Anda di halaman 1dari 88

PPN Pajak Pertambahan Nilai dan

PPnBM Pajak Penjualan Barang Mewah

1
Agenda

1. Konsep Umum PPN

2. PKP dan DPP

3. Administrasi PPN

4. Diskusi kasus

2
Pengertian Umum

PPN adalah Pajak atas Konsumsi


Barang atau jasa

Di Dalam Daerah Pabean

OLEH

Orang Pribadi
Badan

3
Karakteristik PPN

Pajak Obyektif
Pajak Tidak Indirect
Langsung Substraction
Method

Non kumulatif KARAKTERISTIK Multi stage

Konsumsi
Dalam Negeri
Consumption type
VAT

4
CIRI PPN

• Pengenaan PPN dilaksanakan Sistem


FAKTUR
• Setiap terjadinya Penyerahan BKP/JKP, wajib
dibuatkan Faktur Pajak

Faktur Pajak Perupakan


Bukti Pungutan PPN

Faktur Pajak Faktur Pajak


Bagi Penjual Bagi Pembeli
merupakan bukti merupakan bukti
PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN
5
OBYEK PPN

Impor BKP
Penyerahan BKP Penyerahan JKP

Pemanfaatan BKP di
daerah pabean OBYEK PPN Pemanfaatan JKP

Ekspor BKP berwujud Ekspor JKP


Ekspor BKP tidak
berwujud

Dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak

6
Objek Pajak Pertambahan Nilai

• Penyerahan Barang Kena Pajak, Jasa Kena Pajak di dalam Daerah


Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;
• Impor Barang Kena Pajak;
• Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
• Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud, Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak

7
Daerah Pabean

Wilayah RI yand didalamnya berlaku


ketentuan Kepabeanan
(UU No 10/1995)

1 Darat
Ruang udara di
dan atasnya
2 Perairan

Tempat tertentu di zona


3 Ekonomi Eksklusif

4 Landas Kontinen

8
BARANG

BARANG ADALAH

BARANG BARANG TIDAK


BERWUJUD BERWUJUD

BARANG BERGERAK CONTOH :


• HAK ATAS MEREK
DAGANG
• HAK PATEN
• HAK CIPTA
BARANG TIDAK
BERGERAKLandas
Kontinen

9
PENYERAHAN
BARANG KENA PAJAK (BKP)

PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK ADALAH


:SETIAP KEGIATAN PENYERAHAN BARANG KENA
PAJAK

YANG DIKENAKAN
PAJAKBERDASARKAN
UU PPN

10
Penyerahan Barang Kena Pajak

• Penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian


• Pengalihan BKP karena perjanjian sewa beli dan leasing
• Pengalihan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang
• Pemakaian sendiri dan/atau pemberian Cuma-Cuma

 PT. A perusahaan penghasil topi. Dalam rangka ulang tahun memberikan


kepada seluruh karyawan dan keluarganya topi hasil produksi perusahaan
sebanyak 10.000 unit. Harga jual topi 100ribu, harga pokok produksi 60ribu.
 PT. C perusahaan penghasil susu formula. Dalam rangka kegiatan CSR
perusahaan, memberikan kepada rumah yatim susu formula sebanyak
5.000pack. Harga jual per pack 60ribu, harga pokok 40ribu.

11
Penyerahan Barang Kena Pajak

• Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau


aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan
• Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau
sebaliknya dan penyerahan antar cabang
• Penyerahan BKP secara konsinyasi

12
Penyerahan - Perjanjian

• Penyerahan Barang Kena Pajak oleh


Pengusaha Kena Pajak dalam rangka
perjanjian pembiayaan yang dilakukan
berdasarkan prinsip syariah, yang
penyerahannya dianggap langsung dari
Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang
membutuhkan Barang Kena Pajak

13
Pemakaian untuk Tujuan Produktif

• Pemakaian Barang Kena Pajak dan atau


pemanfaatan Jasa Kena Pajak untuk tujuan produktif
belum merupakan penyerahan Barang Kena Pajak
dan Jasa Kena Pajak sehingga tidak terutang Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.

14
Bukan Penyerahan Barang Kena Pajak

• Penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar


sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang
• Penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan
utang-piutang;
• Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke
cabang atau antar cabang dalam hal Pengusaha
Kena Pajak melakukan pemusatan tempat pajak
terutang;

15
Bukan Penyerahan Barang Kena Pajak

• Pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka


penggabungan,peleburan,pemekaran, pemecahan, dan
pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan
pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah Pengusaha
Kena Pajak;
• Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas
perolehannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.

16
JASA

SETIAP KEGIATAN PELAYANAN BERDASARKAN SUATU


PERIKATAN/PERBUATAN HUKUM ,YANG MENYEBABKAN

• SUATU BARANG
• FASILITAS
• KEMUDAHAN
• HAK

TERSEDIA UNTUK DIPAKAI


TERMASUK

JASA YG DILAKUKAN UNTUK MENGHASILKAN BARANG KARENA


PESANAN ATAU PERMINTAANDGN BAHAN & ATAS PETUNJUK DARI
PEMESANTERMASUK
17
JASA KENA PAJAK (JKP)

SETIAP KEGIATAN PELAYANAN TERMASUK JASA YG DILAKUKAN


BERDASARKAN SUATUPERIKATAN UNTUK MENGHASILKAN
/PERBUATAN HUKUM YG BARANGKARENA PESANAN ATAU
MENYEBABKANSUATU BARANG PERMINTAAN DGN BAHAN
/FASILITAS/KEMUDAHAN /HAK DAN/ATAU PETUNJUK DARI
TERSEDIAUNTUK DIPAKAI PEMESAN

YANG DIKENAKAN PAJAK


BERDASARKAN UU PPN

18
JASA KENA PAJAK (JKP)

SETIAP KEGIATAN PEMBERIAN


JASA KENA PAJAK

TERMASUK

PEMAKAIAN PEMBERIAN
SENDIRI JKP CUMA-CUMA

OLEH PKP

19
PEMANFAATAN JKP DAN BKP

PEMANFAATAN JKP DAN BKP TIDAK BERWUJUD DARI


LUAR DAERAH PABEAN

• SETIAP KEGIATAN PEMANFAATAN JKP DARI LUAR DAERAH


PABEAN DI DALAM DAERAH PABEAN
• SETIAP KEGIATAN PEMANFAATAN BKP TIDAK BERWUJUD DARI
LUAR DAERAH PABEAN KARENA SUATU PERJANJIAN DI DALAM
DAERAH PABEAN.

20
IMPORT, EXPOR DAN PERDAGANGAN

ADALAH SETIAP KEGIATAN


MEMASUKKAN BARANG DARI LUAR
IMPOR DAERAH PABEAN KE DLM DAERAH
PABEAN

ADALAH SETIAP KEGIATAN


MEMASUKKAN BARANG DARI LUAR
EXPOR DAERAH PABEAN KE DLM DAERAH
PABEAN

ADALAH SETIAP KEGIATAN


MEMASUKKAN BARANG DARI LUAR
PERDAGANGAN DAERAH PABEAN KE DLM DAERAH
PABEAN

21
Non Barang Kena Pajak

1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang


diambil langsung dari sumbernya;
2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh
rakyat banyak
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran,
rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi
makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat
maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang
diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering;
4. Emas batangan, dan surat berharga.

22
Non Jasa Kena Pajak

1. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik;


2. Jasa di bidang pelayanan sosial;
3. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko;
4. Jasa keuangan
5. Jasa asuransi
6. Jasa di bidang keagamaan;
7. Jasa di bidang pendidikan;
8. Jasa kesenian dan hiburan

23
Non Jasa Kena Pajak

9. jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa


angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri;
10. jasa tenaga kerja;
11. jasa perhotelan;
12. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka
menjalankan pemerintahan secara umum;
13. jasa penyediaan tempat parkir;
14. jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam
15. jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan
16. jasa boga atau katering

24
BADAN

SEKUMPULAN ORANG DAN ATAU


MODAL YANG MERUPAKAN KESATUAN

BAIK YANG MELAKUKAN USAHA MAUPUN YANG TIDAK


MELAKUKAN USAHA

MELIPUTI :
• PERSEROAN TERBATAS;
• PERSEROAN KOMANDITER;
• PERSEROAN LAINNYA;
• BUMN / BUMD;
• FIRMA, KONGSI; KOPERASI; DANA PENSIUN;
PERSEKUTUAN; PERKUMPULAN; YAYASAN; ORGANISASI
MASSA; ORGANISASI SOSPOL DAN SEJENISNYA; LEMBAGA;
BUT DAN BENTUK BADAN LAINNYA.

25
PENGUSAHA

ORANG PRIBADI BADAN

DALAM KEGIATAN USAHA ATAU


PEKERJAANNYA

• MENGHASILKAN BARANG;
• MENGIMPOR BARANG;
• MENGEKSPOR BARANG;
• MELAKUKAN USAHA PERDAGANGAN;
• MELAKUKAN USAHA JASA;-
• MEMANFAATKAN BARANG TIDAK BERWUJUD /
JASA DARI LUAR DAERAH PABEAN.

26
PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)

PENGUSAHA

YANG MELAKUKAN
PENYERAHAN BPK/JKP

YANG DIKENAKAN PAJAK


BERDASARKAN UU PPN

TIDAK TERMASUK PENGUSAHA KECIL, KECUALIPENGUSAHA


KECIL YANG MEMILIH UNTUK DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP

27
Pengusaha Kena Pajak

• Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP


wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak, dan wajib
memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah yang terutang.
• Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak

28
MENGHASILKAN

MENJADI
1 KEGIATAN MENGOLAH MELALUI BARANG BARU
PROSES MENGUBAH BENTUK ATAU
SIFAT SUATU BARANG DARI BENTUK
ASLINYA MENJADI DAYA
GUNA BARU

2 KEGIATAN MENGOLAH SUMBER DAYA ALAM

3 MENYURUH ORANG PRIBADI ATAU BADAN MELAKUKAN


KEGIATAN TERSEBUT PADA HURUF 1 DAN 2 DI ATAS

29
DASAR PENGENAAN PAJAK (DPP)

HARGA JUAL

PENGGANTIAN YANG DIPAKAI


SEBAGAI DASAR
NILAI IMPOR UNTUK
MENGHITUNG
PAJAK YANG
NILAI EKSPOR TERUTANG

NILAI LAIN YANG DITETAPKAN


MENKEU

30
HARGA JUAL

NILAI BERUPA UANG

TERMASUK

SEMUA BIAYA YANG DIMINTA ATAU SEHARUSNYA


DIMINTA OLEH PENJUAL

KARENA PENYERAHAN
BPKP
TIDAK
TERMASUK

PPN YANG DIPUNGUT MENURUT UU PPN& POTONGAN


HARGA YG DICANTUMKAN DALAM FAKTUR PAJAK
31
PENGGANTIAN

NILAI BERUPA UANG

TERMASUK

SEMUA BIAYA YG DIMINTA ATAU SEHARUSNYA


DIMINTA OLEH PEMBERI JASA

KARENA PENYERAHAN JKP

TIDAK
TERMASUK

PPN YANG DIPUNGUT MENURUT UU PPN& POTONGAN HARGA


YG DICANTUMKAN DLMFAKTUR PAJAK
32
NILAI IMPOR
NILAI BERUPA UANG

YANG MENJADI DASAR PENGHITUNGANBEA MASUK


DITAMBAH PUNGUTAN LAINNYA YG DIKENAKAN
PAJAKBERDASARKANKETENTUAN DLM PERUNDANG-
UNDANGANKEPABEANAN

UNTUK IMPOR BPKB

TIDAK
TERMASUK

PAJAK YANG DIPUNGUT MENURUT UU


33
HARGA JUAL

• Nilai berupa uang


• Termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual Barang Kena
Pajak.
• Tidak termasuk PPN dan potongan harga yang
tercantum dalam faktur pajak.
Yang termasuk dalam pengertian biaya yang merupakan unsur harga jual,
antara lain : pengangkutan, asuransi, bantuan teknik, pemeliharaan, dan
garansi.

34
PENGGANTIAN

• Nilai berupa uang


• Termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa
Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud.
• Tidak termasuk PPN dan potongan harga yang
tercantum dalam faktur pajak.

35
NILAI IMPOR

• Nilai berupa uang yang menjadi Dasar


penghitungan bea masuk
• Ditambah pungutan yang dikenakan sesuai
Undang-Undang Pabean.
• Tidak termasuk PPN/PPn BM.
• Nilai Impor = Harga Impor (CIF) + Bea Masuk
PPN = 10% x Nilai Impor

36
NILAI EKSPOR

• Nilai berupa uang


• Termasuk biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir, yaitu,
nilai yang tercantum dalam dokumen PEB
(Pemberitahuan Ekspor Barang yang telah
difiat muat oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai).
• PPN Ekspor = 0% x Nilai Ekspor

37
DPP Nilai Lain

• Jenis-jenis nilai lain :


– Harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba
kotor 
– Perkiraan harga jual rata-rata
– Harga pasar wajar
– Persentase tertentu dari harga jual, tagihan atau
imbalan-Harga faktual yang dianggap wajar 

38
DPP Nilai Lain

• Pemakaian Sendiri :
DPP = Harga Pokok Penjualan (Harga jual atau
Penggantian dikurangi laba bruto)
PPN = 10% X Harga Pokok Penjualan.
• Pemberian Cuma-Cuma :
DPP = Harga Pokok Penjualan (Harga Jual atau
Penggantian dikurangi laba bruto)
PPN = 10% X Harga Pokok Penjualan

39
DPP Nilai Lain

• Penyerahan BKP dan/atau JKP dari pusat ke


cabang atau sebaliknya dan penyerahan BKP
dan/atau JKP antar cabang DPP = Harga Jual
atau penggantian dikurangi laba kotor
PPN = 10% x Harga Jual atau penggantian
dikurangi laba kotor

40
DPP atas Transaksi dengan Valuta Asing
• Apabila harga jual atau penggantian menggunakan valuta
asing, Dasar Pengenaan Pajak-nya dihitung dengan :
– Nilai konversi menurut Keputusan Menteri Keuangan (Kurs
KMK) yang berlaku pada saat pembuatan Faktur Pajak (per
tanggal Faktur Pajak).
– Dalam hal penyerahan kepada Pemungut PPN (WAPU),
menggunakan nilai konversi menurut KMK yang berlaku pada
saat pembayaran atas harga jual BKP/JKP yang bersangkutan
(Lihat ; Pemungut PPN)
– Kurs menurut KMK tersebut di atas diumumkan secara periodik
(setiap pekan sekali) yang berlaku untuk masa satu pekan

41
DPP atas penyerahan BKP yang tergolong mewah

• Penyerahan BKP yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh


PKP yang menghasilkan BKP yang Tergolong Mewah atau atas
impor Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah, Dasar
Pengenaan Pajak tidak termasuk PPN dan PPnBM

• Penyerahan BKP yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh


PKP selain Pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak
yang Tergolong Mewah atau impor, Dasar Pengenaan Pajak
termasuk Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dikenakan
atas perolehan atau atas impor Barang Kena Pajak yang
Tergolong Mewah tersebut.

42
Tarif PPN

Sebesar 10%
Kecuali untuk ekspor yang dikenakan tarif 0%
- ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
- ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan
- ekspor Jasa Kena Pajak.

43
Jenis Pemungut PPN

Sejak tanggal 1 Januari 2004, Pemungut PPN (Pembeli


Khusus) terdiri dari (563/KMK.03/2003) :
• Bendaharawan Pemerintah baik Pusat maupun
Daerah, yang dananya dari APBN/APBD.
• Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara
• Badan Usaha Milik Negara dan Milik Daerah

44
Pemungut PPN

• PPN yang terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP dipungut


oleh PKP Penjual.
• Pembeli BKP/JKP wajib membayar kepada PKP Penjual sebesar
harga jual ditambah PPN (10%).
• Apabila pembeli BKP/JKP tersebut berstatus Pemungut PPN
(Pembeli Khusus), PPN yang terutang atas transaksi penyerahan
BKP/JKP tidak dipungut oleh PKP Penjual, melainkan disetor
langsung ke kas negara oleh Pemungut PPN tersebut.
• Pemungut PPN hanya membayar kepada PKP Penjual sebesar
harga jual, sedangkan PPN-nya (10%) disetor langsung ke kas
negara.

45
Jenis Pemungut PPN

• Dalam hal harga jual atau penggantian telah


termasuk PPN, maka PPN yang terutang atas
penyerahan BKP/JKP tersebut dihitung dengan
formula : 10/110 x harga jual atau penggantian.

46
Faktur Pajak

• Faktur Pajak adalah bukti


pungutan pajak yang dibuat oleh
Pengusaha Kena Pajak atas
penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak.

47
FAKTUR PAJAK STANDAR
• Faktur Pajak yang paling sedikit memuat keterangan
tentang :
– Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang
menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;
– Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pembeli Barang
Kena Pajak atau Penerima JasaKena Pajak;
– Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau
Penggantian, dan potongan harga;
– Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
– Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
– Kode, Nomor Seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak;
dan
– Nama, dan tanda tangan yang berhak menandatangani
Faktur Pajak;

48
SAAT TERUTANG PAJAK

• Terutangnya pajak terjadi pada saat:


a. penyerahan Barang Kena Pajak;
b. impor Barang Kena Pajak;
c. penyerahan Jasa Kena Pajak;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujuddari
luar Daerah Pabean;
e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean;
f. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; atau ekspor
...
h. ekspor Jasa Kena Pajak.
49
SAAT TERUTANG PAJAK

• Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang


Kena Pajak atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak atau
dalam hal pembayaran dilakukan sebelum dimulainya
pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa
Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, saat terutangnya pajak
adalah pada saat pembayaran.
• Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan saat lain sebagai
saat terutangnya pajak dalam hal saat terutangnya pajak
sukar ditetapkan atau terjadi perubahan ketentuan yang
dapat menimbulkan ketidakadilan.

50
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK STANDAR

YAITU SELAMBAT-LAMBATNYA :
 pada saat penerimaan pembayaran dalam hal
penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan
Jasa Kena Pajak;
 pada saat penerimaan pembayaran termin dalam hal
penyerahan sebagian tahap pekerjaan;
 pada saat Pengusaha Kena Pajak rekanan
menyampaikan tagihan kepada Bendaharawan
Pemerintah sebagai Pemungut Pajak Pertambahan
Nilai.
51
FAKTUR PAJAK GABUNGAN

• Faktur Pajak Gabungan adalah Faktur Pajak


Standar untuk semua penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang
terjadi selama 1 (satu) bulan takwim kepada
pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa
Kena Pajak yang sama

 Saat pembuatan faktur pajak gabungan  paling


lama pada akhir bulan penyerahan.

52
FAKTUR PAJAK SEDERHANA

FAKTUR PAJAK SEDERHANA DIBUAT DALAM HAL TERJADI PENYERAHAN BKP/JKP


KEPADA KONSUMEN YANG IDENTITASNYA TIDAK LENGKAP

 FAKTUR PAJAK SEDERHANA MINIMAL HARUS MEMUAT :


 NAMA, ALAMAT, NPWP WAJIB PAJAK YANG MENYERAHKAN BKP/JKP
 JENIS DAN KUANTUM BKP/JKP YANG DISERAHKAN
 JUMLAH HARGA JUAL ATAU PENGGANTIAN YANG SUDAH TERMASUK PAJAK ATAU PAJAK
DICANTUMKAN SENDIRI
 TANGGAL PEMBUATAN FP SEDERHANA

53
DOKUMEN-DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI
FAKTUR PAJAK STANDAR

 PIB YANG DILAMPIRI SSP ATAU BUKTI PUNGUTAN


PAJAK OLEH DITJEN BEA DAN CUKAI ATAS IMPOR BKP
 PEB YANG TELAH DIFIAT MUAT OLEH DITJEN BEA CUKAI
DENGAN DILAMPIRI INVOICE
 SURAT PERINTAH PENGIRIMAN BARANG YANG DIBUAT
OLEH BULOG/DOLOG UNTUK PENYALURAN TEPUNG
TERIGU

54
DOKUMEN-DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI
FAKTUR PAJAK STANDAR

 FAKTUR NOTA BON PENYERAHAN YANG DIBUAT OLEH


PERTAMINA UNTUK PENYERAHAN BBM ATAU BUKAN BBM
 TANDA PEMBAYARAN ATAU KUITANSI TELEPON
 TIKET ATAU AIRWAY BILL ATAS PENYERAHAN JASA
ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI
 SSP PEMBAYARAN PPN ATAS PEMANFAATAN BKP TIDAK
BERWUJUD ATAU JKP DARI LUAR DAERAH PABEAN

55
Saat Pembuatan Faktur Pajak Standar

 Faktur Pajak Standar yang diterbitkan


setelah melewati jangka waktu 3 (tiga)
bulan sejak saat Faktur Pajak Standar
seharusnya dibuat adalah bukan
merupakan Faktur Pajak Standar.

56
Rangkapan Faktur Pajak

 Faktur Pajak Standar paling sedikit


dibuat dalam rangkap 2 (dua) yang
peruntukannya masing-masing
sebagai berikut :
 Lembar ke-1, disampaikan kepada
Pembeli Barang Kena Pajak atau
Penerima Jasa Kena Pajak
 Lembar ke-2, untuk arsip Pengusaha
Kena Pajak yang menerbitkan Faktur
Pajak Standar.

57
KODE FAKTUR PAJAK STANDAR

 2 (dua) digit Kode Transaksi;


 1 (satu) digit Kode Status; dan
 3 (tiga) digit Kode Cabang.

58
KODE TRANSAKSI
01 penyerahan kepada selain Pemungut PPN
02 penyerahan kepada Pemungut PPN Bendaharawan Pemerintah
03 penyerahan kepada Pemungut PPN Lainnya (selain Bendaharawan
Pemerintah)
04 penyerahan yang menggunakan DPP Nilai Lain kepada selain Pemungut PPN;
05 penyerahan yang Pajak Masukannya di Deemed kepada selain Pemungut
PPN;
06 penyerahan Lainnya kepada selain Pemungut PPN;
07 penyerahan yang PPN atau PPN dan PPn BM-nya Tidak Dipungut kepada
selain Pemungut PPN;
08 digunakan untuk penyerahan yang Dibebaskan dari pengenaan PPN atau
PPN dan PPn BM kepada selain Pemungut PPN;
09 digunakan untuk penyerahan Aktiva Pasal 16D kepada selain Pemungut PPN

59
KODE STATUS

 0 Normal
 1 Penggantian

60
NOMOR SERI FAKTUR PAJAK STANDAR

• 2 (dua) digit Tahun Penerbitan; dan


• 8 (delapan) digit Nomor Urut.

 Nomor Urut pada Nomor Seri Faktur Pajak


Standar harus dibuat secara berurutan, tanpa
perlu dibedakan antara Kode Transaksi, Kode
Status Faktur Pajak Standar dan mata uang
yang digunakan.

61
Penomoran Faktur

 Penerbitan Faktur Pajak Standar


dimulai dari Nomor Urut 1 (satu)
pada setiap awal tahun takwim mulai
bulan Januari, kecuali bagi
Pengusaha Kena Pajak yang baru
dikukuhkan, Nomor Urut 1 (satu)
dimulai sejak Masa Pajak Pengusaha
Kena Pajak tersebut dikukuhkan.

62
Faktur Pajak Standar Salah

 Faktur Pajak Standar yang cacat, rusak salah


dalam pengisian, atau salah dalam penulisan,
sehingga tidak memuat keterangan yang
lengkap, jelas dan benar, Pengusaha Kena
Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak Standar
tersebut dapat menerbitkan Faktur Pajak
Standar Pengganti

63
Faktur Pajak Hilang

 Pengusaha Kena Pajak yang


menerbitkan maupun pihak yang
menerima Faktur Pajak Standar
tersebut dapat membuat copy
dari arsip Faktur Pajak Standar

64
Pambatalan Faktur Pajak

 Apabila terjadi pembatalan transaksi


penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajak
Standar-nya telah diterbitkan, maka Pengusaha
Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak
Standar harus melakukan pembatalan Faktur
Pajak Standar

65
Faktur Pajak Pengganti

 Penerbitan Faktur Pajak Standar Pengganti atau pembatalan


Faktur Pajak Standar hanya dapat dilakukan paling lambat 2
(dua) tahun sejak Faktur Pajak Standar yang diganti atau
dibatalkan tersebut diterbitkan.
 Sepanjang terhadap Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai dimana Faktur Pajak Standar yang diganti
atau dibatalkan tersebut dilaporkan, belum dilakukan
pemeriksaan dan atas Pajak Pertambahan Nilai yang
tercantum dalam Faktur Pajak Standar tersebut belum
dibebankan sebagai biaya.

66
NOTA RETUR
 NOTA RETUR DIBUAT DALAM HAL TERJADI PENGEMBALIAN BKP DARI
PEMBELI KEPADA PENJUAL, KECUALI JIKA DIGANTI DENGAN BKP
YANG JENIS, TYPE, JUMLAH DAN HARGANYA SAMA
FUNGSI NOTA RETUR :
 BAGI PENJUAL : MENGURANGI PAJAK KELUARAN PADA MASA PAJAK
DITERIMANYA NOTA RETUR
 BAGI PEMBELI : MENGURANGI PAJAK MASUKAN PADA MASA PAJAK
DIBUATNYA NOTA RETUR

67
ISI MINIMAL NOTA RETUR

 NOMOR URUT NOTA RETUR


 NOMOR SERI DAN TANGGAL FP ATAS BKP YANG
DIKEMBALIKAN
 NAMA, ALAMAT DAN NPWP PEMBELI BKP YANG
DIKEMBALIKAN
 NAMA, ALAMAT, NPWP PENJUAL YANG MENERBITKAN FP
 JENIS DAN HARGA JUAL BKP YANG DIKEMBALIKAN
 PPN/PPNBM YANG DIKEMBALIKAN
 TANGGAL PEMBUATAN NOTA RETUR
 TANDA TANGAN PEMBELI

68
Pengkreditan Pajak Masukan

• Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan


dengan Pajak Keluaran untuk Masa Pajak yang sama.
• Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi
sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang
pajak, Pajak Masukan atas perolehan dan/atau impor
barang modal dapat dikreditkan.
• Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan
Faktur Pajak yang memenuhi persyaratan)

69
Pajak Masukan

• Apabila dalam suatu Masa Pajak:


– PK > PM, selisihnya yang harus disetor ke kas
negara oleh PKP paling lambat akhir bulan
berikutnya
– PM > PK, selisihnya dapat direstitusi atau
dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya, atau
direstitusi pada akhir tahun buku (pengecualian
untuk pengusaha tertentu yang bergerak dalam
bidang ekspor BKP, BKP Tidak Berwujud, JKP,
penyerahan kepada pemungut, belum berproduksi
dan tidak dipungut PPN)

70
Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan

• perolehan BKP atau JKP, pemanfaatan BKP tidak berwujud


atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean, sebelum
Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
• perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan
langsung dengan kegiatan usaha;
• perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa
sedan dan station wagon, kecuali merupakan barang
dagangan atau disewakan

71
Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan
• pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak
• perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam atau tidak
mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok
Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima
Jasa Kena Pajak;

72
Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan

• pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak


Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya
tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat 6
• perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena
Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan
penerbitan ketetapan pajak;

73
Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan

• perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak


yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam
Surat Pemberitahuan MasaPajak Pertambahan
Nilai, yang ditemukan pada waktu dilakukan
pemeriksaan; dan
• perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal
atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha Kena
Pajak berproduksi sebagaimana dimaksud pada
ayat

74
Kredit Pajak Masukan

• Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi


belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran
pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan
pada Masa Pajak berikutnya paling lama 3
(tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak
yang bersangkutan sepanjang belum
dibebankan sebagai biaya dan belum
dilakukan pemeriksaan

75
Kredit Pajak Masukan

• Apabila dalam suatu Masa Pajak Pengusaha Kena


Pajak selain melakukan penyerahan yang terutang
pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang
pajak, sedangkan Pajak Masukan untuk penyerahan
yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan
pasti, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
untuk penyerahan yang terutang pajak dihitung
dengan menggunakan pedoman yang diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan.

76
Penghapusan Piutang

Penghapusan piutang tidak mengakibatkan penyesuaian


(koreksi) atas :
 Pajak Keluaran bagi Pengusaha Kena Pajak penjual,
artinya PKP Penjual tidak diperkenankan
membatalkan (menarik kembali) Pajak Keluaran yang
telah dilaporkan dalam SPT-nya.
 Pajak Masukan bagi PKP pembeli atau penerima jasa,
artinya PKP Pembeli tidak perlu membatalkan Pajak
Masukan yang telah dikreditkan dalam SPT-nya.

77
BKP yang Dibeli Musnah/Rusak Karena Bencana Alam atau
Kondisi Force Majeure

  Tidak mengakibatkan penyesuaian (koreksi) atas


Pajak Masukan yang telah dikreditkan atau
dibebankan sebagai biaya oleh pembeli. 
 Pajak Masukan atas barang yang musnah atau
rusak tersebut tetap dapat dikreditkan.

78
Kesalahan dalam Pemungutan Pajak

 Apabila pajak yang telah dipungut tersebut telah disetor dan


dilaporkan, maka PKP yang bersangkutan tidak dapat
meminta kembali (restitusi).
 Pajak yang salah dipungut tersebut dapat diminta kembali
oleh pihak yang terpungut, sepanjang belum dikreditkan atau
belum dibebankan sebagai biaya.
 Kesalahan pemungutan dapat berupa ; seharusnya tidak
terutang PPN tetapi dipungut PPN, atau terjadi pemungutan
PPN yang jumlahnya lebih besar dari yang seharusnya
terutang.

79
PPN Dibebaskan dan Tidak Dipungut

 Pajak terutang tidak dipungut sebagian atau dibebaskan pengenaan pajak, baik
sementara atau selamanya untuk:
o Kegiatan di Kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam daerah pabean.
o Penyerahan BKP tertentu atau penyerahan JKP tertentu
o Import BKP
o Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabena
o Pemanfaatan JKP tertentu dari luar daerah pabean di dalam daerah pabena, diatur
dengan PP
 Pajak masukan yang dibayar untuk perolehan BKP dan atau JKP yang
penyerahannya tidak dipungut PPN dapat dikreditkan.
 Pajak masukan yang dibayar untuk perolehan BKP dan atau JKP yang
penyerahannya dibebaskan PPN dapat tidak dapat dikreditkan.

80
PEDOMAN PENGHITUNGAN PPN
MASUKAN BAGI PENGUSAHA

45/PMK.03/2008

81
 PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN
PAJAK MASUKAN BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK
YANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PAJAK
PENGHASILAN MEMILIH DIKENAKAN PAJAK
DENGAN MENGGUNAKAN NORMA
PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO.

82
Pedagang Eceran

 PPN Masukan untuk penyerahan Barang


Kena Pajak oleh Pedagang Eceran
dengan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto, sebesar 80% (delapan
puluh persen) dikalikan dengan Pajak
Keluaran

83
Pedagang Eceran

 Pajak Keluaran dihitung dengan cara


mengalikan nilai peredaran bruto dan
atau penerimaan bruto yang terutang
Pajak Pertambahan Nilai pada Masa
Pajak yang bersangkutan dengan tarif
Pajak Pertambahan Nilai.

84
Pedagang Eceran

 Pengusaha Kena Pajak Orang Pribadi dengan


jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan
bruto selama 1 (satu) tahun buku tidak lebih dari
Rp. 4.800.000.000,00 (satu milyar delapan ratus
juta rupiah)
 menyerahkan Barang Kena Pajak melalui suatu
tempat penjualan eceran seperti toko, kios, atau
dengan cara penjualan yang dilakukan langsung
kepada konsumen akhir, atau dengan cara
penjualan yang dilakukan dari rumah ke rumah;

85
Pedagang Eceran

 menyediakan Barang Kena Pajak yang diserahkan


di tempat penjualan secara eceran tersebut;
 melakukan transaksi jual beli secara spontan
tanpa didahului dengan penawaran tertulis,
pemesanan tertulis, kontrak atau lelang dan pada
umumnya bersifat tunai, dan pembeli pada
umumnya datang ke tempat penjualan tersebut
langsung membawa Barang Kena Pajak yang
dibelinya.

86
Pengusaha Selain Pedagang Eceran

 Untuk penyerahan Barang Kena Pajak yang


dilakukan Pengusaha Kena Pajak selain Pedagang
Eceran, sebesar 70% (tujuh puluh persen)
dikalikan dengan Pajak Keluaran
 Untuk penyerahan Jasa Kena Pajak oleh
Pengusaha Kena Pajak, sebesar 40% (empat puluh
persen) dikalikan dengan Pajak Keluaran
sebagaimana dimaksud dalam huruf a.

87
TERIMA KASIH

Dwi Martani - 081318227080


martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/ 88
88

Anda mungkin juga menyukai