Anda di halaman 1dari 57

MANAJEMEN

MANAJEMENKLINIS
KLINISCOVID-19
COVID-19

dr. Widya Sri Hastuti, Sp. P, FCCP, FAPSR


Dipaparkan pada webinar Pembekalan NSI Darurat
Bencana COVID-19, 29 April 2020
Situasi Terkini Perkembangan Coronavirus Disease (COVID-19)
27 April 2020
Update Covid19 di Indonesia (27 April 2020)
DEFINISI OPERASIONAL (1)
PASIEN DALAM PENGAWASAN
1. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam (≥38oC) atau riwayat
demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/sesak nafas/sakit
tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga berat# DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan
gambaran klinis yang meyakinkan DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki
riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal*.

2. Orang dengan demam (≥380C) atau riwayat demam atau ISPA DAN pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19.

3. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat** yang membutuhkan perawatan di rumah sakit
DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.

#
Perlu waspada pada pasien dengan gangguan sistem kekebalan tubuh
(immunocompromised) karena gejala dan tanda menjadi tidak jelas.
*http://infeksiemerging.kemkes.go.id.
** sesuai DO pneumonia berat 5
DEFINISI OPERASIONAL (2)
ORANG DALAM PEMANTAUAN
1.Orang yang mengalami demam (≥380C) atau riwayat demam; atau gejala gangguan
sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk DAN tidak ada penyebab
lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan DAN pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah
yang melaporkan transmisi lokal*.
2.Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit
tenggorokan/batuk DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19.

KASUS KONFIRMASI
Pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan tes positif melalui pemeriksaan PCR.
6
DEFINISI OPERASIONAL (3)

KONTAK ERAT / ORANG TANPA GEJALA Termasuk kontak erat adalah:


(OTG) a. Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat,
mengantar dan membersihkan ruangan di tempat
Seseorang yang tidak bergejala dan
perawatan kasus tanpa menggunakan APD sesuai
memiliki risiko tertular dari orang standar.
konfirmasi COVID-19. Orang tanpa gejala b. Orang yang berada dalam suatu ruangan yang
(OTG) merupakan kontak erat dengan sama dengan kasus (termasuk tempat kerja, kelas,
kasus konfirmasi COVID-19. rumah, acara besar) dalam 2 hari sebelum kasus
timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus
timbul gejala.
c. Orang yang bepergian bersama (radius 1 meter)
dengan segala jenis alat angkut/kendaraan dalam
2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14
hari setelah kasus timbul gejala.

7
PRINSIP MANAGEMEN KLINIS

1. Deteksi dini
2. Isolasi diri atau di Rumah sakit
3. Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi
kebersihan tangan, penggunaan masker dan
menjaga kesehatan dengan makan makanan menu
seimbang dan bergizi, istirahat cukup, olahraga,
4. Kontrol penyakit komorbid
5. Terapi simtomatis dan suportif (oksigenasi, vitamin)
6. Terapi antivirus (masih tahap uji klinis)
Triage: Deteksi Dini Pasien PDP COVID-19
Infeksi Saluran Napas Akut Ringan

Pneumonia ringan

Pneumonia berat

Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

Sepsis

Syok septik
Triage: Deteksi Dini Pasien PDP COVID-19
Triage: Deteksi Dini Pasien PDP COVID-19
Triage: Deteksi Dini Pasien PDP COVID-19
Triage: Deteksi Dini Pasien PDP COVID-19
TATALAKSANA PASIEN DI RS RUJUKAN
1. Terapi Suportif Dini dan Pemantauan
a. Berikan terapi suplementasi oksigen segera pada pasien ISPA berat dan distress
pernapasan, hipoksemia, atau syok.
b. Gunakan manajemen cairan konservatif pada pasien dengan ISPA berat tanpa syok.
c. Pemberian antibiotik empirik berdasarkan kemungkinan etiologi. Pada kasus sepsis
(termasuk PDP) berikan antibiotik empirik yang tepat secepatnya dalam waktu 1 jam.
d. Jangan memberikan kortikosteroid sistemik secara rutin untuk pengobatan pneumonia
karena virus atau ARDS di luar uji klinis kecuali terdapat alasan lain.
e. Lakukan pemantauan ketat pasien dengan gejala klinis yang mengalami perburukan
seperti gagal napas, sepsis dan lakukan intervensi perawatan suportif secepat mungkin.
f. Pahami pasien yang memiliki komorbid untuk menyesuaikan pengobatan dan penilaian
prognosisnya.
g. Tatalaksana pada pasien hamil, dilakukan terapi suportif dan penyesuaian dengan
fisiologi kehamilan.
TATALAKSANA PASIEN DI RS RUJUKAN (2)
2. Pengumpulan Spesimen Untuk Diagnosis Laboratorium
3.Manajemen Gagal Napas Hipoksemi dan ARDS
a. Mengenali gagal napas hipoksemi ketika pasien dengan distress pernapasan mengalami kegagalan terapi oksigen standar
b. Oksigen nasal aliran tinggi (High-Flow Nasal Oxygen/HFNO) atau ventilasi non invasif (NIV) hanya pada pasien gagal
napas hipoksemi tertentu, dan pasien tersebut harus dipantau ketat untuk menilai terjadi perburukan klinis.
c. Intubasi endotrakeal harus dilakukan oleh petugas terlatih dan berpengalaman dengan memperhatikan kewaspadaan
transmisi airborne
d. Ventilasi mekanik menggunakan volume tidal yang rendah (4-8 ml/kg prediksi berat badan, PBW) dan tekanan inspirasi
rendah (tekanan plateau <30 cmH2O).
e. Pada pasien ARDS berat, lakukan ventilasi dengan prone position > 12 jam per hari
f. Manajemen cairan konservatif untuk pasien ARDS tanpa hipoperfusi jaringan
g. Pada pasien dengan ARDS sedang atau berat disarankan menggunakan PEEP lebih tinggi dibandingkan PEEP rendah
h. Pada pasien ARDS sedang-berat (PaO2/FiO2 <150) tidak dianjurkan secara rutin menggunakan obat pelumpuh otot
i. Pada fasyankes yang memiliki Expertise in extracorporal Life Support (ECLS), dapat dipertimbangkan penggunaannya
ketika menerima rujukan pasien dengan hipoksemi refrakter meskipun sudah mendapat lung protective ventilation.
j. Hindari terputusnya hubungan ventilasi mekanik dengan pasien karena dapat mengakibatkan hilangnya PEEP dan
atelektasis. Gunakan sistem closed suction kateter dan klem endotrakeal tube ketika terputusnya hubungan ventilasi
mekanik dan pasien (misalnya, ketika pemindahan ke ventilasi mekanik yang portable)
Manajemen Syok Septik
 Kenali tanda syok septik
 Resusitasi syok septik pada dewasa: berikan cairan kristaloid isotonik 30 ml/kg. Resusitasi syok septik pada
anak-anak: pada awal berikan bolus cepat 20 ml/kg kemudian tingkatkan hingga 40-60 ml/kg dalam 1 jam
pertama.
 Jangan gunakan kristaloid hipotonik, kanji, atau gelatin untuk resusitasi.
 Resusitasi cairan dapat mengakibatkan kelebihan cairan dan gagal napas. Jika tidak ada respon terhadap
pemberian cairan dan muncul tanda-tanda kelebihan cairan (seperti distensi vena jugularis, ronki basah
halus pada auskultasi paru, gambaran edema paru pada foto toraks, atau hepatomegali pada anak-anak)
maka kurangi atau hentikan pemberian cairan.
 Vasopresor diberikan ketika syok tetap berlangsung meskipun sudah diberikan resusitasi cairan yang
cukup. Pada orang dewasa target awal tekanan darah adalah MAP ≥65 mmHg dan pada anak disesuaikan
dengan usia.
 Jika kateter vena sentral tidak tersedia, vasopresor dapat diberikan melalui intravena perifer, tetapi
gunakan vena yang besar dan pantau dengan cermat tanda-tanda ekstravasasi dan nekrosis jaringan lokal.
Jika ekstravasasi terjadi, hentikan infus. Vasopresor juga dapat diberikan melalui jarum intraoseus.
 Pertimbangkan pemberian obat inotrop (seperti dobutamine) jika perfusi tetap buruk dan terjadi disfungsi
jantung meskipun tekanan darah sudah mencapai target MAP dengan resusitasi cairan dan vasopresor.
Pengobatan spesifik anti-nCoV

• Sampai saat ini tidak ada pengobatan spesifik anti-nCoV untuk


pasien suspek atau konfirmasi nCoV.
Respons berdasarkan Beratnya Gejala
Gejala Ringan Gejala Sedang Gejala Berat
Demam >380C Demam >380C - Demam >380C yang menetap
Batuk Sesak napas, batuk menetap dan sakit - ISPA berat/ pneumonia berat:
Nyeri Tenggorokan tenggorokan. Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam
Hidung Tersumbat Pada anak: batuk dan takipneu pengawasan infeksi saluran napas, ditambah satu dari:
Malaise Anak dengan pneumonia ringan frekuensi napas >30 x/menit, distress pernapasan
(tanpa pneumonia, tanpa mengalami batuk atau kesulitan berat, atau saturasi oksigen (SpO2) <90% pada udara
komorbid) bernapas + napas cepat: frekuensi kamar.
napas: <2 bulan, ≥60x/menit; 2–11 Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernapas,
bulan, ≥50x/menit; 1–5 tahun, ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
≥40x/menit dan tidak ada tanda  sianosis sentral atau SpO2 <90%;
pneumonia berat.  distres pernapasan berat (seperti mendengkur,
tarikan dinding dada yang berat);
 tanda pneumonia berat: ketidakmampuan
menyusui atau minum, letargi atau penurunan
kesadaran, atau kejang.
Dalam pemeriksanan darah:
Leukopenia, peningkatan monosit, dan peningkatan
limfosit atipik
Isolasi diri di rumah Rawat di RS Darurat Rawat di RS Rujukan
KLASIFIKASI
GEJALA RINGAN GEJALA SEDANG GEJALA BERAT
Demam >380C Demam >380C - Demam >380C yang menetap
Batuk Sesak napas, batuk menetap dan sakit - ISPA berat/ pneumonia berat:
Nyeri Tenggorokan tenggorokan. Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam pengawasan
Hidung Tersumbat Pada anak: batuk dan takipneu infeksi saluran napas, ditambah satu dari: frekuensi napas >30 x/menit,
Malaise Anak dengan pneumonia ringan distress pernapasan berat, atau saturasi oksigen (SpO 2) <90% pada udara
(tanpa pneumonia, mengalami batuk atau kesulitan kamar.
tanpa komorbid) bernapas + napas cepat: frekuensi Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernapas, ditambah setidaknya
napas: <2 bulan, ≥60x/menit; 2–11 satu dari berikut ini:
bulan, ≥50x/menit; 1–5 tahun,  sianosis sentral atau SpO2 <90%;
≥40x/menit dan tidak ada tanda  distres pernapasan berat (seperti mendengkur, tarikan dinding dada
pneumonia berat. yang berat);
 tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusui atau minum,
letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang.
Dalam pemeriksanan darah:
Leukopenia, peningkatan monosit, dan peningkatan limfosit atipik

Isolasi diri di Rawat di RS Darurat Rawat di RS Rujukan


rumah

Pasien dengan gejala ringan, rawat inap tidak diperlukan kecuali ada kekhawatiran untuk perburukan yang cepat sesuai dengan
pertimbangan medis. Semua pasien yang pulang ke rumah harus memeriksakan diri ke rumah sakit jika mengalami perburukan.
Beberapa alasan pasien dirawat di rumah yaitu perawatan rawat inap tidak tersedia atau tidak aman. Pertimbangan tersebut
harus memperhatikan kondisi klinis dan keamanan lingkungan pasien.
KLASIFIKASI DERAJAT
KEPARAHAN GEJALA
RINGAN
 Demam > 38 c
 Batuk
 Nyeri tenggorokan
 Hidung tersumbat
 Malaise
 (tanpa pneumonia, tanpa komorbid)
KLASIFIKASI DERAJAT
KEPARAHAN GEJALA
SEDANG
 Demam >38C
 Sesak napas
 Batuk persisten/menetap dan sakit tenggorokan
 Pada pasien anak : batuk dengan takipnea (frekuensi napas
berdasarkan usia)
 <2 bulan : > 60x/menit
 2-11 bulan : > 50x/menit
 1-5 tahun : > 40x/menit
KLASIFIKASI DERAJAT
KEPARAHAN GEJALA
BERA
Demam > 38C yang menetap T
ISPA berat / pneumonia berat
Ditemukan Leukopenia, peningkatan Monosit, dan peningkatan limfosit atipik
Pasien remaja / dewasa, dengan :
Demam ATAU gejala ISPA disertai salah satu dari :
 RR > 30x/menit
 Distres napas berat
 SpO2 <93% pada udara kamar
Pasien anak, dengan :
Batuk ATAU kesulitan bernapas, disertai salah satu dari :
 Sianosis sentral ATAU SpO2 <90% pada udara kamar
 Distres napas berat (ada tanda snoring, retraksi dada berat)
 Tanda pneumonia berat
Sindrom klinis berkaitan dengan infeksi SARS COV2
Uncomp Gejala tidak spesifik: demam, batuk, nyeri tenggorokan, kongesti hidung, malaise, sakit kepala,
licated nyeri otot. Pasien usia tua dan immunocompromised gejala atipikal
illness
Pneumonia Pasien dengan pneumonia dengan tidak ada
ringan tanda pneumonia berat Anak-anak : batuk
atau sulit bernapas + takipneu
Pneumonia berat Remaja atau dewasa: demam atau curiga infeksi saluran napas, ditambah RR>30x/menit, distress napas berat,
SpO2 <90% udara ruangan
Anak-anak: Batuk/susah bernapas, ditambah setidaknya satu dari hal berikut: sianosis sentral atau SpO2<90%;
distress napas berat (co: grunting, retraksi dinding dada sangat berat), tanda bahaya umum pneumonia: tidak mau
nyusu atau minum, penurunan kesadaran, atau kejang; takipneu
ARDS Onset baru atau gejala respirasi memburuk dalam satu minggu klinis diketahui
Foto dada (X-ray; CT Scan; atau USG paru): opasitas bilateral, tidak sepenuhnya oleh efusi, lobar atau kolaps
paru, atau nodul
Asal edema: gagal napas tidak sepenuhnya oleh gagal jantung atau overload cairan. Perlu penilaian
objektif seperti echocardigrafi.
Sepsis Dewasa: disfungsi organ disebabkan disregulasi respon tubuh terhadap infeksi (Score SOFA).
Tanda organ disfungsi: perubahan status mental; susah napas atau napas cepat, saturasi oksigen rendah, urin
output berkurang; HR meningkat; nadi teraba lemah, ektremitas dingin, tekanan darah rendah, kulit mottling, hasil
lab: koagulopati, trombositopenia, asidosis, tinggi laktat atau hyperbilirubinemia
Anak: curiga infeksi atau terbukti infeksi dan 2≥ SIRS kriteria, yang salah satunya suhu abnormal atau leukosit
abnormal
Syok Sepsis Dewasa: persisten hipotensi walaupun sudah dilakukan resusitasi cairan, membutuhkan vasopressor untuk
mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg dan serum laktat >2 mmol/L
Anak: hipotensi atau 2-3 dari berikut: perubahan status mental atau bradikardi atau CRT meningkat; vasodilatasi
hangat dengan nadi bounding; takipnea; kulit motling atau petekie atau purpura; peningkatan laktat; oliguria;
hiper atau hipotermia.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
a) - Foto toraks : menunjukkan gambaran pneumonia.
- CT toraks : menunjukkan gambaran
opasitas
ground-glass
b) RT-PCR (dari swab tenggorok ataupun
aspirat saluran napas bawah)
c) Darah perifer lengkap : dapat
ditemukan
d) Kimia darah lainnya : fungsi hepar, fungsi ginjal,
leukopenia/ normal, limfopenia.
darah, prokalsitonin, asam laktat, dan lain-lain
yang diperlukan (sesuai indikasi)
PEMERIKSAAN RUTIN SAAT PASIEN
DATANG
a) Foto Toraks e) Analisis Gas Darah (Bila sesak)
b) Daraf Perifer Lengkap f) Asam laktat serum dan CRP
c) Kimia darah lainnya g) EKG (Pada pasien hipertensi dan
- Fungsi Hepar takikardi)
- Fungsi Ginjal h) Rapid Test Antibody/ swab
- Gula Darah Sewaktu nasofaringeal
- Elektrolit i) CT Scan Toraks bila memungkinkan
d) Prokalsitonin (bila dicurigai
dapat dilakukan bila terdapat
bakterialis)
keraguan pada Rontgen Toraks.
TATA LAKSANA: PASIEN
TERKONFIRMASI (POSITIF)
COVID-19
TATA LAKSANA: PASIEN
TERKONFIRMASI (POSITIF)
COVID-19

1. TANPA GEJALA
Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
Diberi edukasi apa yang harus dilakukan
(diberikan leaflet untuk dibawa ke rumah)
Vitamin C 3x1 tab (untuk 14 hari)*
Pasien mengukur suhu tubuh 2 kali sehari, pagi dan
malam hari
Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas FKTP
Kontrol di FKTP setelah 14 hari untuk pemantauan
klinis
TATA LAKSANA: PASIEN
TERKONFIRMASI (POSITIF)
COVID-19
2. GEJALA RINGAN
 Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
 Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untuk dibawa ke rumah)
 Vitamin C, 3 x 1 tablet (untuk 14 hari)*
 Klorokuin fosfat, 2x 500 mg (untuk 5 hari) ATAU Hidroksiklorokuin,1x 400 mg
(untuk 5 hari)
 Azitromisin, 1 x 500 mg (untuk 5 hari) dengan alternatif Levofloxacin 1x 750
mg
(untuk 5 hari)
 Simtomatis (Parasetamol dan lain-lain).
 Bila diperlukan dapat diberikan Antivirus : Oseltamivir, 2 x 75 mg ATAU
Favipiravir (Avigan), 2 x 600mg (untuk 5 hari)
 Kontrol di FKTP setelah 14 hari untuk pemantauan klinis
TATA LAKSANA: PASIEN
TERKONFIRMASI (POSITIF)
3. GEJALACOVID-19
SEDANG
 Rujuk ke Rumah Sakit/ Rumah Sakit Darurat, seperti Wisma Atlet
 Isolasi di Rumah Sakit/ Rumah Sakit Darurat, seperti Wisma Atlet
selama 14 hari
 Vitamin C diberikan 200-400 mg/ 8 jam dalam 100 cc NaCl 0.9 % habis
dalam 1 jam secara Intravena (IV) selama perawatan
 Klorokuin fosfat, 2 x 500 mg (untuk 5 hari) ATAU Hidroksiklorokuin dosis
1x 400 mg (untuk 5 hari)
 Azitromisin, 1 x 500 mg (untuk 5-7 hari) dengan alternatif Levofloxacin
750 mg/ 24 jam per IV atau oral (untuk 5-7 hari)
 Antivirus : Oseltamivir, 2 x 75 mg ATAU Favipiravir (Avigan) loading
dose
2x 1600 mg hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600mg (hari ke 2-5)
 Simtomatis (Parasetamol dan lain-lain)
TATA LAKSANA: PASIEN
TERKONFIRMASI (POSITIF) COVID-
19GEJALA BERAT
4.
 Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan
 Diberikan obat-obatan rejimen COVID-19 :
 Klorokuin fosfat, 2 x 500 mg perhari (hari ke 1-3) dilanjutkan 2 x 250
mg (hari ke 4-10) ATAU Hidroksiklorokuin dosis 1x 400 mg (untuk 5
hari)
 Azitromisin, 1 x 500 mg (untuk 3 hari)
 Antivirus : Oseltamivir, 2 x 75 mg ATAU Favipiravir (Avigan) loading
dose 2x 1600 mg hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600mg (hari ke
2-5)
 Vitamin C diberikan secara Intravena (IV) selama perawatan
 Diberikan obat suportif lainnya
 Pengobatan komorbid yang ada
 Monitor yang ketat agar tidak jatuh ke gagal napas yang memerlukan
ventilator mekanik
Pencegahan komplikasi
Hasil antisipasi Intervensi
Mengurangi waktu pemakaian Penggunaan protocol penilaian setiap hari untuk menentukan kesiapan
- ventilasi mekanik invasif bernapas spontan
-
interupsi harian sedasi infus
Mengurangi insiden VAP M
- Intubasi oral lebih baik
i- Posisi semi-recumbent
n
- Penggunaan system penyedot tertutup
i- Penggunaan sirkuit ventilator baru untuk setiap pasiep
m
- Ganti penukar penghangat kelembaban ketika tidak berfungsi setiap 5-7 hari
a
l
Mengurangi insiden s- Penggunaan profilaksis farmakologis (heparin 5000 unitSC 2x sehari); jika
tromboemboli ekontraindikasi gunakan profilaksis mekanik
Mengurangi insiden infeksi d
- Pemasangan sesuai SOP standar PPI dan pengingat pencabutan jika tidak
terkait kateter adibutuhkan
Mengurangi insiden ulkus s
- Balikkan pasien setiap 2 jam
dekubitus i
b
Mengurangi insiden ulkus e Pemberian nutrisi enteral dini (dalam 24-48 jam sejak masuk RS)
-
peptikum dan perdarahan GI r Pemberian H2RB atau PPI pada pasien dengan risiko GI bleeding
-
Mengurangi insiden kelemahan k- Mobilisasi aktif dini ketika sudah aman dilakukan
terkait ICU e
l
a
n
j
KETERANG
AN
 Untuk anak dosis harap disesuaikan
 Vitamin C diberikan dengan dosis tertinggi sesuai dengan
ketersediaan di Faskes
 Pemberian Azitromisin dan Klorokuin fosfat pada beberapa kasus
dapat menyebabkan QT interval yang memanjang
 Untuk gejala ringan, bila terdapat komorbid terutama yang
terkait jantung sebaiknya pasien dirawat
 Bila terdapat penyakit penyerta / komorbid, dianjurkan untuk
tetap melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi dan bila
perlu dapat berkonsultasi ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam
ATAU Dokter Spesialis Jantung
KETERANG
AN
 Bila tidak tersedia Oseltamivir maupun Favipiravir (Avigan),
maka sebagai pilihan dapat diberikan (Lopinavir + Ritonavir)
ATAU Remdisivir
 Favipiravir (Avigan) tidak boleh diberikan pada wanita hamil
atau yang merencanakan kehamilan

 Dosis :
 Lopinavir + Ritonavir → 2x 400 mg/100 mg untuk 10 hari
 Remdisivir → 200 mg IV drip, dilanjutkan 1x 100 mg IV (semua
diberikan dalam drip 3 jam selama 9-13 hari
KETERANG
AN

*Pilihan Vitamin C :

 Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
 Tablet isap Vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
 Multivitamin yang mengandung Vitamin C 1-2 tablet /24
jam (selama 30 hari)
 Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E,
Zink
Terapi dan Monitoring
Isolasi • Semua kasus (ringan-berat)

• Hand hygiene, APD lengkap, Kewaspadaan tertusuk benda


Implementasi PPI tajam, pembersihan alat kesehatan dan lingkungan RS,
waspada pencegahan tindakan saluran napas

Serial foto toraks • Untuk melihat perjalanan atau perkembangan penyakit

• Target saturasi SpO2≥90% (tidak hamil) ≥92-95% (hamil)


Suplementasi oksigen • Anak dengan tanda kegawatan target SpO2 ≥94%, jika tidak
≥90%
• Sesuai diagnosis klinis, berdasarkan epidemiologi lokal dan
panduan tatalaksana
Antimikroba empiris • Pemberian antibiotik dalam satu jam dari asesmen awal
untuk
kortikotiroid sistemik tidak pasien dengan sepsis
diberikan rutin untuk tatalaksana
pneumonia virus atau ARDS • Belum terbukti manfaatnya, cenderung harm, kecuali
ada indikasi lain
Terapi dan Monitoring
Terapi simptomatik • Demam, batuk

Terapi cairan • Terapi cairan konservatif jika tidak ada bukti syok

Ventilasi Mekanis • Bila gagal napas

• Apabila syok sepsis


Penggunaan vasopressor • norepinefrin, epinefrin, vasopresin, dan dopamin

• Perburukan klinis: gagal napas cepat progresif dan


Observasi sepsis, dan penerapan tatalaksana suportif segera

Pahami kondisi co-morbid pasien • Pemilahan terapi penyakit penyerta.


untuk menyesuaikan
tatalaksana kondisi kritis dan • Komunikasi dengan pasien dan keluarga: prognosis
PASIEN DINYATAKAN SEMBUH BILA :

1. Klinis perbaikan
2. Swab tenggorok (PCR) 2 kali berturut-turut negatif dalam selang
waktu 2 hari

Keterangan :
 Bila ada komorbid yang belum stabil selama perawatan, maka
pasien dinyatakan sembuh, dapat dikeluarkan dari ruang isolasi
dipindahkan ke ruang non-isolasi
PASIEN DIPULANGKAN BILA :
1. Sudah dinyatakan sembuh
2. Komorbid teratasi dan stabil

 Pasien diberikan edukasi untuk isolasi diri di rumah selama 14


hari ke depan dan diberikan leaflet yang berisi informasi tentang
apa yang harus dilakukan selama di rumah.

Keterangan :
 Bila hasil swab pertama lebih dari 5 hari, pasien yang sudah
stabil kondisi klinis dan laboratorium membaik, dapat
dipulangkan sambil menunggu hasil swab pertama dan kedu,
namun dianjurkan bila mungkin menunggu hasil swab follow-up
pertama negatif.
 Pastikan pasien yang dipulangkan dengan kondisi ini berada
dibawah pengawasan ketat dari Rumah Sakit yang merawat (tidak
diserahkan ke Faskes lain) dan isolasi dilanjutkan dirumah
selama minimal 14 hari.
KESIMPULAN

1. Lakukan triage dan deteksi dini di layanan kesehatan


2. Tatalaksana sesuai beratnya gejala
3. Pengobatan antivirus definitif sampai saat ini belum ada
4. Prinsip pencegahan berupa isolasi, kewaspadaan standar
kontak dan droplet harus diterapkan

Anda mungkin juga menyukai