Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT DAN OLYMPISM

SERTA PARADIGMA
PENDIDIKAN JASMANI
KELOMPOK 1 :
FILSAFAT DAN OLYMPISM SERTA PARADIGMA
PENDIDIKAN JASMANI

A. Azas dan Falsafah PJOK


B. Olimpade dan Olympism (Olimpisme)
C. Paradigma Baru dalam Pendidikan Jasmani
Pendidikan Pendidikan
Jasmani Olahraga

Azas dan Falsafah PJOK

Pendidikan
Kesehatan
Azas dan Falsafah PJOK

A. Pengertian
1. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan
aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas
individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional.

2. Pendidikan Olahraga
Pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak agar
menguasai cabang-cabang olahraga tertentu.

3. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang menjembatani
kesenjangan antara informasi dan tingkah laku kesehatan.
Pendidikan Jasmani
Tujuan dan Pentingnya Pendidikan Jasmani
A. Secara umum, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk:
- Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
- Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan
- Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal
- Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani
- Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan
keterampilan sosial
- Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani
B. Manfaat pendidikan jasmani di sekolah
- Memenuhi kebutuhan anak akan gerak
- Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya
- Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna
- Menyalurkan energi yang berlebihan
- Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik,
mental maupun emosional
Pendidikan Kesehatan
A. Tujuan Pendidikan Kesehatan
1. Meningkatkan pengetahuan anak didik tentang ilmu kesehatan
2. Menanamkan dan membina nilai dan sikap mental yang positif
3. Menanamkan dan membina kebiasaan hidup sehat sehari-hari
4. Meningkatkan keterampilan anak didik dalam lingkup kesehatan
B. Proses Pendidikan Kesehatan
1. Masukan (input): menyangkut sasaran belajar yaitu individu, kelompok
dan masyarakat dengan berbagai latar belakangnya.
2. Proses : mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan dan
perilaku pada diri subjek belajar.
Factor : adalah pengajar, tehnik belajar dan materi atau bahan pelajaran.
3. keluaran : kemampuan sebagai hasil perubahan yaitu perilaku sehat dari
sasaran didik melalui pendidikan kesehatan (Notoatmodjo,2003).
Landasan Filosofis Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

Kebugaran dan kesehatan

Keterampilan fisik
Untuk meneliti aspek
Terkuasainya konsep dan prinsip gerak penting dari penjas,
dasar-dasar pemikiran
Kemampuan berpikir seperti berikut perlu
dipertimbangkan :
Kepekaan rasa

Keterampilan social

Kepercayaan diri dan citra diri (self esteem)


Landasan Ilmiah Pelaksanaan Pendidikan Jasmani

Landasan Biologis

Landasan Psikologis

Landasan Sosiologis
Olimpiade dan Olympism (Olimpisme)

Pengertian
Olympism atau olimpisme berasal dari dua suka kata yaitu Olympic atau olimpia
dan isme atau ism.
Olimpia adalah nama sebuah tempat di Athena yang dipergunakan sebagai
tempat penyelenggaraan aktivitas festival olahraga bangsa Yunani Kuno
(olimpiade kuno).
Isme adalah suatu faham/ajaran yang merupakan sistem/ tatanan sosial
yang diyakini memiliki nilai bila diterapkan dalam lingkungan dan kehidupan
masyarakat.
Olympism dapat diartikan adalah dasar fundamental dan filosofi kehidupan
(paham/ajaran) yang mencerminkan dan mengkombinasikan keseimbangan
antara jasmani (badan yang sehat) dan rohani (kemauan, moral dan
kecerdasan) serta mengharmonikan antara kehidupan keolahragaan,
kebudayaan dan pendidikan
Olimpiade dan Olympism (Olimpisme)
Paradigma Olympism dalam Olimpiade
a. Living excellence :
1. Kerja keras untuk mencapai prestasi,
1) Berjuang hingga akhir (pantang menyerah),
2) Fokus terhadap pencapaian prestasi,
3) Terus belajar untuk mendapatkan proses yang tepat untuk pencapaian prestasi terbaik, dan
4) Menjaga keseimbangan antara kebugaran fisik, motivasi /keinginan dan kekuatan mental
b. Living Respect saling menghargai diri dan orang lain dalam hal :
1. Perbedaan pendapat,
2. Perbedaan keyakinan,
3. Perbedaan keragaman budaya,
4. Perbedaan Suku/ras dan Bangsa,
5. Hak-hak sebagai manusia, dan
6. Pencapaian prestasi/kesuksesan seseorang.
c. Living Friendsip :
1. Persahabatan.
2. Berempati dan bersimpati kepada orang lain,
3. Kerjasama,
4. Saling memberi,melayani, dan
5. Saling mendukung.
Olimpiade dan Olympism (Olimpisme)
Komponen Standar Dari Sasaran Pembentukan Moral Dalam
Olympism yaitu:
1.Kesempurnaan Dalam Performansi (Excellence in performance).
2.Berpartisipasi Dengan Kegembiraan & Kesenangan (Joy and pleasure in participation).
3.Kejujuran dalam berkompetisi (Fairness of play).
4.Rasa Hormat Terhadap Sesama (Respect for other nations, cultures, religions, races
and individuals).
5.Pengembangan Kualitas Manusia (Human quality development).
6.Belajar Secara Bersama & Terpadu (Leadership by sharing, training, working and
competing together).
7.Kedamaian Antara Bangsa (Peaceful co-existence between different nations peace).
Paradigma Baru dalam Pendidikan Jasmani
Penjas di Indonesia belum mampu berbuat banyak dalam ikut menciptakan
manusia yang handal dari segi fisik maupun nonfisik. Fenomena ini terjadi karena
dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait, diantaranya:
Pertama, kebijakan pemerintah mengenai kurikulum PJOK di sekolah yang harus
diberlakukan tidak sepadan dengan tujuan yang akan dicapai. Hal ini ditandai
oleh:
1.Perubahan nama bidang, namun tidak diikuti isi program yang harus diajarkan,
2.Tidak diperhitungkan dalam menentukan kenaikan kelas,
3.pengurangan jam pelajaran pada sekolah menengah umum atau hanya dijadikan
sebagai bidang studi pilihan,
4.Penilaian hasil belajar tidak melibatkan aspek kognitif,
5.Tidak tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, dan
6.Kurangnya dukungan yang positif dari pihak-pihak yang terkait,
Paradigma Baru dalam Pendidikan Jasmani
Kedua, kondisi yang terkait langsung di lapangan, diantaranya adalah :
1) terbatasnya kemampuan guru penjas dan sumber-sumber yang digunakan
untuk mendukung proses pembelajaran,
2) sistem penilaian kinerja guru dalam rangka kenaikan pangkat tidak dilakukan
oleh orang yang mampu di bidangnya, sehingga tidak memacu guru untuk terus
mengembangkan karier profesional,
3) jumlah guru bidang studi di sekolah relatif masih kurang, terutama pada
sekolah dasar,
4) model praktek pembelajaran penjas yang dikerjakan oleh guru mulai dari TK
sampai perguruan tinggi cenderung masih bersifat tradisional dan terpusat pada
guru,
5) guru penjas pada umumnya pasif dalam mengantisipasi pengembangan
profesinya dan
6) kurangnya dukungan dari kepala sekolah maupun guru bidang studi lain.
Lima nilai karakter yang lahir dari pembelajaran tersebut, yaitu ; Religius,, Kemandirian,
Gotong royong, dan memiliki Integritas.

Religius

Nasionalis

Kemandirian

Gotong Royong

Memiliki Integritas
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai