Anda di halaman 1dari 10

MODUL 3

ESENSI KURIKULUM IPS SD 2006


KELAS 5 DAN 6
SUPRI YANTI
855834579
PGSD BIDANG ILMU
POKJAR LABURA
KB 1
Peristiwa, Fakta, Konsep, Generalisasi Ilmu-ilmu
Sosial dalam Kurikulum SD 2006 Kelas 5 dan 6

MODUL 3 KB 2
Esensi Kurikulum IPS SD Nilai dan Sikap, Keterampilan Intelektual/
2006 Kemampuan Analisis Personal dan Sosial dalam
Kurikulum IPS SD 2006 Kelas 3 dan 4
Kelas 5 dan 6

KB 3
Contoh Keterkaitan antara Peristiwa, Fakta,
Konsep, Generalisasi, Nilai, Sikap, dan
Keterampilan Intelektual/ Kemampuan Analisis,
Personal, Sosial dalam Konteks Pendidikan IPS SD
Kelas 5 dan 6
Pengajaran konsep di sekolah sesungguhnya dalam rangka
memahami makna konotatif, maka pengajaran konsep harus:
■ Diberikan dalam sebuah konteks
■ Dengan bimbingan guru, siswa diberi kesempatan untuk sampai
kepada pengertiannya sendiri tentang sesuatu konsep.
■ Siswa harus membaca sendiri, mendengarkan penjelasan, dan
segera menuliskan makna konsep setelah diperkenalkan.
■ Tahap kemampuan mengklasifikasi anak-anak SD, sebagai berikut:
1. Berdasar pengalaman langsung (operasi formal)
2. Memecah grup ke dalam sub grupnya walaupun masih dalam keadaan
belum jelas
3. Melakukan klasifikasi
4. Tahap asimilasi ketika siswa akan menangkap makna sesuatu konsep
jika di dalam dirinya suda ada “mental map”, sehingga sesuatu konsep
dapat ditangkap maknanya. Tahap asimilasi siswa tidaklah sama.
5. Tahap akomodasi ketika siswa menghadapi sesuatu konsep, sementara
pada dirinya belum ada “mental map”, sehingga pada dirinya tidak ada
penghubung untuk “menyangkutkan” konsep baru tersebut. Tugas guru
memberikan informasi dengan jelas dan mengaitkannya dengan
“pengalaman” masa lampaunya sehingga dapat “mengakomodasi”
konsep baru tersebut.
KB 2
Nilai dan Sikap, Keterampilan Intelektual/ Kemampuan Analisis
Personal dan Sosial dalam Kurikulum IPS SD 2006 Kelas 3 dan 4

Nilai
Menurut Gross pendidikan IPS adalah
pendidikan nilai/ pendidikan moral.
Nilai dan pendidikan nilai perlu
dipertimbangkan dalam aktivitas belajar siswa
dengan Pendidikan IPS yang diharapkan siswa
mampu memilih nilai positif/ negatif yang
nantinya untuk perbaikan kehidupan
masyarakat itu sendiri.
Menurut Kohlberg tahapan pendidikan
nilai meliputi 3 tahap :
1. Tingkat Prekonvensional terdiri dari :
■ Tahap 1 : kepatuhan karena takut hukuman
■ Tahap 2 : penalaran anak dianggap benar jika
memenuhi kebaikan
2. Tingkat Konvensional :
■ Tahap 3 : penalaran anak bahwa tingkah laku yang
baik adalah menyenangkan
■ Tahap 4 : orientasi ketertiban dan hukum
Berdasarkan Tingkat pasca konvensional terdiri 2 tahap
■ Tahap 5 : kontak sosial berdasarkan hukum
■ Tahap 6 : etika universal
■ Menurut Notonegoro nilai terbai atas 3 bagian:
1. Nilai material : bagi unsur jasmani manusia
2. Nilai vital : mengadakan kegiatan
3. Nilai kerohanian : rohani manusia
■ Nilai kerohanian dibedakan 4 macam :
1. Nilai kebenaran bersumber pada akal manusia
2. Nilai keindahan bersumber rasa manusia, estetis
3. Nilai kebaikan/ moral bersumber pada kehendak manusia
4. Nilai religius bersumber pada keyakinan manusia
2)Keterampilan Intelektual/Kemampuan Analisis,
Personal dan Sosial dalamKurikulum IPS SD 2006
Kelas 5 dan 6

■ Keterampilan terdiri dari 3 bagian yaitu :


a) Keterampilan Intelektual/ kemampuan analisis, keterampilan berpikir
b) Keterampilan personal
c) Keterampilan sosial
KB 3
Contoh Keterkaitan antara Peristiwa, Fakta, Konsep,
Generalisasi, Nilai, Sikap, dan Keterampilan Intelektual/
Kemampuan Analisis, Personal, Sosial dalam Konteks
Pendidikan IPS SD Kelas 5 dan 6

Pengembangan pemahaman dan pengertian tentang


peristiwa, fakta yang disampaikan guru melalui proses
belajar mengajar yang terencana dan terprogram. Melalui
proses belajar mengajar IPS juga dikembangkan
kemampuan siswa dalam ranah kognitif , afektif, dan
psikomotorik .
Kemampuan guru sebagai pengembangan kurikulum dilapangan
direalisasikan dan dapat diamati secara faktual. Kurikulum IPS SD 2006
menuntut pendekatan CBSA dan pendekatan konsep.
Berbagai cara penyampaian konsep dapat dilakukan guru, misalnya dengan
menghafalkan label sesuatu, dengan melalui ceramah penuh/ceramah
murni. Cara ini bersifat verbilistis, menghafal tanpa memahami maknanya,
tanpa mampu menganalisis ciri-ciri dari suatu konsep yang membedakan
konsep satu dengan yang lainnya..

Pengajaran konsep sebaiknya menempuh alur induktif-deduktif , dari


konkret menjadi abstrak , dari fakta menuju konsep.

Anda mungkin juga menyukai