Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA

LANSIA

OLEH :
-ELSAN PATIMA PUTRI(20191277)
NANDA AGUSTINA(20191280)
Latar Belakang

Masa lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan kesehatan jasmaniah saja, tapi
juga permasalahan gangguan mental dalam menghadapi usia senja. Sejalan dengan
semakin baiknya status kesehatan masyarakat, usia harapan hidup masyarakat Indonesia
juga semakin tinggi, sehingga mengakibatkan jumlah lansia juga semakin bertambah.
Saat ini, jumlah lansia yang ada di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik
mencapai 18,7 juta orang (8,5%) dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah ini akan
menjadikan Indonesia menempati urutan ke-4 terbanyak negara berpolulasi lansia
setelah Cina, India dan Amerika. Berdasarkan Survei Kesehatan Depkes RI,
menyatakan, gangguan mental pada usia 55-64 tahun mencapai 7,9%, sedangkan yang
berusia di atas 65 tahun 12,3%. Angka ini diperkirakan akan semakin meningkat pada
tahun-tahun berikutnya. Karenanya pengenalan masalah mental sejak dini merupakan
hal yang penting, sehingga beberapa gangguan masalah mental pada lansia dapat
dicegah, dihilangkan atau dipulihkan.
Pengertian Mental
Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur (usia 60 tahun ke atas) pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada
kelompok yang dikategorikan lansi ini akan terjadi suatu proses yang disebut
aging proses.
Mental berasal dari kata latin yaitu mens, mentis yang artinya: jiwa, nyawa,
sukma, roh, semangat (Kartini Kartono, 1987:3). Sedangkan dalam kamus
psikologi Kartini Kartono, (1987:278) mengemukakan: mental adalah yang
berkenaan dengan jiwa, batin ruhaniah. Dalam pengertian aslinya menyinggung
masalah: pikiran, akal atau ingatan. Sedangkan sekarang ini digunakan untuk
menunjukkan penyesuaian organisme terhadap lingkungan dan secara khusus
menunjuk penyesuaian yang mencakup fungsi-fungsi simbolis yang disadari
oleh individu.
Aspek-aspek Yang Mempengaruhi
Perubahan Fungsi Mental Pada Lansia
 Aspek psikologi
 Aspek sosial
 Aspek ekonomi
Factor-faktor Yang Mempengaruhi
Perubahan Mental
 Perubahan fisik
 Kesehatan umum
 Lingkungan
Depresi

 Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen
psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa
dan penyesalan atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Afda
Wahywlingsih dan Sukamto). Depresi adalah kondisi umum yang terjadi pada
lansia dan alasan terjadinya kondisi ini dapat dilihat pada saat mengkaji
kondisi sosial, kejadian hidup, dan masalah fisik pada lansia. Memang, depresi
sering disalahartikan sebagai demensia. Kemampuan mental klien dengan
depresi tetap utuh, sedangkan pada klien demensia, terjadi peningkatan
kerusakan kognitif.
Tipe depresi
Depresi endogen mungkin akan terjadi pada awitan awal dalam hidupnya. Individu dengan
depresi endogen betul-betul dapat mengalami gangguan mental bahkan mengalami delusi, dan
sering kali mencoba bunuh diri. Bunuh diri adalah pengalaman yang biasa pada lansia, terutama
laki-laki. Oleh karena itu, semua ancaman ini harus ditangani dengan serius.
Klien dengan depresi eksogen biasanya mendapat dukungan yang cukup pada stuasi depresi,
seperti setelah berduka karena kehilangan atau selama tinggal di rumah sakit. Kadang-kadang
dapat dilakukan sesuatu terhadap penyebab depresi yang dialami lansia yang ketakutan untuk
kembali ke rumah setelah tinggal dirumah sakit. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan
memastikan bahwa mereka mendapat cukup dukungan di rumah.
A. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Riwayat
Pernah mengalami perubahan fungsi mental sebelumnya?
2. Kaji adanya demensia. Dengan alat-alat yang sudah distandardisasi, meliputi
Mini Mental Status Exam (MMSE)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola tidur b.d ansietas
2. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi neuron irreversible.
3. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis daan kognitif.
4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi dan atau integrasi sensori
( defisit neurologist).
5. Kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting berhubungan dengan ketergantungan fisiologis dan
atau psikologis.
6. Potensial terhadap ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan pengaruh penyimpangan jangka
panjang dari proses penyakit
LANJUTAN…

C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan pola tidur b.d ansietas.
· Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kunjungan klien memiliki pola tidur
yang teratur.
· Kriteria Hasil:
a. Klien mampu memahami factor penyebab gangguan pola tidur.
b. Klien mampu menentukan penyebab tidur inadekuat.
c. Klien mampu memahami rencana khusus untuk menangani atau mengoreksi penyebab
tidur tidak adekuat.
d. Klien mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap
pikiran yang melayang-layang (melamun).
e. Klien tampak atau melaporkan dapat beristirahat yang cukup.
SELESAI….

Anda mungkin juga menyukai