Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

BERDASARKAN EVIDENCE BASED


NURSING PRACTICE (EBNP)

APLIKASI PENATALAKSANAAN PIJAT


OKSITOSIN PADA IBU POST SECTIO
CAESAREA UNTUK MENINGKATKAN
PENGELUARAN ASI PADA NY. P DI RUANG
OBSTETRI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG
Pijat oksitosin yaitu suatu cara untuk membantu mempercepat pengeluaran
ASI atau colostrum dengan rangsangan pijatan pada kedua sisi tulang
belakang, mulai dari leher kearah tulang belikat dilanjutkan ke tulang costae
di bawah kedua payudara ibu post partum (Perinasia, 2007).

 Melalui pijatan atau rangsangan pada tulang belakang, neurotransmitter


akan merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke
hypothalamus di hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin yang
menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya
MANFAAT PIJAT OKSITOSIN
 Mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi plasenta
 Mencegah terjadinya perdarahan post partum
 Dapat mempercepat terjadinya proses involusi uterus
 Meningkatkan produksi ASI
 Meningkatkan rasa nyaman pada ibu menyusui
 Cepat penyembuhan luka bekas implantasi plasenta
 Mencegah terjadinya perdarahan post partum
 Dapat mempercepat terjadinya proses involusi uterus
 Meningkatkan produksi ASI
 Meningkatkan rasa nyaman padai bumenyusui
Tujuan pijatoksitoksin pada ibu post
partum
Untuk meningkatkan produksi ASI dan merilekskan
payudara ibu post partum sehingga dapat meningkatkan
rasa nyaman pada ibu saat menyusui.
CARA PIJAT OKSITOSIN (Depkes,2007)

 Mencuci tangan
 Melepaskan baju ibu bagian atas
 Ibu miring ke kanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal atau bisa juga dengan posisi duduk
 Memasang handuk
 Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil
 Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan dua kepalan tangan,
dengan ibu jari menunjuk ke depan
 Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-gerakan melingkar kecil-
kecil dengan kedua ibu jarinya
 Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang ke arah bawah, dari leher ke arah
tulang belikat, selama 2-3 menit
 Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
 Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara bergantian.
Sectio caesaria

 suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Etiologi

 Menurut Manuaba (2009) indikasi ibu dilakukan sectio


caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari
janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000
gram
PATHWAYS
INDIKASI

 Riwayat SC
Uterus yang memiliki jaringan parut dianggap sebagai kontraindikasi untuk
melahirkan karena dikhawatirkan akan terjadi rupture uteri.
 Indikasi Ibu :
 Panggul sempit
 Plassenta praevia
 Disproporsi janin panggul
 Rupture uteri membakat
 Indikasi Janin
 Kelainan Letak
 Gawat Janin
 Indikasi Kontra(relative)
TUJUAN SC
 Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk
mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya
robekan serviks dan segmen bawah rahim. Sectio caesarea
dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya
jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada
plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan untuk kepentingan
ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa
walaupun anak sudah mati.
KOMPLIKASI

 Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain.
 Perdarahan
 Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina ikut
terbuka atau karena atonia uteri
FISIOLOGI LAKTASI

 Setelah persalinan, plasenta terlepas. Dengan terlepasnya plasenta, maka produksi


hormon esterogen dan progesteron ber-kurang. Pada hari kedua atau ketiga
setelah persalinan, kadar esterogen dan progesteron turun drastis sedangkan kadar
prolaktin tetap tinggi sehingga mulai terjadi sekresi ASI. Saat bayi mulai
menyusu, rangsangan isapan bayi pada puting susu menyebabkan prolaktin
dikeluarkan dari hipofise sehingga sekresi ASI semakin lancar.

 Pada masa laktasi terdapat refleks pada ibu dan refleks pada bayi. Refleks yang
terjadi pada ibu adalah: 
a. Refleks prolaktin
b. Refleks oksitosin (let down reflex)
HASIL ANALISIS JURNAL
OUTCOME
NO POPULASI INTERVENSI KOMPRASI
 
1 36 orang ibu nifas dengan post SC Dilakukan kurang dari 24 jam Dilakukan pencatatan pengeluaran Didapatkan data keluarnya kolostrum
  kolostrum setiap jam dengan untuk klien yang mendapat perlakuan
Frekuensi 3x memencet pijat oksitoksin adalah 8,39 jam
(pada waktu 6 jam, 10 jam, 24 jam post   sedangkan klien dengan mobilisasi
SC) Dengan 18 klien dilakukan pijat dini adalah 24,72 jam
oksitoksin dan 18 klien dilakukan
mobilisasi dini

2 1 ibu post SC Dilakukan dalam 3 hari Dilakuakn pencatatan pengeluaran Didapatkan data keluarnya kolostrum
Dengan frekuensi 2x/hari kolostrum setelah pemijatan klien dengan perlakuan pijat
(mandi pagi dan sore) oksitoksin oksitoksin. Saat hari pertama klien
tidak bisa mengeluarkan ASI , untuk
evaluasi hari terakhir ASI dapat
keluar dengan beberapa kali
memencet
 Faktor Pendukung
a. Pasien dan keluarga pasien kooperatif
b.Keluarga termotivasi untuk memberi ASI ekslusif
c. Jadwal rutin untuk pijat oksitoksin

 Faktor Penghambat
a. Klien memiliki nyeri karena post caesaria
b.Klien sulit mobilisasi dini pada hari pertama
Kesimpulan
Oksitosin merupakan suatu hormon yang dapat memperbanyak masuknya
ion kalsium kedalam intrasel. Keluarnya hormon oksitosin akan
memperkuat ikatan aktin dan myosin sehingga kontraksi uterus semakin
kuat dan proses involusi uterus semakin bagus. Oksitosin yang dihasilkan
dari hiposis posterior pada nucleus paraventrikel dan nucleus supra optic.
Saraf ini berjalan menuju neuro hipofise melalui tangkai hipofisis, dimana
bagian akhir dari tangkai ini merupakan suatu bulatan yang mengandung
banyak granula sekretrotik dan berada pada permukaan hipofise posterior
dan bila ada rangsangan akan mensekresikan oksitosin.
DAFTAR PUSTAKA

 Bobak IM, Lowdermilk DL, Jensen MD. 2015. Buku Ajar Keperawatan Maternitas
(Maternity Nursing) Edisi 4, Maria A Wijayarti dan Peter Anugerah (penterjemah). 2015.
Jakarta: EGC
 Cuningham. 2016. Obsietri Williams. Edisi 21.Volume 1. Jakarta: EGC.
 Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC
 Mardiyaningsih, E.at al, (2007), Efektifitas Kombinasi Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin
Terhadap Produksi ASI, FIK Universitas Indonesia, Jakarta
 Suhermi, Dkk. 2018 . Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta: Fitramaya.
 Pillitery. 2013. Maternal and Child Health Nursing. Buku I. Fourth Edition. Philadelphia:
Lippincott

Anda mungkin juga menyukai