Anda di halaman 1dari 74

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN URUSAN

PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN


DISAMPAIKAN OLEH :
DIREKTUR SINKRONISASI URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH II

JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH


KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Candi Borobudur, Magelang Kampung Pelangi, Semarang Perumahan Puri Delta 6, Jateng
POKOK – POKOK PAPARAN

1. PENGANTAR AWAL
2. PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN BIDANG
PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
3. PERANGKAT DAERAH (PP NO. 18 TAHUN 2016)
4. RP3KP SEBAGAI DOKUMEN PERENCANAAN TEKNIS URUSAN PKP
5. PERMENDAGRI 55 TAHUN 2017 : KEMUDAHAN PERIZINAN
PEMBANGUNAN PERUMAHAN BAGI MBR
6. PP NO 02 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL
7. PERMENDAGRI NO. 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA
KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2019
8. CAPAIAN PROGRAM PPAS (AIR MINUM, SANITASI, BACKLOG,
PENINGKATAN PKP KUMUH)
9. DUKUNGAN DITJEN BANGDA- KEMENDAGRI DALAM PENCAPAIAN
PKP YANG LAYAK HUNI Kunjungan Gubernur ke RTLH di Desa Repaking, Boyolali, 2017
STRUKTUR ORGANISASI
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH

Komunikasi
,
Informatika,
Statistik dan
Persandian
TANTANGAN DAN KEBIJAKAN PROGRAM SEJUTA RUMAH

• Dinas PKP Provinsi • Provinsi KFD: • PKP Kumuh 26,867 Ha • Paket Kebijakan Ekonomi
• A= 11 (32%) • Tinggi = 12 (35%), XIII
• B= 10 (29%) • Sedang = 6 (17%), • Backlog Kepemilikan 11,6 • Inpres 3 Tahun 2016
• C= 13 (38%) • Rendah = 16 (47%) Juta Unit • PermenPUPR No. 5 Tahun
2016
• Dinas PKP Kab/Kota • Kab/Kota KFD: • Backlog Penghunian 7,6 • Permendagri No. 86
• A= 17 (3%) • Tinggi 127 (25%), Juta Unit Tahun 2017
• B= 82 (16%) • Permendagri No. 55
• Sedang = 126 (24%),
• C= 415 (80%) • RTLH 2,51 Juta Unit Tahun 2017
• Rendah = 255 (51%)
• Permendagri No. 22
Tahun 2018

Kapasitas Dinas Kapasitas Fiskal Tantangan Kebijakan


PKP Daerah

Sumber: PermenPUPR No. 800 Tahun 2016 Sumber: PMK 119/2017 Sumber: RPJMN 2015-2019, diolah Sumber: berbagai sumber, diolah
TUJUAN PENYELENGGARAAN PEMDA DAN URUSAN
PEMERINTAHAN
U R U S A N P E M E R I N TA H A N | U U 2 3 TA H U N 2 0 1 4

Dibagi berdasarkan
URUSAN kriteria Eksternalitas,
ABSOLUT KONKUREN
PEMERINTAHAN Akuntabilitas dan
UMUM Efisiensi

1.PERTAHANAN
2.KEAMANAN WAJIB PILIHAN
3.AGAMA
4.YUSTISI (24) (8)
5.POLITIK LUAR
NEGERI
6.MONETER &
FISKAL
YAN DASAR NON YAN DASAR
1. PENDIDIKAN
2. KESEHATAN (6) (18)
3. PU DAN PR
4. PERUMAHAN
RAKYAT DAN KAW
PERMUKIMAN SPM NSPK
5. TRAMTIBUM &
LINMAS
6. SOSIAL Dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kapasitas
kuangan daerah, sumber daya personil, dan ketersediaan sarana dan
prasarana.
PENYELENGGARAAN URUSAN
PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PKP
SUB URUSAN PEMERINTAH PROVINSI KABUPATEN/KOTA

A. Penyediaan dan rehabilitasi rumah


A. Penyediaan rumah bagi masyarakat
korban bencana kabupaten/kota
berpenghasilan rendah (MBR)
A. Penyediaan dan rehabilitasi B. Fasilitasi penyediaan rumah bagi
B. Penyediaan dan rehabilitasi rumah
rumah korban bencana provinsi masyarakat yang terkena relokasi
korban bencana nasional
1. PERUMAHAN B. Fasilitasi penyediaan rumah bagi program pemerintah daerah
C. Fasilitasi penyediaan rumah bagi kabupaten/kota.
masyarakat yang terkena relokasi
masyarakat yang terkena relokasi
program pemerintah daerah C. Penerbitan izin pembangunan dan
program pemerintah Pusat
provinsi pengembangan perumahan.
D. Pengembangan sistem pembiayaan
D. Penerbitan sertifikasi kepemilikan
perumahan bagi MBR
bangunan gedung (SKBG).

A. Penerbitan izin pembangunan dan


A. Penetapan sistem kawasan permukiman Penataan dan peningkatan kualitas
pengembangan kawasan permukiman.
2. KAWASAN B. Penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan
PERMUKIMAN B. Penataan dan peningkatan kualitas
kawasan permukiman kumuh dengan luas 10 (sepuluh) ha sampai dengan
kawasan permukiman kumuh dengan
luas 15 (lima belas) ha atau lebih. dibawah 15 (lima belas) ha
luas dibawah 10 (sepuluh) ha.
PENYELENGGARAAN URUSAN
PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PKP
SUB URUSAN PEMERINTAH PROVINSI KABUPATEN/KOTA

3. PERUMAHAN DAN Pencegahan perumahan dan kawasan


KAWASAN
PERMUKIMAN
- - permukiman kumuh pada daerah
KUMUH kabupaten/kota.
4. PRASARANA, Penyelenggaraan PSU di
SARANA, DAN Penyelenggaraan PSU
UTILITAS UMUM
lingkungan hunian dan kawasan Penyelenggaraan PSU perumahan.
permukiman
(PSU) permukiman

5. SERTIFIKASI, Sertifikasi dan registrasi bagi


Sertifikasi, kualifikasi, klasifikasi,
KUALIFIKASI, orang atau badan hukum yang Sertifikasi dan registrasi bagi orang atau
dan registrasi bagi orang atau badan
KLASIFIKASI, DAN melaksanakan perancangan badan hukum yang melaksanakan
hukum yang melaksanakan
REGISTRASI BIDANG dan perencanaan rumah serta perancangan dan perencanaan rumah
PERUMAHAN DAN perancangan dan perencanaan
perencanaan PSU tingkat serta perencanaan PSU tingkat
KAWASAN rumah serta perencanaan PSU
kemampuan menengah kemampuan kecil
PERMUKIMAN tingkat kemampuan besar.
PENYELENGGARAAN KEWENANGAN KONKUREN

• Diselenggarakan sendiri • Diselenggarakan sendiri • Diselenggarakan sendiri


oleh Pusat oleh Provinsi oleh Kab/Kota
• Melimpahkan kepada • Menugasi Kab/Kota atas • Ditugaskan sebagian
Gubernur atau instansi asas Tugas Pembantuan kepada Desa
vertikal atas asas • Menugasi Desa
Dekonsentrasi
• Menugasi Daerah atas asas
Tugas Pembantuan
Pusat Provinsi Kab/Kota
(Psl 19) (Psl 20 ay 1) (Psl 20 ay 3)
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

DLM
1 Pemda menyelenggarakan urusan pemerintahan yg menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan
yg oleh UU ini ditentukan menjadi urusan Pemerintah.

MENYELENGGARAK
AN URUSAN
PEMERINTAH 2 Urusan pemerintahan yg menjadi kewenangan Pemda, terdiri atas urusan wajib dasar, wajib non
dasar & urusan pilihan.

DAERAH Psl 22

PEMDA MEMPUNYAI 3 Pemda menjalankan otonomi seluas-luasnya utk mengatur & mengurus sendiri urusan pemerintahan
berdasarkan asas otonomi & TP, dlm kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara;
HAK UTK
MENETAPKAN
BERBAGAI
KEBIJAKAN DAERAH
4 Pemda dlm menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan Pemerintah dan dengan
pemerintahan daerah lainnya
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(PASAL 260)

Psl 263

Pedoman Renstra OPD


PERANGKAT DAERAH BERDASARKAN PP 18 TAHUN 2016

HASIL PEMETAAN
 Amanat pasal 107 PP No 18 Tahun 2016, perlunya pemetaan DITETAPKAN DENGAN SKALA
urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan
Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan Pilihan.
 Ditetapkan berdasarkan kriteria dan variable sesuai dengan A Besar
ketentuan yang berlaku (Lamp. PP 18/2016)
 Hasil pemetaan digunakan sebagai dasar pertimbangan
Sedan
pemerintah daerah, dalam:
g B
 Penentuan tipe kelembagaan perangkat daerah;
 Perencanaan dan penganggaran dalam penyelenggaraan
urusan;
 Penyusunan formasi dan pembinaan kompetensi Aparatur Sipil
C Kecil
Negara di Daerah; dan
 Pembinaan teknis penyelenggaraan urusan
HASIL PEMETAAN PENYELENGGARAN URUSAN

Jml per Tipe


HASIL Provinsi Kab/Kota Jml %
tipe Dinas
Besar (>975) 0 2 2
Besar (951-975) 1 0 1 28 5.11 A
Besar (801-950) 10 15 25
Sedang (601-800) 10 82 92 92 16.79 B
Kecil (401-600) 6 225 231
Sangat Kecil (301-400) 3 84 87
Sangat-sangat Kecil (<300) 0 32 32 428 78.10 C
Wajib Dasar (10) 2 68 70
Tidak Terpetakan (0) 2 6 8
T O TAL 34 514 548
*) Belum terpetakan : Daerah Khusus Ibukota, Daerah Istimewa, dan Daerah Otonomi Khusus
**) Nilai Wajib Dasar : Belum melengkapi data dukung pemetaan
KEBIJAKAN PENATAAN OPD URUSAN PEKERJAAN UMUM
DAN PKP (BERDASARKAN PP 18 TAHUN 2016)

A
Urusan pemerintahan daerah bidang PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG akan diselenggarakan oleh
Dinas dengan 5 alternatif tipe organisasi sebagai berikut :
a. Dua Dinas, masing-masing Dinas Tipe A yang terdiri dari 4 Bidang (di luar sekretariat) (Skor 976 keatas);
b. Dua Dinas, masing-masing Dinas Tipe B yang terdiri dari 3 Bidang (di luar sekretariat) (Skor 951-975);
c. Satu Dinas Tipe A yang terdiri dari 4+2 Bidang (di luar sekretariat) (Skor 801-950);
d. Satu Dinas Tipe B yang terdiri dari 3+2 Bidang (di luar sekretariat) (Skor 601-800);
e. Satu Dinas Tipe C yang terdiri dari 2+2 Bidang (di luar sekretariat) (401-600).
(PP 18 / 2016 tentang Perangkat Daerah Pasal 71, Pasal 72, Pasal 89, dan Pasal 90)

B
Urusan pemerintahan daerah bidang PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN, akan diselenggarakan
oleh Dinas dengan 3 alternatif tipe organisasi sebagai berikut :
a. Satu Dinas Tipe A yang terdiri dari 4 Bidang (di luar sekretariat)
b. Satu Dinas Tipe B yang terdiri dari 3 Bidang (di luar sekretariat)
c. Satu Dinas Tipe C yang terdiri dari 2 Bidang (di luar sekretariat)
(PP 18 /2016 tentang Perangkat Daerah Pasal 36)

+ Selain Dinas, Pemerintah Daerah dapat membentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) melaksanakan kegiatan
teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu
TIPOLOGI DINAS URUSAN PKP

Tipe A
( > 801) 1 Dinas, dengan 4 Bidang 1 Set

Tipe B 1 Dinas, dengan 3 Bidang 1 Set


Urusan
Pemetaan Urusan

(601 – 800)
(Scoring)
(Scoring)
Hasil Pemetaan

Tipe C 1 Dinas, dengan 2 Bidang 1 Set


Hasil

(401 – 600)

(< 400) TETAP DIBENTUK SEBAGAI DINAS


(Nihil)
TIPE C
POLA STRUKTUR (BIDANG) DINAS PKP

Tipe A RUMAH UMUM RUMAH SWADAYA KAWASAN PERMUKIMAN PSU

Tipe B PERUMAHAN KAWASAN PERMUKIMAN PSU

Tipe C PERUMAHAN KAWASAN PERMUKIMAN

Pemerintah Daerah (Prov/Kab/Kota) dapat menyesuaikan nomenklatur sesuai kebutuhan, namun tetap mempertimbangkan:
beban kerja sektoral, kemudahan koordinasi, rumpun kompetensi, kesamaan output, kesamaan pengguna layanan,
efisiensi, efektifitas, dan akuntabilitas.
STRUKTUR DINAS PKP TIPE A
DINAS PKP
TIPE A

SEKRETARIAT

Subbag Data & Informasi


Subbag Perencanaan Subbag TU
Publik

BIDANG PRASARANA,
BIDANG RUMAH SWADAYA BIDANG KAWASAN
BIDANG RUMAH UMUM SARANA, DAN UTILITAS
PERMUKIMAN
UMUM (PSU)

Seksi Pendataan dan Seksi Pendataan dan Seksi Pendataan dan


Seksi Perencanaan
Perencanaan Perencanaan Perencanaan

Seksi Penyediaan dan Seksi Pencegahan dan


Seksi Penyediaan Peningkatan Kualitas
Seksi Pelaksanaan
Pelaksanaan

Seksi Pemantauan dan Seksi Pemantauan dan Seksi Pemanfaatan dan Seksi Pemantauan dan
Evaluasi Evaluasi Pengendalian Evaluasi
STRUKTUR DINAS PKP TIPE B

DINAS PKP
TIPE B

SEKRETARIAT

Subbag Perencanaan dan


Subbag TU
Informasi Publik

BIDANG KAWASAN BIDANG PRASARANA, SARANA,


BIDANG PERUMAHAN
PERMUKIMAN DAN UTILITAS UMUM (PSU)

Seksi Pendataan dan


Seksi Perencanaan Seksi Perencanaan
Perencanaan

Seksi Penyediaan dan


Seksi Pelaksanaan Seksi Pelaksanaan
Pelaksanaan

Seksi Pemantauan dan Evaluasi Seksi Evaluasi Seksi Pemantauan dan Evaluasi
STRUKTUR DINAS PKP TIPE C
DINAS PKP
TIPE C

SEKRETARIAT

Subbag Perencanaan dan


Subbag TU
Informasi Publik

BIDANG KAWASAN
BIDANG PERUMAHAN
PERMUKIMAN

Seksi Pendataan dan


Seksi Perencanaan
Perencanaan

Seksi Penyediaan dan


Seksi Pelaksanaan
Pelaksanaan

Seksi Pemantauan dan


Seksi Evaluasi
Evaluasi
TIPOLOGI DINAS PKP DI PROV. JAWA TENGAH
(PERMENPUPR NO. 800 TAHUN 2016)

A= 1 B=6 C = 29
Provinsi Jawa Tengah Kab. Banyumas, Kab: Banjarnegara, Batang,
Kab. Kebumen, Blora, Boyolali, Brebes, Tipologi Dinas
Kab. Purbalingga, Cilacap, Demak, Grobogan,
Kab. Rembang, Jepara, Karanganyar,
Kab. Sragen, Kendal, Klaten, Kudus, Tipe A
Tipe B
3%
Kab. Tegal, Magelang, Pati, 17%
Pekalongan, Pemalang,
Purworejo, Semarang,
Sukoharjo, Temanggung,
Wonogiri, Wonosobo.
Tipe C
81%
Kota: Magelang,
Pekalongan, Salatiga,
Semarang, Surakarta, Tegal.
RP3KP SEBAGAI DOKUMEN PERENCANAAN TEKNIS URUSAN
PENYELENGGARAAN PKP DI DAERAH

 AMANAT UU 1 TAHUN 2011 RP3KP


TENTANG PERUMAHAN DAN RAD AMPL EHRA
KAWASAN PERMUKIMAN
 AMANAT PERMENDAGRI NO. 22 SSK RPKPKP
TAHUN 2018, TENTANG RKP RPIIJM
PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DOKUMEN PERENCANAAN TEKNIS SUB
PEMERINTAH DAERAH TAHUN URUSAN PKP LAINNYA
2019
RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN
PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP)

1
Pentingya
RP3KP Acuan bagi Semua
Stakeholder
Stakeholder
Penyelenggaran
Penyelenggaran Urusan
Urusan
PKP
PKP
AMANAT PERMENDAGRI NO.
2 22 TAHUN 2018

Dalam PERMENDAGRI NO. 22 TAHUN 2018,


Media
Media Akomodasi
Akomodasi Aspirasi
Aspirasi TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA
Masyarakat PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2019.
Penyusunan RKPD Tahun 2019 memuat 10 Hal
penting bidang PKP salah satunya: Menyusun
Gran Desain Pembangunan Rencana Penyediaan Hunian Layak atau
PKP
Dokumen RP3KP.
KEDUDUKAN RP3KP DALAM DOKUMEN PERENCANAAN
DAERAH DAN SEKTOR LAINNYA

UU 26/2007 UU 23/2014 UU 1/2011 UU 20/2011 UU Sektor Lainnya

Perencanaaan Perencanaan Perencanaan Perencanaan


Rusun Perencanaan Sektor
Spasial Pembangunan Daerah PKP

RTRWN RJPD

RP3KP
RP3KP Perencanaan
Perencanaan
RTRWP RPJMD •• Provinsi
terkait
Teknis
Teknis
Input Provinsi
Input •• Kab/Kota Sektor
Kab/Kota terkait Sektor
lainnya
lainnya
RTRWK RENSTRA
Input
Dinas diacu
Dokumen
Dokumen
RDTR Renja Perencanaan
Perencanaan Teknis
Teknis
Dinas Sub Urusan Lainnya
Sub Urusan Lainnya
MANFAAT DOKUMEN RP3KP

MANFAAT INTERNAL MANFAAT EKSTERNAL


1. Pembinaan perencanaan perumahan kepada Dinas PKP dapat 1. Kemudahan melakukan konsultasi secara
dilaksanakan secara lebih cepat, dan tepat sasaran
interaktif dengan Tim Satgas
2. Kemudahan internalisasi dokumen RP3KP dalam RPJMD dan
Renstra/Renja Dinas. 2. Kemudahan bagi Dinas PKP dan Pokja untuk
3. Kemudahan memantau progres penyusunan dokumen perencanaan, saling berbagi pengalaman dalam penyusunan
dan progres dari implementasi program dan kegiatan dokumen perencanaan
4. Kemudahan mendapatkan dan inventarisasi dokumen perencanaan
3. Sinkron antara perencanaan perumahan dengan
5. Tim Satgas dapat saling interaksi memberikan masukan terhadap
dokumen perencanaan perencanaan kawasan permukiman
6. Mendapatkan data hunian skala besar / bukan skala besar sebagai 4. Kemudahan mendapatkan NSPK yang
informasi untuk perencanaan program bantuan perumahan
dibutuhkan
5. Kualitas perencanaan perumahan dan kawasan
permukiman dapat ditingkatkan
STATUS RP3KP PROVINSI

Sumber: Bimtek Pokja PKP dan TAPP 2018


STATUS RP3KP PROVINSI

Sumber: Bimtek Pokja PKP dan TAPP 2018


PELAKSANAAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN PEMBANGUNAN
PERUMAHAN BAGI MBR DI DAERAH (PERMENDAGRI NO 55 TAHUN 2017)

 Merupakan Amanat dari Paket Kebijakan Ekonomi (PKE)


XIII: upaya percepatan penyediaan perumahan layak bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
 Amanat Perpres No 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019.
 Amanat Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2016 Tentang
Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan
Rendah.
 Amanat INPRES No. 3 Tahun 2016 Penyederhanaan
Perizinan Pembangunan Perumahan.
INPRES NO 3 TAHUN 2016
KEWENANGAN PENYEDERHANAAN PERIZINAN
MENTERI DALAM NEGERI PEMBANGUNAN PERUMAHAN
KEMENTERIAN 1. Melakukan penyederhanaan
14 APRIL 2016
DALAM NEGERI kebijakan, persyaratan, & proses
penerbitan izin; Dalam rangka penyederhanaan
2. Mendorong Gub/Bup/Kota perizinan pembangunan perumahan
mendelegasikan kewenangan
perizinan pemb perumahan kpd
yang efektif, efisien, transpran, dan
PTSP; akuntabel gunan mempercepat
Menhub
3. Mendorong Gub/Bup/Kota utk penyelenggaraan pembangunan Menteri KLHK
melakukan percepatan perumahan untuk memenuhi Menteri PUPERA
penyederhanaan perizinan pemb Menteri ATR
perumahan melaui PTSP;
kebutuhan masyarakat akan rumah
MENKO
4. Melakukan percepatan evaluasi PEREKONOMIAN
peraturan daerah terkait
perizinan pemb perumahan;
Gubernur/Bupati/Walikota: 1. Koordinasi dan
5. Mengawasi pelaks proses evaluasi
1.Percepatan pendelegasian kewenangan perizinan
perizinan pemb perumahan di pelaksanaan
daerah; pembangunan perumahan kepada PTSP;
instruksi
2.Percepatan penyederhanaan perizinan
6. Melaporkan hasil pengawasan presiden;
pelaks perizinan pemb
pembangunan perumahan melalui PTSP;
2. Melaporkan hasil
perumahan di daerah kpd 3.Proses perizinan pembangunan perumahan melalui koordinasi dan
Menko Perekonominan sistem online paling lambat tahun 2017; evaluasi instruksi
4.Bersinergi dengan DPRD untuk mengevaluasi Perda Presiden kepada
KEWENANGAN
yg menghambat penyederhanaan perizinan Presiden
EVALUASI PERATURAN
pembangunan perumahan dan tdk menambah
TERKAIT PERIZINAN
persyaratan yang tdk diatur dlm PUU;
5.Melaporkan hasil pelaksanaan Inpres pada
Mendagri.
SUBSTANSI PERMENDAGRI 55 TAHUN 2017

Pemerintah
Pemerintah
Daerah
Daerah
Melaksanakan pembangunan perumahan bagi MBR di
Memberikan kemudahan perizinan daerah untuk luas lahan tidak lebih dari 5 ha dan
dan nonperizinan pada tahapanan paling sedikit 0,5 ha, serta berada dalam 1 lokasi yang
DPMPTSP pembangunan perumahan bagi diperuntukkan bagi pembangunan Rumah Tapak sesuai
DPMPTSP Badan
Badan Hukum
Hukum
MBR berdasarkan PP 64 tahun RTRW
(Apabila blm terbentuk, (pengembang)
(pengembang)
2016 (persiapan, pra konstruksi,
pelaksanaan perizinan
dan nonperizinan konstruksi, pasca konstruksi)
dilakukan melalui PD yg
Dalam hal RTRW belum tersedia, pemerintah daerah
scr teknis menangani menyiapkan Pertimbangan Teknis Penatagunaan
urusan terkait) Tanah / Advice Planning untuk kawasan perumahan
MBR yang dimohonkan
KEMUDAHAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN BAGI MASYARAKAT
BERPENGHASILAN RENDAH (MBR)
Pasal 9 Ay 1 Pasal 9 Ay 2 Pasal 9 Ay 3

• Proposal Pembangunan dan


• Izin lokasi Surat Pernyataan Tanah • Surat Pelepasan Hak Atas

PERCEPATAN
PENGHAPUSA

Tidak Sengketa
Tanah paling lama 3 hari

PENGGABUNG
• Rekomendasi peil • Izin Pemanfaatan
• Surat Pengesahan Site
banjir Tanah/Ruang dengan
Plan paling lama 7 hari
Kesesuaian
• Izin cut and fill RUTR/RDTR/RTRW dan • Pengukuran dan
• Analisa dampak Pertimbangan Teknis pembuatan bidang tanah
Penatagunaan Tanah/Advice paling lama 14 hari
lalu lintas Planning • Penerbitan IMB Induk
• Pengesahan siteplan dengan
dan Pemecahan paling
Surat Pernyataan
Pengelolaan Lingkungan, lama 3 hari
Rekomendasi Pemadam • Evaluasi dan penerbitan
AN
Kebakaran dan Penyediaan SK Penetapan Hak atas
N

Lahan Pemakaman Tanah paling lama 3 hari


PERCEPATAN PENYELESAIAN PERIZINAN

Untuk percepatan penyelesaian perizinan dengan total waktu paling


lama 30 (tiga puluh) dilakukan terhadap:
Perizinan Waktu Penyelesaian
• surat pelepasan hak atas tanah dari • paling lama 3 (tiga) hari
pemilik tanah kepada Badan Hukum
• surat permohonan, persetujuan dan • paling lama 7 (tujuh) hari
pengesahan gambar site plan
• pengukuran dan pembuatan peta
bidang tanah • paling lama 14 (empat belas) hari
• penerbitan Izin Mendirikan Bangunan
Induk dan pemecahan Izin • paling lama 3 (tiga) hari
Mendirikan Bangunan
• evaluasi dan penerbitan Surat
Keputusan tentang Penetapan Hak • paling lama 3 (tiga) hari
atas Tanah
LANJUTAN

 Badan Hukum (pengembang) yang melaksanakan pembangunan perumahan bagi MBR dengan dilengkapi
pembangunan PSU
 PSU yang telah selesai dibangun diserahterimakan kepada Pemerintah Daerah secara bertahap sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
 Untuk percepatan pelaksanaan perizinan dan nonperizinan pembangunan perumahan bagi MBR di daerah,
pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota mendelegasikan wewenang pemberian izin dan nonperizinan
kepada Kepala Dinas Penanaman Modal dan PTSP
 Bupati/Walikota menyampaikan laporan pelaksanaan perizinan dan nonperizinan pembangunan Perumahan bagi
MBR di daerahnya kepada Gubernur secara berkala setiap 6 bulan
 Gubernur menyampaikan laporan pelaksanaan perizinan dan nonperizinan pembangunan Perumahan bagi MBR di
daerahnya kepada Menteri melalui Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah secara berkala setiap tahun.
SANKSI
(PP 64 TAHUN 2016)

BAB VII
SANKSI
Pasal 24

1. Dalam hal persyaratan perizinan yang disampaikan oleh Badan Hukum kepada PTSP telah terpenuhi dan perizinan tidak diberikan dalam jangka waktu yang
telah ditetapkan, Badan Hukum menyampaikan kepada bupati/walikota untuk penerbitan izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pemerintahan daerah.

2. Dalam hal izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diterbitkan oleh bupati/walikota, Badan Hukum menyampaikan kepada gubernur untuk pemberian
sanksi administratif sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pemerintahan daerah.

3. Dalam hal sanksi administratif telah dikenakan dan perizinan tidak diterbitkan oleh bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1), gubernur mengambil
alih pemberian izin dimaksud.

4. Dalam hal persyaratan perizinan yang disampaikan kepada gubernur telah terpenuhi dan perizinan tidak diberikan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan,
Badan Hukum menyampaikan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pemerintahan dalam negeri untuk pemberian sanksi
administratif sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pemerintahan daerah.

5. Dalam hal sanksi administratif telah dikenakan dan perizinan tidak diterbitkan oleh gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pemerintahan dalam negeri mengambil alih pemberian izin dimaksud.

Pasal 25
 Dalam hal persyaratan yang berkaitan dengan pertanahan disampaikan oleh Badan Hukum kepada Kantor Pertanahan telah terpenuhi dan perizinan dan
nonperizinan tidak diberikan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, Badan Hukum menyampaikan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanahan untuk penerbitan izin dan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
SANKSI
(UU 23 TAHUN 2014)

Jenis Sanksi
Subyek
dikenakan Tidak Dibayarkan hak Pem-
No LARANGAN sanksi Te-gur- Te-gur- keu berhentia Pember DAU/D Ambil Tunda Pasal
an ter- an II Binsus n
WKLKD tulis sementar hentian BH Alih evaluasi
KDH DPRD Dae-rah 3 bulan 6 bulan a
H

1
Tidak menjalankan X X X X X1 X1 68
Program strategis nasional

2
Tidak menyampaikan LPPD X X X X 73
dan ringkasan LPPD

3
Tidak menyampaikan LKPJ X X X X 73
kpd DPRD
4
Menjadi pengurus X X X1 77
perusahaan
5
Perjalanan Luar Negeri X X X1 77
tanpa izin MDN
Meninggalkan tugas dari
6 wilayah kerja 7 hari atau X X X1 X1 X1 77
berturut-turut dlm 1 bulan
SANKSI
(UU 23 TAHUN 2014)

Jenis Sanksi
Subyek
dikenakan Tdk Dibayarkan
No LARANGAN sanksi Teguran Tegura hak keuangan Pember- Pember- DAU/ Ambil Tunda Pasal
tertulis n II Binsus hentian hentian DBH Alih evaluasi
sementara
KDH WKLK DPRD Dae- 3 6
DH rah bulan bulan

7
Tidak menyampaikan Perda X X 249
setelah ditetapkan

Masih memberlakukan Perda yg X X X 252


dibatalkan
8
Masih memberlakukan Perda yg X X 252
dibatalkan

X X 252
9
Masih memberlakukan Pajak
Retribusi

10 Tidak menyebarluaskan perda X X X X 254

11
Tidak menyampaikan X X X 266
RPJPD/RPJMD

12 Tidak menetapkan Perkada RKPD X X 266


SANKSI
(UU 23 TAHUN 2014)

Jenis Sanksi
Subyek
dikenakan
Tdk Dibayarkan
sanksi hak keuangan
No LARANGAN Pember- Pasal
Tegu-ran Tegura Binsus hentian Pembr- DAU/ Ambil Tunda
tertulis n II sementa hentian DBH Alih evaluasi
WKLKD Dae- 3 6 ra
KDH H DPRD rah bulan bulan

13 Melakukan pungutan diluar UU X X 287

14 Tidak mengajukan Perda APBD X X 311

15 Tidak menyetujui bersama RAPBD X X X 312

16 Tidak mengumumkan informasi X X X X 348


pelayanan publik

17 Tidak memberikan pelayanan X X X X 350


peizinan
18 Tidak melaksanakan rekom X X 351
Ombudsman

19 Tidak mengumumkan informasi X X X X 394


bangda dan keuda
TAHAPAN SANKSI

SANKSI ADMINISTRATIF JENIS SANKSI ADMINISTRATIF


1. Teguran Tertulis;
1. Teguran Tertulis;
2. Tidak Dibayarkan Hak Keuangan Selama 3 (Tiga) Bulan;
2. Teguran Tertulis Kedua; 3. Tidak Dibayarkan Hak Keuangan Selama 6 (Enam) Bulan;

3. Pemberhentian Sementara Selama 3 4. Penundaan Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah;

(Tiga) Bulan; dan/atau 5. Pengambilalihan Kewenangan Perizinan;

6. Penundaan Atau Pemotongan Dana Alokasi Umum dan/atau Dana


4. Pemberhentian Bagi Hasil;

7. Mengikuti Program Pembinaan Khusus Pendalaman Bidang


Pemerintahan;

8. Pemberhentian Sementara Selama 3 (Tiga) Bulan; dan/atau

9. Pemberhentian.
PP NO 12 TAHUN 2017 TENTANG BINWAS PENYELENGGARAAN
DAERAH

LATAR BELAKANG MEKANISME BINWAS


 Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 353
dalam rangka memberi kepastian hukum Pembinaan Menteri
terhadap tata cara pengenaan sanksi Umum Dalam
Pemerintah Negeri
administratif dalam penyelenggaraan Provinsi
Pembinaan Menteri
Pemerintahan Daerah dan untuk melaksanakan Teknis Teknis
ketentuan Pasal 383 Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah Pembinaan Gubernur
 Dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas Kab/Kota Umum & Teknis
daerah dalam rangka mendukung pelaksanaan
urusan pemerintahan konkuren sesuai UU.
PEMBINAAN UMUM DAN BENTUK PEMBINAAN

PEMBINAAN UMUM BENTUK PEMBINAAN (psl 3)


Pembagian Urusan pemerintahan  Fasilitasi
Kelembagaan daerah
 Konsultasi
Kepegawaian pada perangkat daerah
Pembangunan daerah  Pendidikan dan Pelatihan
Pelayanan publik di daerah  Penelitian dan Pengembangan
Kerja sama daerah
Kebijakan daerah
Kepala daerah dan DPRD; dan
Bentuk pembinaan lainnya sesuai UU
PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMDA

PENGAWASAN UMUM PENGAWASAN TEKNIS


Pembagian Urusan pemerintahan  Capaian standar pelayanan atas pelayanan
Kelembagaan daerah dasar
Kepegawaian pada perangkat daerah  Ketaatan terhadap ketentuan peraturan
Keuangan daerah perundang-undangan termasuk ketaatan
Pembangunan daerah NSPK
Pelayanan publik di daerah  Dampak pelaksanaan urusan pemerintahan
Kerja sama daerah konkuren
Kebijakan daerah  Akuntabilitas pengelolaan APBN dalam
Kepala daerah dan DPRD; dan pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren
Bentuk pengawasan lain sesuai UU
BENTUK PENGAWASAN DAN PRINSIP

BENTUK PENGAWASAN (Psl 10) PRINSIP PENGAWASAN (Psl 16)


 Review  Profesional
 Monitoring  Independen
 Evaluasi  Objektif
 Pemeriksaan dan lainnya  Tidak tumpang tindih antar APIP
 Berorientasi perbaikan dan peringatan dini
CAKUPAN BINWAS KEPALA DAERAH
(PASAL 19)

1. Pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan


2. Pelaksanaan tugas pembantuan yang bersumber dari APBD
3. Ketaatan terhadap UU dan pelaksanaan NSPK
4. Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah yang bersumber dari APBD
5. Binwas terhadap DESA
6. Binwas terhadap DESA dibantu oleh Camat dan Inspektorat Kab/Kota
7. Binwas oleh CAMAT dilaksanakan dengan UU disampaikan ke Bupati/Walikota
PELANGGARAN DAN BENTUK SANKSI
(PASAL 36 DAN 37)

PELANGGARAN ADMINISTRATIF BENTUK SANKSI ADMINISTRATIF


 Tidak melaksanakan program strategis nasional Teguran tertulis
 Tidak menyampaikan laporan penyelenggaraan PEMDA Tidak dibayarkan hak keuangan selama (3) bulan
dan ringkasan 1 x setahun (3 bulan setelah tahun anggaran Tidak dibayarkan hak keuangan selama (6) bulan
berakhir) Penundaan evaluasi rancangan perda
 Tidak menyampaikan LKPJ
Pengambilalihan kewenangan perizinan
 Menjadi pengurus Yayasan dan atau Perusahaan
 Melakukan perjalanan ke LN tanpa izin menteri
Penundaan atau pemotongan DAK/DBH
 Meninggalkan tugas 7 hari berturut-turut Mengikuti program pembinaan khusus
 Tidak menyampaikan PERDA dan Perkada, 7 hari setelah Pemberhentian sementara selama 3 (tiga) bulan
ditetapkan Pemberhentian
 Memberlakukan PERDA yang telah dibatalkan
Menteri/Gubernur.
 Tidak menyebarluaskan PERDA dan PERKADA
 Dst…
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
- PERUBAHAN KONSEP -

UU 32 Tahun 2004 UU 23 Tahun 2014


 Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan
 Standar Pelayanan Minimal adalah standar suatu
mengenai jenis dan mutu Pelayanan Dasar yang
pelayanan yang memenuhi persyaratan minimal
merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang
kelayakan.
berhak diperoleh setiap warga negara secara
 15 Urusan Pemerintahan Wajib terkait Pelayanan minimal.
Dasar.
 6 Urusan Pemerintahan Wajib terkait Pelayanan
 Ditetapkan dengan Peraturan Menteri oleh
Dasar.
masing-masing Menteri/Pimpinan LPND dengan
konsultasi yang dikoordinasikan oleh Menteri  Ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
Dalam Negeri.  Pengaturan terkait pemenuhan kebutuhan dasar
 Dominasi pengaturan terkait Produsen Pelayanan konsumen pelayanan
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
- PERUBAHAN KONSEP -

UU 32 Tahun 2004 UU 23 Tahun 2014


 Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan
 Standar Pelayanan Minimal adalah standar suatu
mengenai jenis dan mutu Pelayanan Dasar yang
pelayanan yang memenuhi persyaratan minimal
merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang
kelayakan.
berhak diperoleh setiap warga negara secara
 15 Urusan Pemerintahan Wajib terkait Pelayanan minimal.
Dasar.
 6 Urusan Pemerintahan Wajib terkait Pelayanan
 Ditetapkan dengan Peraturan Menteri oleh
Dasar.
masing-masing Menteri/Pimpinan LPND dengan
konsultasi yang dikoordinasikan oleh Menteri  Ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
Dalam Negeri.  Pengaturan terkait pemenuhan kebutuhan dasar
 Dominasi pengaturan terkait Produsen Pelayanan konsumen pelayanan
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
- PERBEDAAN SPM DAN NSPK-

SPM NSPK
• SPM • NSPK
– Bagian dari NSPK – NSPK sebagai pedoman bagi daerah dalam
– Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan penyelenggaraan urusan Pemerintahan
mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan Dasar – Norma adalah aturan atau ketentuan yang dipakai
yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib sebagai tatanan untuk penyelenggaraan
yang berhak diperoleh setiap warga negara pemerintahan daerah.
– Standar adalah acuan yang dipakai sebagai patokan
secara minimal.
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
– Terkait urusan wajib pelayanan dasar – Prosedur adalah metode atau tata cara untuk
– Pelayanan Dasar adalah pelayanan publik untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah.
memenuhi kebutuhan dasar warga negara – Kriteria adalah ukuran yang dipergunakan menjadi
– Wujud dari upaya pemerataan hasil dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
pembangunan daerah – Terkait semua urusan pemerintahan
– Dalam bentuk program dan kegiatan pemda – Dalam bentuk peraturan menteri, peraturan daerah,
dan lainnya
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
- SISTEMATIKA PENGATURAN-
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
- SUBSTANSI SPM SESUAI PSL 3 AY 1 DAN 2 -
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
- KRITERIA PENETAPAN SUBSTANSI PENDAS DALAM SPM-

Penetapan sebagian substansi Pelayanan Dasar sebagai SPM


dilakukan berdasarkan kriteria barang dan/atau jasa kebutuhan
dasar yang:
bersifat mutlak dapat distandarkan

yang berhak diperoleh oleh setiap Warga Negara Indonesia


STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
- MATERI MUATAN SPM PASAL 4 -

Standar Pelayanan Minimal memuat


JENIS, MUTU, dan PENERIMA
Pelayanan Dasar.

Setiap Jenis Pelayanan Dasar memiliki


Mutu Pelayanan Dasar.
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
- PENERAPAN SPM -
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
- PENERAPAN SPM  PENGUMPULAN DATA -
 Pengumpulan data untuk memperoleh data tentang jumlah dan kualitas
barang dan/atau jasa kebutuhan dasar sesuai dengan SPM
 Pengumpulan data mencakup:
a. jumlah dan identitas lengkap Warga Negara yang berhak memperoleh
Pengumpulan barang dan/atau jasa kebutuhan dasar secara minimal sesuai dengan Jenis
Data (Psl 12) Pelayanan Dasar dan Mutu Pelayanan Dasarnya serta khusus pengumpulan
data untuk penerapan SPM pendidikan Daerah kabupaten/kota mencakup
jumlah dan identitas lengkap seluruh Warga Negara yang berhak
memperoleh barang dan/atau jasa kebutuhan dasar secara minimal; dan
b. jumlah barang dan/atau jasa yang tersedia, termasuk jumlah sarana dan
prasarana yang tersedia.
 Pengumpulan data diintegrasikan dengan sistem informasi
pembangunan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
- PENGHITUNGAN KEBUTUHAN PEMENUHAN PENDAS -

Penghitungan kebutuhan pemenuhan Pelayanan Dasar


dilakukan dengan menghitung selisih jumlah barang
dan/atau jasa yang dibutuhkan untuk pemenuhan
Pelayanan Dasar dengan jumlah barang dan/atau jasa
Perhitungan yang tersedia
(Psl 13)

Hasilnya menjadi dasar dalam penyusunan rencana


pemenuhan Pelayanan Dasar
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
- PENYUSUNAN RENCANA PEMENUHAN PENDAS -

Penyusunan rencana pemenuhan Pelayanan


Dasar dilakukan oleh Pemerintah Daerah agar
Pelayanan Dasar tersedia secara cukup dan
berkesinambungan

PENYUSUNA
N RENCANA
PEMENUHAN
(Psl 14) Rencana pemenuhan Pelayanan Dasar ditetapkan
dalam dokumen perencanaan dan penganggaran
pembangunan Daerah sebagai prioritas belanja
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
- PENYUSUNAN RENCANA PEMENUHAN PENDAS -
Pelaksanaan pemenuhan Pelayanan Dasar
dilakukan sesuai dengan rencana pemenuhan
Pelayanan Dasar, berupa:
• menyediakan barang dan/atau jasa yang dibutuhkan; dan/atau
• melakukan kerja sama Daerah sesuai dengan ketentuan
PELAKSANAA
N peraturan perundang-undangan.
PEMENUHAN
(Psl 15) Dalam pelaksanaan pemenuhan Pelayanan Dasar
Pemerintah Daerah dapat:
• membebaskan biaya untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi
Warga Negara yang berhak memperoleh Pelayanan Dasar
secara minimal; dan/atau
• memberikan bantuan pemenuhan barang dan/jasa kebutuhan
dasar yang berhak diperoleh Warga Negara secara minimal,
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
- LAPORAN PENERAPAN SPM -

Laporan penerapan SPM termasuk dalam


materi muatan laporan penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah dan disampaikan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur
mengenai laporan penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.

Materi muatan laporan penerapan SPM


sekurang-kurangnya terdiri atas:
• hasil penerapan SPM;
• kendala penerapan SPM; dan
• ketersediaan anggaran dalam penerapan SPM,
•laporan penerapan SPM Daerah provinsi juga
harus mencantumkan rekapitulasi penerapan SPM
Daerah kabupaten/kota.
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
- HASIL PELAPORAN SPM -

Digunakan Pemerintah Pusat, untuk:


• perumusan kebijakan nasional; dan
• pemberian insentif atau disinsentif.

Digunakan Pemerintah Daerah, untuk:


• penilaian kinerja perangkat Daerah;
• pengembangan kapasitas Daerah dalam peningkatan
pelaksanaan pemenuhan Pelayanan Dasar; dan
• penyempurnaan kebijakan penerapan SPM dalam
perencanaan dan penganggaran pembangunan
Daerah.
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
- PEMBINAAN DAN PENGAWASAN | PSL 19 -

• Menteri, terhadap penerapan SPM Daerah provinsi


Pembinaan • Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, terhadap penerapan
dan
SPM Daerah kabupaten/kota
Pengawasan
• Gubernur dan bupati/walikota, terhadap perangkat daerah masing-
Umum
masing

• Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang yang


Pembinaan sesuai dengan jenis SPM, terhadap penerapan SPM Daerah provinsi
dan • Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, terhadap penerapan SPM
Pengawasan Daerah kabupaten/kota
Teknis • Gubernur dan bupati/walikota, terhadap perangkat daerah masing-masing
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
- SANKSI | PSL 20 -

Kepala Daerah dan/atau wakil kepala Daerah


yang tidak melaksanakan SPM dijatuhi sanksi
administratif.

Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi


administratif dengan Peraturan Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan
dalam negeri yang ditetapkan setelah
dikoordinasikan dengan
kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian terkait.
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
- PELAKSANAAN PP 2/2018 -

Peraturan pelaksanaan dari Peraturan


Pemerintah ini harus ditetapkan paling lama
tanggal 1 Januari 2019.

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada


tanggal 1 Januari 2019
PROGRES PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN
BIDANG PERUMAHAN RAKYAT

PROGRES
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
BIDANG PERUMAHAN RAKYAT

Penyediaan dan Rehabilitasi


LAYANAN Rumah Layak Huni bagi
1 Korban Bencana Provinsi /
Kabupaten Kota

Penyediaan Rumah Layak


LAYANAN Huni bagi Masyarakat yang
2 Terkena Relokasi Program
Pemerintah Provinsi /
Kabupaten Kota
MUATAN SPM LAYANAN 1 | PENYEDIAAN DAN REHABILITASI RUMAH
LAYAK HUNI BAGI KORBAN BENCANA PROVINSI/KABUPATEN KOTA

PENERIMA LAYANAN DASAR MUTU LAYANAN DASAR CARA MENGUKUR

1) Rumah Tangga yang memiliki 1. Rehabilitasi rumah rusak (ringan, Persentase jumlah rumah rusak
penghasilan batas upah minimal provinsi sedang) sesuai dengan kriteria akibat bencana alam yang ditangani
(UMP) keatas difasilitasi dengan rumah layak huni dan penggunaan (jumlah rumah yang diperbaiki +
bantuan hunian tetap sementara selama teknologi/bahan bangunan daerah jumlah rumah yang dibangun
maksimal 1 (satu) tahun. setempat sesuai kearifan lokal. kembali) terhadap jumlah total
2) Rumah tangga yang memiliki 2. Penyediaan rumah layak huni rumah rusak akibat bencana alam.
penghasilan dibawah UMP (pembangunan baru) bagi korban
mendapatkan pelayanan penyediaan bencana alam dilayani dengan luas
dan rehabilitasi rumah layak huni. rumah sebesar 36m2.
3) Penyediaan RLH melalui Relokasi
rumah korban bencana alam
diperuntukkan bagi seluruh masyarakat
yang menjadi korban bencana alam. Indikator pengukuran
Jumlah unit rumah MBR yang ditangani
SPM = ----------------------------------------------------------------------------- X 100 %
Jumlah total unit rumah MBR yang rusak akibat bencana alam
MUATAN SPM LAYANAN 2 | PENYEDIAAN RUMAH LAYAK HUNI BAGI MASYARAKAT
YANG TERKENA RELOKASI PROGRAM PROVINSI/KABUPATEN KOTA

PENERIMA LAYANAN DASAR MUTU LAYANAN DASAR CARA MENGUKUR

Rumah tangga yang: 1. Relokasi masyarakat ke Persentase jumlah rumah


lokasi perumahan yang layak yang dibangun dan
1) Terdampak perubahan sosial huni yang telah ditentukan dimanfaatkan (jumlah unit
budaya setempat. pemerintah daerah dan rumah yang dibangun +
2) Menghuni di lokasi bukan hak sesuai dengan tata ruang jumlah unit rumah susun
milik atau Program penataan serta penggunaan teknologi/ sewa yang dibangun)
kawasan kumuh (squatter). bahan bangunan daerah terhadap jumlah total rumah
3) Bersedia dan sepakat untuk setempat sesuai kearifan untuk kepala keluarga yang
direloksi. lokal. akan direlokasi.
4) Bersedia dan sepakat untuk
difasilitasi menghuni rumah
susun umum.
Indikator pengukuran
Jumlah unit rumah yang dibangun dan dimanfaatkan
SPM = -------------------------------------------------------------------------------- X 100 %
Jumlah total Kepala Keluarga terkena relokasi program pemerintah
SKEMA PELAKSANAAN FASILITASI RELOKASI SPM BIDANG PERUMAHAN
RENCANA
Hunian yang
PROGRAM
PEMERINTAH Terkena Dampak Program Penyelenggaraan Pengadaan Tanah untuk
DAERAH Relokasi Kepentingan Umum sesuai UU 2/2017 Pasal 10

IDENTIFIKASI
Permasalahan:
Batasan kewenangan
Legalitas
Kepemilikan terhadap pengadaan tanah
ILEG Bangunan dan LEGA bagi relokasi program
AL Lahan korban L pemerintah,
Dampak Relokasi
Pemanfaatan Pemanfaatan Case: Relokasi
tanah negara tanah negara
yang melanggar tidak melanggar Bendungan Terhadap 1
Peraturan Peraturan Desa

Tidak
FASILITASI Pengadaan Tanah oleh
Pengadaan Diberi ganti kerugian GANTI APBD / Dana Alokasi
diberi ganti
kerugian Tanah aset bangunan KERUGIAN Ganti Kerugian
Alokasi Dana Ganti
Kerugian Tanah Tanah dan Hunian di Lokasi
dan/Bangunan sesuai permukiman baru
Pembangunan Pembangunan nilai appraisal
RUSUNAWA RUMAH TAPAK
Mekanisme Pengaturan
Pelaksanaan?
PERMENDAGRI NO. 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYUSUNAN
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2019

PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP


PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN LAYAK

1. pembangunan manusia melalui pengurangan


kemiskinan dan peningkatan pelayanan dasar;
1. menyediakan akses hunian layak
2. pengurangan kesenjangan antar wilayah melalui dan terjangkau;
penguatan konektivitas dan kemaritiman;
3. peningkatan nilai tambah ekonomi melalui pertanian,
2. menyediakan akses infrastruktur
industri dan jasa produktif; dasar pemukiman layak; dan
4. pemantapan ketahanan energi, pangan, dan sumber
daya air melalui pelestarian lingkungan; dan 3. meningkatkan kualitas
5. stabilitas keamanan nasional dan kesuksesan pemilu. lingkungan di permukiman
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH

Arah kebijakan pembangunan daerah 2019, berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemeritahan Daerah dan Peraturan Pemerintah
Nomor 2 Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimal, bahwa terdapat 6 (enam) urusan pemerintahan
wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar yang terdiri dari:
 pendidikan;
 kesehatan;
 pekerjaan umum dan penataan ruang;
 perumahan rakyat dan kawasan permukiman;
 ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat; dan
 sosial serta beberapa prioritas lainnya
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH

Peningkatan akses masyarakat terhadap


PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL perumahan dan permukiman layak
1. pembangunan manusia melalui pengurangan
kemiskinan dan peningkatan pelayanan dasar;
1. menyediakan akses hunian layak
2. pengurangan kesenjangan antar wilayah melalui dan terjangkau;
penguatan konektivitas dan kemaritiman;
3. peningkatan nilai tambah ekonomi melalui pertanian,
2. menyediakan akses infrastruktur
industri dan jasa produktif; dasar pemukiman layak; dan
4. pemantapan ketahanan energi, pangan, dan sumber
daya air melalui pelestarian lingkungan; dan 3. meningkatkan kualitas
5. stabilitas keamanan nasional dan kesuksesan pemilu. lingkungan di permukiman
PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

SPM PERA PROVINSI SPM PERA KAB/KOTA


 penyediaan dan rehabilitasi rumah yang layak huni  penyediaan dan rehabilitasi rumah yang layak huni
bagi korban bencana provinsi; dan bagi korban bencana kabupaten/kota; dan
 fasilitasi penyediaan rumah yang layak huni bagi  fasilitasi penyediaan rumah yang layak huni bagi
masyarakat yang terkena relokasi program masyarakat yang terkena relokasi program
Pemerintah Daerah provinsi. Pemerintah Daerah kabupaten/kota.
 Mutu dan jenis sesuai petunjuk teknis  Mutu dan jenis sesuai petunjuk teknis
SEMBILAN (9) HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM
RKPD 2019 TERKAIT MUATAN PKP
mendorong pihak swasta (pengembang
penyediaan hunian layak serta peningkatan kualitas
1 rumah tidak layak huni dengan indikator jumlah 5 perumahan dan perbankan) dalam menyediakan
hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah;
rumah tangga yang terfasilitasi;
pengentasan permukiman kumuh dengan
penyusunan dan pengembangan data rumah tidak
layak huni sebagai dasar targeting program/kegiatan 6 indikator jumlah rumah tangga yang
2 penyediaan hunian layak di provinsi dan
terfasilitasi;
kabupaten/kota; menyusun rencana penyediaan hunian layak
7 atau Dokumen RP3KP;
fasilitasi penyediaan dan pencadangan lahan untuk
3 perumahan masyarakat berpenghasilan rendah; mengintegrasikan program/kegiatan perbaikan
rumah dan penyediaan infrastruktur dasar (air
8 minum, air limbah, persampahan) dalam rangka
kemudahan perizinan dalam pembangunan
perumahan untuk masyarakat berpenghasilan penanganan permukiman kumuh; dan
4 rendah (Penerapan Peraturan Menteri Dalam Negeri penegakan peraturan terkait tata bangunan
Nomor 55 tahun 2017); 9 untuk pencegahan kumuh.
CAPAIAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH
PROVINSI JAWA TENGAH
(BERDASARKAN DATA KEMENPUPR 2017)

5,000.00

4,500.00

4,000.00

3,500.00

3,000.00

2,500.00

2,000.00

1,500.00

1,000.00

500.00

0.00
D RA
T U U BI LU N G G N T H IY R T H
` N R
RA RA ALO H T N RA LI TB TT RA U T A A
A RA RI
A
RI
A M U TA N N TE RA A D U RA G A T A U A RA TA
BA N N K RA PU RT
N TABA JA K LA IT
U P U N A N
G
T I M
BA EN LA TIM TA TA T N
G A A G
A TA LU BA PA A
A
U
A A
N
N
G
SE EL A
M BA A B TE A N T SE N N
U IU O
N
TE S I B SEL N
G
U
U
M
A
A A
K
R R U BE B L W A W A N A
TA E S R
ES
I E I E K PU IJ
TE TE LA RA K A JA W JA T
TA TA
N
N
T W G
O W ES SI
T
LU K
A A PU TE G JA A
N
N N A A
N
LA A
W LA W E A PA D
M M A M M L A
SU SU
E N
LI
A A LI LI
M SU SU U L W M
K
U
M BA A L IM LIM A A SU S LA
S K A A K K SU
K K

TARGET TOTAL CAPAIAN

• Target Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh di Provinsi Jawa Tengah sebesar 4615, 46 Ha dan Capaian
Penanganan mencapai 1157,37 Ha di Tahun 2017.
CAPAIAN PENANGANAN BACKLOG PROVINSI JAWA TENGAH
(BERDASARKAN DATA KEMENPUPR 2017)

Backlog MBR FLPP s.d 2017

2,396,322
1,375,506
1,029,530

1,025,572

1,023,612
861,729
455,820
346,315

338,729

289,746
269,421
252,753

225,632
224,451

199,948

174,416

165,590
162,914
140,693

135,429

130,735

128,898

128,268

124,210
103,726
78,819

72,651

71,704

58,806
48,326
45,669

46,774
39,773
17,971

27,107
6,095
3,504

2,439

2,963

3,331

2,552

2,722
3,462

2,795

1,063

1,111

2,999

1,928

1,454
1,998

1,086

1,222
955

483

239
453

819

112

393

317

539

902

158
75

84

46
-

-
m ra at ia
u bi a n l u n g t r
ng i au ar t a ar a gah t en u ar t a al ar a
i t ur
r at ah tan ur ar a ar a ah tan ar a alo r at ku ar a ua r at
al
a ta ar am at ku u pu m B B m a g m t t g t a u t p a
B R J l i t n R ak B en an T i ak i B en ela T i U en ela ngg on B al U Pa B
us ra U ra e
S e n g m
a e l
a J a T B y a T n T S n
U
i T S r i M ku a
ar L a B au K I a w a a
og ar ar a nt a an an t an nt a es si e o
si i T G w e
s u
D ate ate e ra B
k l J a w J a w
Y g g g a t t n a a w e e s a a lu ap
h t u D g n n a w l P
m
ce S u S u
m a g p J l en n m a a m ul la l aw we
A u m an Ke D T T e ali li m li m alim al i S u Su la Su M
S B a K a a K S u
oe n us sa K K K S
r ua N Nu
gg ul
a
an ep
N K

• Jumlah Backlog MBR di Provinsi Jawa Tengah sebesar 861, 729 Unit (PUPR, 2017)
• Capaian s.d Tahun 2017 penanganan backlog MBR di Provinsi Jawa Tengah melalui BANTUAN PEMBIAYAAN
PERUMAHAN FLPP MBR sebesar 2439 Unit.
DUKUNGAN KEMENDAGRI TERKAIT KEBIJAKAN
PENYELENGGARAAN URUSAN PKP

1. Mendorong Kementerian Teknis untuk menyelesaikan NSPK sebagai Pedoman Penyelenggaraan Urusan PKP di Daerah
2. Mendorong stakeholder di daerah berkolaborasi dalam pencapaian indikator kinerja penyelenggaraan PSU, seperti Universal
Access, pencegahan, penataan dan peningkatan kualitas kumuh, RTLH/BSPS, penyelenggaraan PSU, kemudahan perizinan PKP,
dll;
3. Mendorong komitmen Legislatif dan Eksekutif dalam pencapaian urusan penyelenggaraan PKP (Air Minum, Sanitasi, Kumuh,
Perizinan Pembangunan Rumah, PSU, dll) di daerah;
4. Sinkronisasi UU 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah melalui
RPP Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Konkuren (PUPK) dan Revisi PMDN 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah; dan
5. Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Urusan Perumahan dan Kawasan Permukiman termasuk Pelaksanaan SPM dan
NSPK.
6. (Saat ini) Menyusun draf Permendagri tentang Penerapan SPM Perumahan Rakyat di Daerah
7. Mendorong pelaksanaan pemetaan (T-1/pendataan) rumah yang berpotensi terkena bencana dan program pemerintah daerah.
TERIMA KASIH
DIREKTORAT SINKRONISASI URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH (SUPD) II
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH | KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Telp/Fax: 021-7942656 | Email : supd2perkim@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai