Anda di halaman 1dari 36

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PORTOFOLIO
ABSES PARU
AMIRAH JIHAN AFRY
111 2020 1002
Pembimbing :
dr. Edward Pandu Wiriansya, Sp.P (K)
IDENTITAS PASIEN

1. Nama : Tidak dilampirkan pada jurnal


2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 39 tahun
4. Alamat : Tidak dilampirkan pada jurnal
5. Pekerjaan : Tidak dilampirkan pada jurnal
ANAMNESIS

Keluhan Utama : Demam tinggi dan hilang timbul dengan waktu tidak tentu

Seorang laki-laki berusia 39 tahun datang ke instalasi gawat darurat (IGD) sebuah
rumah sakit di Indonesia dengan keluhan utama demam sejak 1 hari sebelumnya. Pasien
juga merasakan batuk berdahak, sesak nafas ringan, nyeri ulu hati, mual dan muntah.
Pasien diberi obat penurun demam, disarankan untuk pulang dan datang kembali apabila
dalam tiga hari demam tidak membaik. Sehari sebelum masuk rumah sakit pasien
merasakan demam tetap tinggi dan tidak membaik, disertai keluhan batuk dengan dahak
berwarna kuning kehijauan, sesak nafas memberat dan nyeri dada kanan. Sesak nafas
terutama dirasakan dengan posisi tidur. Keluhan batuk dan nyeri tenggorokan disangkal.
Tidak terdapat gangguan buang air kecil, tidak ada riwayat tungkai bengkak serta tidak
ada riwayat sesak nafas saat beraktivitas. Tidak didapatkan penurunan berat badan yang
signifikan. Pasien memiliki riwayat merokok
Riwayat Penyakit Dahulu : riwayat alergi, diabetes mellitus dan hipertensi
disangkal.
Riwayat Kontak : Pasien berprofesi sebagai kepala sekolah di kota yang
berbatasan dengan kota tempat tinggal pasien. Pasien telah melakukan physical
distancing sejak 1 bulan sebelumnya dengan tidak bekerja dan tinggal di rumah.
Pasien menyangkal adanya kontak dengan OTG, ODP maupun PDP.
PEMERIKSAAN FISIK

Tanda-tanda Vital
1. Tekanan Darah : tidak dilampirkan
2. Nadi : tidak dilampirkan
3. Pernapasan : 30 x/menit
4. Suhu : tidak dilampirkan
5. Saturasi O2 : 94%

Keadaan Umum : tidak dilampirkan


PEMERIKSAAN FISIK

1. Kepala/leher : Tidak didapatkan jugulus venous pressure (JVP)


2. Thorax : bagian dada kanan lebih cembung, gerakan dada kiri saat
bernafas tertinggal dibandingkan dada kanan; perkusi redup dan auskultasi
suara vesikuler menurun pada dada kanan setinggi intercosta spatium (ICS)
II
3. Abdomen : tidak dilampirkan
4. Extremitas : tidak ditemukan edema pada ekstremitas bawah
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kavitas pada paru kanan dengan gambaran air fluid level.


Xpert MTB negatif
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
DIAGNOSIS BANDING

1. Abses paru et causa infeksi bakteri


2. Abses paru et causa tuberculosis
3. Empiema et causa tuberculosis
4. Empiema et causa infeksi bakteri
TATALAKSANA

1. prosedur insersi chest tube serta drainase abses; Drainase


dilakukan 1 x per hari.
2. pemberian O2 4 liter/menit via nasal kanul,
3. IVFD RL 20 tpm Infus Levofloxacin 1x750 mg IV,
4. ketorolac 2x1 IV,
5. ranitidin 2x1 IV,
6. Ondansetron 3x4 mg IV,
7. sucralfat syrup 3x1C PO,
8. vitamin C 3x 200 mg IV.
TATALAKSANA TAMBAHAN

1. O2 4 liter/menit via nasal kanul ,


2. IVFD RL 20 tpm, oseltamivir 2x 75 mg PO,
3. klorokuin 2x 500 mg (selama 3 hari pertama),
4. klorokuin 2x 250 mg PO (sejak hari ke-4 perawatan hingga saat
ini, direncanakan diberikan selama 10 hari),
5. vitamin C 3x 200 mg IV dan ketorolac 2x1 IV.
FOLLOW UP

• Pasien mengalami perbaikan setelah dilakukan pemasangan chest


tube dan drainase cairan abses rutin 1 x per hari. Pada hari pertama
didapatkan cairan purulen sebanyak 200cc, selanjutnya volume
cairan berkisar 100-250cc sehingga pada hari ke 15 perawatan
cairan pleura menurun hingga 50 cc.
• Kateter dada dilepas pada hari ke 17 oleh karena tidak ada cairan
yang keluar.
• Pada hari ke-19 perawatan frekuensi nafas pasien 20 x/menit dan
saturasi O2 98% tanpa terapi oksigen. Pasien diperbolehkan rawat
jalan dan isolasi diri di rumah.
FOLLOW UP

• Namun 2 hari setelah pasien pulang dari rawat inap pasien


merasakan sesak dan kembali dirawat di rumah sakit.
• Pada hari ke 24 swab nasopharing dilakukan dan didapatkan hasil
PCR negatif untuk SARS-COV-2.
• Pada hari ke 30 dilakukan rontgen thorax dada ulang dan
didapatkan cairan abses minimal serta gambaran fibrosis paru pada
lapangan paru kanan bawah.
DISKUSI

Dalam laporan kasus dan studi terdahulu sangat jarang ditemukan manifestasi
klinis berupa abses paru pada COVID-19. Pemeriksaan penunjang radiologi
yang paling sensitif dalam mendiagnosis COVID-19 adalah CT-scan thorax
dengan sensitivitas mencapai 97% sedangkan sensitivitas foto thorax dada hanya
sebesar 69%, namun penggunaan CT-scan berisiko tingginya kontaminasi alat
yang juga dapat menjadi sumber infeksi apabila tidak disterilisasi dengan baik,
sehingga foto thorax dada dapat digunakan pada rumah sakit dengan fasilitas
terbatas. Gambaran radiologi pada CT-scan yang paling banyak ditemui adalah
ground-glass opacity diikuti dengan gambaran konsolidasi paru bilateral ataupun
unilateral.
DISKUSI

• Abses paru terjadi pada parenkim paru yang mengalami nekrosis


sehingga membentuk suatu area lokal yang berisi debris nekrotik dan
pus yang lalu menimbulkan pembentukan kavitas, kemudian apabila
terjadi fistula bronkopulmonar maka terbentuklah air fluid level pada
area tersebut.
• Seringkali gambaran abses paru pada foto thorax dada sulit dibedakan
dengan gambaran empyema. Pada CT-scan dada, abses terlihat lebih
bulat sedangkan empyema lebih lentikular.
• Pada empyema didapatkan gambaran split pleura yaitu pemisahan
antara permukaan pleura viseral dan parietal serta terjadi penekanan
paru terkait.
DISKUSI
• Abses paru primer dapat disebabkan adanya aspirasi sekresi oropharingeal, necrotizing
pneumonia atau imunodefisiensi.
• Abses paru sekunder dapat disebabkan adanya obstruksi bronkhial, diseminasi hematologi
atau penyebaran langsung oleh infeksi mediastinal. Aspirasi cairan oropharingeal dapat
disebabkan adanya infeksi dental/peridental atau sinusitis paranasal.
• Mikroba penyebab abses paru biasanya tidak hanya terdiri dari satu macam bakteri namun
kombinasi beberapa bakteri, yang pada umumnya terdiri atas kombinasi bakteri anaerob
(Misalnya jenis Peptostreptococcus) dan bakteri aerob seperti Streptococcus.
• Abses paru juga dapat disebabkan mikobakteria serta fungi. Infeksi viral jarang ditemukan
sebagai etiologi abses paru. Satu studi yang meneliti mikroba penyebab kavitas paru pada
pasien HIV menemukan dua pasien dengan infeksi cytomegalovirus sebagai penyebab abses
paru.
KESIMPULAN

Abses paru adalah manifestasi klinik pada COVID-19 yang tidak khas dan
sangat jarang ditemukan. Abses paru pada COVID-19 dapat disebabkan oleh
necrotizing pneumonia yang diakibatkan infeksi sekunder PVL-Staphylococcus
aureus. Namun pada pasien ini tidak dapat dikonfirmasi apakah terdapat infeksi
sekunder bakteri yang menyebabkan abses paru. Tindakan pemasangan chest
tube serta drainase rutin cairan pleura dapat membantu perbaikan gejala pasien.
SARAN

Apabila ditemukan abses paru pada pasien COVID-19 maka


sebaiknya dilakukan pemeriksaan gram cairan abses, kultur cairan
abses untuk mengkonfirmasi infeksi sekunder bakteri sehingga
pasien dapat diberikan terapi antibiotik yang tepat.
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Abses paru adalah infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang terlokalisir
sehingga membentuk cavitas yang berisi nanah (pus) dalam parenkim paru pada satu lobus atau
lebih.

EPIDEMIOLOGI

Abses paru lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan dan umumnya
terjadi pada umur tua karena terdapat peningkatan insidensi penyakit periodental
dan penigkatan prevelensi aspirasi.

Saifuddun, Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI. Jakarta:Interna Publishing
ETIOLOGI
Abses paru dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme yaitu :

Kelompok bakteri anaerob, biasanya diakibatkan oleh pneumonia aspirasi


Bacteroides Melaninogenus
Bacillus Intermedius
Contents
Fusobacterium Nucleatum

Kelompok Bakteri Aerob


Staphylococcus Aureus
Streptococcus Pyogenes
Streptococcus Pneumonia
Contents
Kelompok :
Jamur : Mucoraceae, Aspergillus Species
Parasit, amuba
mikrobacterium
Contents

Saifuddun, Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI. Jakarta:Interna Publishing
FAKTOR PREDISPOSISI

Kondisi-kondisi yang memudahkan terjadinya aspirasi :


a. Gangguan kesadaran : Alkoholisme, epilepsi, penyalahgunaan obat
intavena
b. Gangguan esofagus dan saluran cerna lainnya : gangguan motilitas
c. Fistula traceoesopageal

Sebab iatrogenik
Penyakit-penyakit periodontal
Pneumonia akut
Immunosupresi
Infeksi saluran napas atas atau bawah

Saifuddun, Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI. Jakarta:Interna Publishing
GEJALA KLINIS

1. Onset bisa berjalan lambat atau mendadak/ akut


2. Abses akut bila terjadinya kurang dari 4-6 minggu
3. Gejala awal badan terasa lemah, tidak nafsu makan, penurunan
berat badan, batuk kering, keringat malam, demam intermitten
bisa disertai menggigil dengan suhu tubuh mencapai 39,4 C
4. Setelah beberapa hari dahak bisa menjadi purulen dan bisa
mengandung darah
Anamnesis

• Batuk yang mengeluarkan banyak sputum mengandung


jaringan paru yang mengalami ganggren
• Suputum biasanya berbau amis dan berwarna anchovy
yang disebabkan bakteri anaerob
• Nyeri dada
• Batuk darah ringan sampai dengan masif
PEMERIKSAAN FISIK

• Demam sampai dengan 40 C


• Nyeri tekan pada dada
• Penurunan suara napas
• Perkusi redup
• Suara napas bronkial dan ronki
• Pergerakan dinding dada tertinggal pada tempat lesi
• Fremitus vokal menghilang
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Radiologi; Foto dada PA dan lateral


• Aspirasi Jarum Perkutan
• Bronkoskopi
• Laboratorium: Leukosit tinggi, peningkatan LED
• Pemeriksaan dahak
KLASIFIKASI

ABSES PARU PRIMER : akibat aspirasi atau pneumonia


ABSES PARU SEKUNDER: adanya infeksi sebelumnya

Akut <4-6 minggu


Kronik >4-6 minggu
TATALAKSANA

• Pasien abses paru memerlukan istirahat yang cukup


• Posisi berbaring pasien hendaknya miring dengan paru
yang terkena abses berada di atas
• Antibiotik berdasaekan sampel dahak
• Drainese cairan
TINJAUAN KASUS
ANAMNESIS

Teori Kasus
• Batuk yang mengeluarkan ■ Demam tinggi dan hilang
banyak sputum mengandung timbul dengan waktu tidak
jaringan paru yang tentu.
mengalami ganggren
■ batuk berdahak, sesak
• Suputum biasanya berbau nafas ringan, nyeri ulu hati,
amis dan berwarna anchovy mual dan muntah.
yang disebabkan bakteri
■ Sesak nafas terutama
anaerob
dirasakan dengan posisi
• Nyeri dada tidur.
• Batuk darah ringan sampai
dengan masif
Pemeriksaan fisik

Teori Kasus
• Demam sampai dengan 40 C ■ bagian dada kanan lebih
cembung, gerakan dada kiri
• Nyeri tekan pada dada saat bernafas tertinggal
dibandingkan dada kanan;
• Penurunan suara napas
perkusi redup dan auskultasi
• Perkusi redup suara vesikuler menurun pada
dada kanan setinggi intercosta
• Suara napas bronkial dan spatium (ICS) II
ronki
• Pergerakan dinding dada
tertinggal pada tempat lesi
• Fremitus vokal menghilang
Pemeriksaan Penunjang

Teori Kasus
• Radiologi; Foto dada PA dan ■ Foto thorax : air fluid level
lateral ■ Leukosit meningkat
• Aspirasi Jarum Perkutan ■ Trombosit meningkat
• Bronkoskopi ■ PCR swab COVID postif
• Laboratorium: Leukosit ■ Pemeriksaan dahak MTB
tinggi, peningkatan LED negatif
• Pemeriksaan dahak
TATALAKSANA

Teori Kasus
• Pasien abses paru ■ prosedur insersi chest tube serta drainase abses;
memerlukan istirahat yang Drainase dilakukan 1 x per hari.
cukup
■ pemberian O2 4 liter/menit via nasal kanul,
• Posisi berbaring pasien
■ IVFD RL 20 tpm Infus Levofloxacin 1x750 mg
hendaknya miring dengan
IV,
paru yang terkena abses
berada di atas ■ ketorolac 2x1 IV,

• Antibiotik berdasaekan ■ ranitidin 2x1 IV,


sampel dahak ■ Ondansetron 3x4 mg IV,
• Drainese cairan ■ sucralfat syrup 3x1C PO,
■ vitamin C 3x 200 mg IV.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai