Anda di halaman 1dari 14

ASSALAMUALAIKUM

WR.WB
MATERI AGAMA
TENTANG CARA BERIBADAH ORANG
SAKIT DAN PENDAMPINGAN ORANG
SAKIT.
KELOMPOK 5:
1. LAELA SALSABELA
2. MARCELINA INKA SASANTI
3. MUH. ALFANUL MUTADI’IN
CARA BERIBADAH ORANG SAKIT
Orang yang sakit tidak sama dengan orang yang sehat.
Masing-masing harus berusaha melaksanakan
kewajibannya menurut kemampuannya. Dari sini,
nampaklah keindahan dan kemudahan syariat Islam.
Diantara kewajiban agung yang wajib dilakukan orang
yang sakit adalah shalat. Banyak sekali kaum muslimin
yang terkadang meninggalkan shalat dengan dalih sakit
atau memaksakan diri melakukan shalat dengan tata cara
yang biasa dilakukan orang sehat.
Akhirnya, mereka pun merasa berat dan merasa terbebani
dengan ibadah shalat. Untuk itu, solusinya adalah
mengetahui hukum-hukum dan tata cara shalat bagi orang
yang sakit sesuai petunjuk Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam dan penjelasan para ulama.
Diantara hukum-hukum shalat bagi orang yang sakit adalah sebagai
berikut:

1. Orang yang sakit tetap wajib mengerjakan shalat pada waktunya


dan melaksanakannya menurut kemampuannya, sebagaimana
diperintahkan Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya,
‫فَاتَّقُوا هللاَ َماا ْستَطَ ْعتُ ْم‬
“Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu” (QS. At-Taghobun: 16)
2. Apabila melakukan shalat pada waktunya terasa berat baginya,
maka diperbolehkan menjama’ (menggabung) shalat, shalat Dzuhur
dan Ashar, Maghrib dan Isya’ baik dengan jama’ taqdim atau
takhir, dengan cara memilih yang termudah baginya. Sedangkan
shalat Shubuh maka tidak boleh dijama’ karena waktunya terpisah
dari shalat sebelum dan sesudahnya.
• 3. Dalam hadits diatas jelas Rasulullah shollallahu’alaihi wa sallam
membolehkan kita menjama’ shalat karena adanya rasa berat yang
menyusahkan (masyaqqah) dan sakit adalah masyaqqah.
• 4. Orang sakit yang berat shalat jama’ah di masjid atau ia khawatir
akan menambah dan atau memperlambat kesembuhannya jka
shalat di masjid, maka dibolehkan tidak shalat berjama’ah.
Tata cara shalat bagi orang sakit adalah sebagai berikut:

1. Diwajibkan bagi orang yang sakit untuk shalat dengan berdiri


apabila mampu dan tidak khawatir sakitnya bertambah parah,
karena berdiri dalam shalat wajib merupakan rukun shalat.
2. Orang yang mampu berdiri namun tidak mampu ruku’ atau sujud,
ia tetap wajib berdiri. Ia harus shalat dengan berdiri dan melakukan
ruku’ dengan menundukkan badannya. Bila ia tidak mampu
membungkukkan punggungnya sama sekali, maka cukup dengan
menundukkan lehernya, kemudian duduk, lalu menundukkan badan
untuk sujud dalam keadaan duduk dengan mendekatkan wajahnya
ke tanah sebisa mungkin.
3. Orang sakit yang tidak mampu berdiri, maka ia melakukan
shalatnya dengan duduk.
4. Orang yang sakit yang khawatir akan bertambah parah sakitnya
atau memperlambat kesembuhannya atau sangat susah berdiri,
diperbolehkan shalat dengan duduk.
5. Orang sakit yang tidak mampu melakukan shalat berdiri dan duduk,
cara melakukannya adalah dengan cara berbaring, boleh dengan
miring ke kanan atau ke kiri, dengan menghadapkan wajahnya ke
arah kiblat.
6. Orang yang tidak mampu berbaring, boleh melakukan shalat
dengan terlentang dan menghadapkan kakinya ke arah kiblat,
karena hal ini lebih dekat kepada cara berdiri.
7. Apabila tidak mampu menghadap kiblat dan tidak ada yang
mengarahkan atau membantu mengarahkannya, maka hendaklah ia
shalat sesuai keadaannya tersebut
8. Orang sakit yang tidak mampu shalat dengan terlentang maka
shalatnya sesuai keadaannya
9. Orang yang sakit dan tidak mampu melakukan shalat dengan semua
gerakan di atas (ia tidak mampu menggerakkan anggota tubuhnya
dan tidak mampu juga dengan matanya), hendaknya dia melakukan
shalat dengan hatinya. Shalat tetap diwajibkan selama akal seorang
masih sehat.
10. Apabila shalat orang yang sakit mampu melakukan perbuatan yang
sebelumnya tidak mampu, baik keadaan berdiri, ruku’ atau sujud,
maka ia wajib melaksanakan shalatnya dengan kemampuan yang
ada dan menyempurnakan yang tersisa. Ia tidak perlu mengulang
yang telah lalu, karena yang telah lalu dari shalat tersebut telah
sah.
11. Apabila orang yang sakit tidak mampu melakukan sujud di atas
tanah, hendaknya ia cukup menundukkan kepalanya dan tidak
mengambil sesuatu sebagai alas sujud.
Peran perawat dalam membimbing pasien beribadah
antara lain :
1. Membimbing pasien untuk berwudhu atau bertayamum
(thaharah)
2.   Membimbing pasien sholat apabila telah tiba
waktunya
3.   Membimbing tadarus Al-Qur’an
4. Membimbing agar selalu berdoa kepada Allah
5.   Membimbing pasien agar selalu berdzikir kepada Allah
Pendampingan Terhadap Orang Sakit

Islam sangat memperhatikan dunia kesehatan dan


keperawatan guna menolong orang yang sakit dan
meningkatkan kesehatan. Anjuran islam untuk hidup
bersih juga menunjukkan obsesi islam untuk
mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan
pangkal kesehatan, dan kebersihan dipandang sebagai
bagian dari iman. Jadi, walaupun seseorang sudah
menjaga kesehatannya sedemikian rupa, resiko
kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal yang
diluar kemampuannya menghindari.
FAKTOR PENYEBAB
Contoh perilaku / aktivitas yang dapat membuat orang menjadi jatuh
sakit :
-   Tidak cuci tangan sebelum makan
-   Makan makanan yang tidak hiegenis
-   Main basah-basahan hingga kedinginan
-   Jarang mandi membersihkan tubuh
-   Bergadang / tidur terlalu larut malam
-   Melakukan aktivitas yang membahayakan diri
-   Menggunakan jarum suntik yang tidak steril
-   Tidak setia terhadap pasangan
-   Terlalu banyak pikiran
-   Tidak rajin / rutin menggosok gigi
-   Makan makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya
-   Tidak rajin bersih-bersih rumah
- Berada dekat dengan penderita penyakit menular tanpa pelindung
-   Bekerja terlalu keras / workoholik
PANDANGAN ISLAM 
Mendampingi atau menjenguk orang sakit baik itu tetangga,
keluarga dan sanak saudara, atau rekan kerja hukumnya sunnah
(dianjurkan oleh Islam). Di sisi lain, ada banyak pelajaran dan
hikmah saat kita berkunjung ke orang yang sedang sakit. Seperti
ajang intropeksi diri untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan
silaturahmi. Ulama sepakat atas sunnahnya menjenguk atau
mendampingi orang sakit. Sedangkan menurut Imam Thabari,
hukum kunjungan atau mendampingi orang sakit itu tergantung
siapa yang dikunjungi. Hukumnya bisa sangat sunnah (muakkadah),
sunnah saja, boleh atau bahkan terdapat perbedaan ulama tentang
boleh dan tidaknya.
PANDANGAN ETIKA
Dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan
etika keperawatan dan menegaskan tentang kewajiban-kewajiban
yang secara sukarela diemban oleh perawat dan mencari informasi
mengenai dampak dari keputusan-keputusan perawat. Dengan
demikian mengobati serta mendampingi atau merawat orang sakit
adalah termasuk tugas mulia dari sekian banyak tugas-tugas atau
pekerjaan mulia lainnya. Bahkan jika menurut QS Al-Maidah maka
mengobati serta mendampingi atau merawat termasuk perbuatan
ibadah berupa tolong menolong terhadap sesama.

PANDANGAN HUKUM
Terdapat pada sila ke-2 Pancasila yang berbunyi “Kemanusiaan
yang adil dan beradab” maksudnya mendampingi orang sakit itu
terdapat pada sila ke-2 Pancasila karena butir-butir pada sila ke-2
menjelaskan tentang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan hajat
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
WASSALAMUALAIKUM WR.WB

Anda mungkin juga menyukai