Anda di halaman 1dari 24

PERIKATAN YANG

BERSUMBER DARI
UNDANG-UNDANG
1. Perikatan yang timbul dari Undang-undang saja;
2. Perikatan yang timbul dari Undang-undang sebagai
akibat dari perbuatan manusia.
Perikatan yang timbul dari Undang-undang saja

adalah perikatan yang timbul karena adanya


hubungan keluargaan.

Contoh:
• nafkah dari anak untuk orang tua yang
tidak mampu.
• Pendidikan & kebutuhan anak oleh orang
tuanya.
Perikatan yang timbul dari Undang-undang
sebagai akibat dari perbuatan manusia

Perbuatan manusia dapat dibedakan


menjadi:
1. Perbuatan yang diperbolehkan (Halal);
2. Perbuatan yang tidak
diperbolehkan /melanggar hukum
(onrechtmatige daad).
Perikatan bersumber UU dari Perbuatan yang
diperbolehkan (Halal)

1. Zaakwaarneming
Mengurus kepentingan orang lain, pasal 1354 BW.
“Jika seseorang dengan sukarela, tidak mendapat
perintah untuk itu, mewakili urusan orang lain, dengan
atau tanpa sepengetahuan orang ini, maka Ia secara
diam-diam mengikatkan dirinya untuk meneruskan
serta menyelesaikan urusan tersebut, hingga orang
yang diwakili kepentingannya dapat mengerjakan
sendiri urusan itu.Ia memikul segala kewajiban yang
harus dipikulnya seandanya ia dikuasakan dengan
sesuatu pemberian kuasa yang dinyatakan dengan
tegas”.
Unsur-unsur Zaakwaarneming:
• Zaakwaarneming adalah suatu perbuatan hukum
pengurusan kepentingan pihak atau orang lain.
• Zaakwaarneming dilakukan secara sukarela
• Zaakwaarneming dilakukan tanpa adanya perintah
(kuasa atau kewenangan) yang diberikan oleh pihak
yang kepentingannya diurus.
• Zaakwaarneming dilakukan dengan atau tanpa
sepengetahuan dari orang yang kepentingannya diurus
• Pihak yang melakukan pengurusan (gestor) dengan
dilakukannya pengurusan, berkewajiban untuk
menyelesaikan pengurusan tersebut hingga selesai
atau hingga pihak yang diurus kepentingannya tersebut
(dominus) dapat mengerjakan kepentingan sendiri.
Seseorang yang secara sukarela mengurus
kepentingan orang lain, demi Undang-undang ia
memikul kewajiban yang harus dipikulnya apabila ia
dikuasakan suatu pemberian kuasa, adalah:

a) Kewajiban gestor menyelesaikan urusan


dominuss negotii (pasal 1355). Seorang gestor
wajib menyelesaikan urusan yang diwakilinya itu,
wajib memberikan laporan, pertanggungjawaban
dan sebagainya sebagaimana seorang wakil
berdasarkan perjanjian harus berbuat.
b) Mengurus dan bertindak sebagai bapak (kepala)
rumah tangga yang baik (pasal 1356).
Dengan dilaksanakannya
zaakwaarneming, maka
zaakwaarneming diwajibkan untuk
menyelesaikan pengurusan yang
telah dilakukan, atau hingga orang
yang diurus mampu mengurusnya
sendiri, seolah-olah ia telah
mengerjakannya dengan
memperoleh kuasa untuk itu.
HAK DAN KEWAJIBAN ZAAKWAARNEMING

1. Hak dan kewajiban yang mewakili, ia


berkewajiban mengerjakan segala sesuatu yang
termasuk urusan itu sampai selesai, dengan
memberikan pertanggungjawaban
2. Hak dan kewajiban yang diwakili, yang
diwakili atau yang berkepentingan berkewajiban
memenuhi perikatan yang dibuat oleh wakil itu
atas namanya, membayar ganti rugi, atau
pengeluaran yang telah dipenuhi oleh pihak
yang mengurus kepentingan itu.
2. Pembayaran Utang yang tidak
Diwajibkan (Onverschuldigde Betaling)

Pasal 1359 BW :
“Tiap-tiap pembayaran yang
memperkirakan adanya suatu utang, apa
yang telah dibayarnya dengan tidak
diwajibkan, dapat dituntut kembali”.
setiap pembayaran yang ditujukan untuk
melunasi suatu hutang, tetapi ternyata tidak
ada hutang, pembayaran yang telah
dilakukan itu dapat dituntut kembali.
Ketentuan ini jelas memberikan kepastian
bahwa orang yang memperoleh kekayaan
tanpa hak itu seharusnya bersedia
mengembalikan kekayaan yang telah
diserahkan kepadanya karena kekeliruan
atau salah perkiraan. Dikira ada hutang
tetapi sebenarnya tidak ada hutang.
Pembayaran yang dilakukan itu sifatnya
sukarela, melainkan karena kewajiban
yang harus dipenuhi sebagaimana
mestinya dalam kehidupan
bermasyarakat. Tetapi kemudian ternyata
bahwa perikatan yang dikira ada
sebenarnya tidak ada. Dengan demikian
ada kewajiban undang-undang bagi pihak
yang menerima pembayaran itu yang
mengembalikan pembayaran yang telah
ia terima tanpa perikatan.
a. Orang yang menerima pembayaran karena khilaf (pasal
1360 BW)
b. Hak kreditur untuk menggugat (pasal 1361)
c. Itikad buruk dari penerima pembayaran (pasal 1362);
mengembalikan dengan bunga dan ganti rugi jika barang
rusak.
d. Menerima pembayaran dengan itikad baik (pasal 1363);
jika menjual barang maka berkewajiban membayar
kembali harganya.
e. Kewajiban membayar biaya dan hak retensi (pasal 1364)
3. Perikatan Wajar
(Naturlijke Verbintenis)
Pasal 1359 ayat (2)
“Terhadap perikatan-perikatan bebas yang secara sukarela
telah dipenuhi tidak dapat dilakukan penuntutan kembali”.

Pemenuhan prestasi pada naturlijke verbintenis


pelaksanaannya tidak dapat dituntut melalui hakim
(pengadilan)
Perikatan yang termasuk Naturlijke Verbintenis

• Bunga yang tidak diperjanjikan, (Pasal 1766 BW) barang


siapa yang membayar bunga atas utangnya yang tidak
diperjanjikan, ia tidak dapat menuntut kembali, kecuali bunga
yang telah dibayar tersebut melebihi bunga menurut undang-
undang (6%)
• Utang terjadi karena perjudian, (Pasal 1788 BW), tidak dapat
dituntut pemenuhannya.
• Sisa utang orang yang pailit setelah dilakukan pembayaran
menurut perdamaian.
Perbuatan Melanggar Hukum
(onrechtmatige daad)

Pasal 1365 BW :
“Tiap perbuatan melanggar hukum yang
membawa kerugian kepada seorang
lain, mewajibkan orang yang karena
salahnya menerbitkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut”.
unsur-unsur perbuatan melawan hukum:

a. Harus ada perbuatan yang dimaksud dengan


perbuatan ini baik yang bersifat positif maupun yang
bersifat negative, artinya setiap tingkah laku berbuat
atau tidak berbuat.
b. Perbuatan itu harus melawan hukum.
c. Ada kerugian.
d. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan
hukum itu dengan kerugian.
e. Ada kesalahan (schuld).
.

• Perbuatan Melawan Hukum Karena Kelalaian


Pasal 1366 :
“Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian
yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk
kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau hati-
hatinya”.
• Tanggung jawab terhadap Perbuatan Orang lain yang
menjadi Tanggungannya
Pasal 1367:
“Seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian di
sebabkan karena perbuatan sendiri, tetapi juga untuk
kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang-orang
yang menjadi tanggungannya, atau disebabkan oleh
barang-barang yang berada di bawah pengawasannya.
• Tanggung Jawab dari Pemilik Hewan
Pasal l368 :
“Pemilik seekor binatang, atau siapa yang memakainya,
adalah selama binatang itu dipakainya, bertanggung jawab
tentang kerugian yang terbitkan oleh binatang tersebut,
baik binatang itu ada di bawah pengawasannya, maupun
tersesat atau terlepas dari pengawasannya”.
• Tanggung Jawab Pemilik Gedung
Pasal 1369 :
“Pemilik sebuah gedung adalah bertanggung jawab
tentang kerugian yang disebabkan karena ambruknya
gedung itu untuk seluruhnya atau sebagian. Jika ini terjadi
karena kelalaian dalam Pemeliharaanya, atau sesuatu
cacat dalam pembangunan tataannya”.
• Tanggung Jawab Terhadap Pembunuhan
Pasal 1370:
“Dalam halnya pembunuhan dengan sengaja kurang hati-
hatinya seorang, maka suami atau istri yang ditinggalkan,
anak atau orang tua si korban, yang lazimnya mendapat
nafkah dari pekerjaan si korban, mempunyai hak menuntut
suatu ganti rugi, yang harus dinilai menurut kedudukan
dan kekayaan kedua belah pihak, serta menurut keadaan”.
• Tanggung Jawab Terhadap Luka Badan
Pasal 1371:
“Penyebab luka atau cacatnya suatu anggota badan
dengan sengaja atau kurang hati-hati memberikan hak
kepada si korban untuk selain penggantian biaya-biaya
penyembuhan menuntut penggantian kerugian yang
disebabkan oleh luka cacat tersebut “.
• Tanggung Jawab Terhadap Penghinaan
Pasal 1372:
“Tuntutan perdata tentang hal penghinaan adalah
penghinaan bertujuan mendapat penggantian kerugian
serta pemuihan kehormatan dan nama baik”.
• Hak dari Penggugat untuk Menerapkan KUHAP
Terhadap pidana Penghinaan
Pasal 1373:
“Selain daripada itu, si terhina dapat menuntut supaya
dalam putusan itu juga dinyatakan, bahwa perbuatan
yang telah di lakukan adalah memfitnah atau
menghina”.
• Pemulihan Kehormatan
Pasal 1374:
“Dengan tidak mengurangi kewajibannya untuk memberikan ganti
rugi, si tergugat dapat mencegah pengabulan tuntutan yang
disebutkan dalam pasal yang lalu, dengan menawarkan dan
sungguh-sungguh melakukan di muka umum di hadapan Hakim
suatu pernyataan yang berbunyi bahwa ia menyesal akan
perbuatan yang Ia telah lakukan bahwa ia meminta maaf
karenanya, dan menganggap si terhina sebagai seorang yang
terhormat”.
• Penghinaan Terhadap Orang-orang yang Sudah Wafat
Pasal 1375:
“Tuntutan-tuntutan yang disebutkan dalam ketiga pasal yang lalu,
diberikan juga kepada suami atau istri, orang tua, kakek, nenek,
anak dan cucu karena penghinaan yang dilakukan terhadap istri
atau suami, anak, cucu, orang tua dan kakek, nenek mereka,
setelah arang-orang ini meninggal”.
• Unsur kesengajaan untuk Penghinaan
Pasal, 1376:
“Tuntutan perdata tentang penghinaan tidak dapat
dikabulkan ternyata adanya maksud untuk menghina.
Maksud untuk menghina itu tidak dianggap ada, jika si
pembuat nyata telah berbuat untuk kepentingan umum
atau untuk pembelaan darurat terhadap dirinya”.
• Yang Terhina Dinyatakan Bersalah
Pasal 1377:
“Begitu pula tuntutan perdata itu tidak dapat dikabulkan.
jika si terhina dengan suatu putusan Hakim yang telah
memperoleh kekuatan mutlak telah dipersalahkan
tentang melakukan perbuatan yang dituduhkan padanya
itu”.
• Perdamaian dan Pengampunan
Pasal 1378:
“Segala tuntutan yang diatur dalam keenam
pasal yang lalu gugur dengan pembebasan
yang dinyatakan dengan tegas atau secara
diam-diam jika setelah terjadinya penghinaan
dan diketahuinya oleh si terhina, oleh orang
ini dilakukan perbuatan-perbuatan yang
dinyatakan tentang adanya perdamaian atau
pengampunan, yang bertentangan dengan
maksud untuk menuntut ganti-rugi atau
pemulihan kehormatan”.
• Gugurnya Hak Menuntut Ganti Rugi dalam
Penghinaan
Pasal 1379:
“Hak untuk menuntut ganti rugi sebagaimana para pihak di
sebutkan dalam Pasal 1372 KUHPerdata tidak hilang dengan
meninggalnya orang yang menghina, maupun meninggalnya
orang yang dihina”.
• Gugatan Penghinaan Gugur karena Lampau Waktu
Pasal 1380:
“Tuntutan dalam perkara penghinaan dengan lewatnya waktu
1 (satu) tahun, terhitung mulai hari dilakukannya perbuatan
dan diketahuinya perbuatan itu oleh sipenggugat”.

Anda mungkin juga menyukai