi paru
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan asupan oral.
 Isolasi sosial berhubungan dengan stigma penyakit, penarikan diri dari sistem pendukung,
prosedur isolasi dan ketakutan bila dirinya menulari orang lain.
 Berduka diantisipasi berhubungan dengan perubahan gaya hidup serta pernannya, dan dengan
prognosis yang tidak menyenangkan.
 Kurang pengetahuan berhubungan dengan cara-cara mencegah penularan HIV dan perawatan
mandiri.
INTERVENSI

 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan manifestasi HIV, ekskoriasi dan


diare pada kulit
 Intervensi: Kulit dan mukosa oral harus dinilai secara rutin dari adanya infeksi
dan kerusakan kulit. Pasien dianjurkan mempertahankan keseimbangan antara
istirahat dan mobilitas. Bantu mengubah posisi pasien setiap 2 jam bagi yang
imobilisasi. Pasien diminta untuk tidak menggaruk dan menggunakan sabun
nonabrasif, memakai pelembab tanpa parfum untuk mencegah kekeringan kulit.
INTERVENSI

 Diare yang berhubungan dengan kuman patogen usus dan/atau infeksi HIV
 Intervensi: Nilai pola defekasi, frekuensi defekasi, dan konsistensi feses serta
pasien yang melaporkan rasa sakit pada perut terkait dengan defekasi. Kuantitas
dan volume feses cair diukur untuk mencatat kehilangan volume cairan. Kultur
feses untuk menentukan penyebab diare. Konseling untuk pengobatan dan asupan
makanan yang adekuat.
INTERVENSI

 Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan immunodefisiensi


 Intervensi: Kepada pasien dan orang yang merawatnya diminta untuk memantau tanda dan
gejala infeksi, yaitu demam, mengigil, keringat malam, batuk dengan atau tanpa produksi
sputum, napas pendek, kesulitan bernapas, sakit/sulit menelan, bercak putih di rongga mulut,
penurunan BB yang tidak jelas penyebabnya, kelenjar limfe membengkak, mual, muntah, diare
persisten, sering berkemih, sulit dan nyeri saat berkemih, sakit kepala, perubahan visual dan
penurunan daya ingat, kemerahan, keluar sekret pada luka, lesi vaskuler pada wajah, bibir atau
daerah perianal. Perawat harus memantau hasil laboratorium, seperti hitung leukosit dan hitung
jenis. Penyuluhan mencakup higiene perorangan, rumah (seperti kamar, dapur) harus bersih
untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur. Jika harus membersihkan kotoran, pasien
harus memakai sarung tangan. Pengidap AIDS dan pasangannya harus menghindari kontak
dengan cairan tubuh selama melakukan hubungan seksual dan selalu menggunakan kondom
pada segala bentuk hubungan seks. Pentingnya menghindari rokok dan mempertahankan
keseimbangan antara diet, istirahat, dan latihan. Semua petugas kesehatan harus selalu
mempertahankan tindakan penjagaan universal dalam semua perawatan pasien.
INTERVENSI

 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keadaan mudah letih, kelemahan,


malnutrisi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan hipoksia yang
menyertai infeksi paru
 Intervensi: Toleransi terhadap aktivitas dinilai dengan memantau kemampuan
pasien untuk bergerak (ambulasi) dan melaksanakan kegiatan sehari-hari. Bantuan
dalam menyusun rencana rutinitas harian untuk menjaga keseimbangan antara
aktivitas dan istirahat mungkin diperlukan. Barang-barang pribadi yang sering
digunakan harus ditaruh pada tempat yang mudah dijangkau. Terapi relaksasi
dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan yang turut menimbulkan
kelemahan dan keadaan mudah letih. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
mungkin diperlukan, seperti kelemahan akibat adanya anemia, yang memerlukan
terapi obat-obatan.
INTERVENSI

 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan asupan oral
 Intervensi: Status nutrisi dinilai melalui memantau BB, asupan makanan, antropometri,
kadar albumin, BUN, protein serta transferin dalam serum. Pengendalian mual dan
muntah dengan obat antiemetik dapat meningkatkan asupan diet pasien. Menganjurkan
pasien memakan makanan yang mudah ditelan dan menghindari makanan kasar, pedas
atau lengket, serta terlalu panas atau dingin. Menganjurkan menjaga higiene oral
sebelum dan sesudah makan. Jadwal makan harus diatur sehingga tidak jatuh pada saat
pasien baru saja menjalani tindakan yang menyebabkan nyeri dan dalam keadaan
kelelahan. Konsultasi dengan ahli diet untuk menentukan kebutuhan nutrisi. Penggunaan
suplemen yang khusus dirancang untuk pengidap AIDS dapat dianjurkan pada pasien.
Bila asupan oral tidak dapat dipertahankan, memerlukan terapi nutrisi enteral atau
parenteral. Perawat komunitas atau perawatan di rumah (home care) dapat memberikan
pelajaran tambahan serta dukungan setelah pasien pulang dari rumah sakit.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai