Anda di halaman 1dari 39

Askep dengan masalah

distress spiritual
Cika Oktavia G1B119001
Ira Adelia G1B119002
Husnul Hotimah G1B119003
Syifa Inayati G1B119023
Vinola Adiesty Pratami G1B119024
Eva Daya Nababan G1B119025
Lala Delva Susanti G1B119045
Meike Dwi Ratna Gea G1B119046
Miftahur Rohmah G1B119047
Rani Rizma Alfatiha H G1B119073
Indah Agustiani G1B119085
Definisi Spiritual

Spiritual adalah keyakinan atau kepercayaan


terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Spiritual
merupakan suatu faktor yang penting untuk
seseorang mencapai dan memelihara kesehatan serta
beradaptasi dengan penyakit (Potter & Perry, 2010).
Definisi Distress Spiritual

Distress spiritual adalah gangguan pada keyakinan


atau sistem nilai berupa kesulitan merasakan makna
dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri,
orang lain, lingkungan atau Tuhan
(PPNI, 2016)
Tanda dan gejala

Tanda minor

 subjektif
1) Menyatakan hidupnya
Objektif
terasa tidak atau kurang
1) Menolak berinteraksi
tenang
2) Tidak mampu
2) Mengeluh tidak dapat
3) Koping tidak efektif,
menerima (kurang pasrah)
tidak berminat pada
3) Merasa bersalah
alam atau literatur
4) Merasa terasing
spiritual
5) Menyatakan telah
diabaikan
Batasan Katarekteristik
Hubungan dengan diri sendiri

1) Marah
2) Mengungkapkan kurangnya motivasi
3) Mengungkapkan kurang dapat memaafkan diri sendiri
4) Mengungkapkan kekurangan harapan
5) Mengungkapkan kekurangan cinta
6) Mengungkapkan kurangnya makna hidup
7) Mengungkapkan kekurangan tujuan hidup
8) Mengungkapkan kurangnya ketenangan (mis., kedamaian)
9) Merasa bersalah
10) Koping tidak efektif
Batasan Katarekteristik
Hubungan dengan orang lain
1) Mengungkapkan rasa terasing
2) Menolak interaksi dengan orang yang dianggap penting
3) Menolak interaksi dengan pemimpin spiritual
4) Mengungkapkan dengan kata-kata telah terpisah dari sistem pendukung

Hubungan dengan seni, musik, literatur, alam


5) Tidak berminat pada alam
6) Tidak berminat membaca literatur spiritual
7) Ketidak mampuan mengungkapkan kondisi kreativitas sebelumnya
Batasan Katarekteristik
Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari pada dirinya sendiri

1) Mengungkapkan kemarahan terhadap kekuatan yang lebih besar dari dirinya


2) Mengungkapkan telah diabaikan
3) Mengungkapkan ketidakberdayaan
4) Mengungkapkan penderitaan
5) Ketidakmampuan berintrospeksi
6) Ketidakmampuan mengalami pengalaman religiositas
7) Ketidakmampuan berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan
8) Ketidakmampuan berdoa
9) Meminta menemui pemimpin keagamaan
10) Perubahan yang tiba-tiba dalam praktik spiritual
Etiologi
1) Menjelang ajal
2)  Kondisi penyakit kronis
3)  Kematian orang terdekat
4)  Perubahan pola hidup
5)  Kesepian
6)  Pengasingan diri
7)  Pengasingan social
8)  Gangguan sosio - kultural
9)  Peningkatan ketergantungan pada orangl ain
10) Kejadian hidup yang tidak diharapkan(PPNI,2016)
Patofisiologi
Mekanisme Koping

Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres
spiritual :
1) Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada
kepentingan orang lain.
2) Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif
thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
3) Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan
langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
Mekanisme Koping

4) Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan
umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan
spiritualnya.
5) Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan
kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003)
menambahkan dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk meningkatkan
pemahaman terhadap stresor spiritual dalam mencapai keterampilan koping yang
efektif
Faktor yang mempengaruhi
1) Faktor Predisposisi
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi
kognitif seseorangsehingga akan mengganggu proses interaksi
dimana dalam proses interaksi ini
akanterjaditransferpengalamanyangpentingbagiperkembanganspir
itual seseorang.
Faktor Predisposisi sosiokultural meliputi usia,
gender,pendidikan, pendapatan,okupasi, posisi sosial, latar
belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman
sosial,tingkatansosial.
.
Faktor yang mempengaruhi
2) Faktor Presipitasi
KejadianStresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi
karena perbedaantujuan hidup, kehilangan hubungan dengan
orang yang terdekat karena kematian,kegagalan dalam menjalin
hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain,
lingkungandanzatyangmahatinggi.
Asuhan Keperawatan konsep
Distress Spiritual
pengkajian
Pengkajian Data Subjektif
Pedoman pengkajian yang disusun oleh Stoll (dalam Kozier, 2010)
mencakup:
1) konsep tentang ketuhanan,
2) sumber kekuatan dan harapan,
3) praktik agama dan ritual, dan
4) hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan.
pengkajian
Pengkajian data objektif

1) Isyarat mengenai pilihan, kekuatan, kekhawatiran, atau distres spiritual dan


agama dapat terungkap melalui satu (atau lebih) faktor berikut:
2) Lingkungan. Apakah klien memiliki Alquran, Injil, Taurat, atau kitab suci
yang lain, literatur keagamaan, liontin keagamaan, salib, rosario, bintang
David, atau kartu-kartukeagamaan untuk kesembuhan dalam ruangan?
Apakah klien menerima kiriman tanda simpati dari unsur keagamaan dan
apakah klien memakai tanda keagamaan (misalnya memakai jilbab?).
pengkajian

3) Perilaku. Apakah klien tampak berdoa sebelum makan atau pada waktu lain
atau membaca kitab suci atau buku keagamaan? Apakah klien mengalami
mimpi buruk dan gangguan tidur atau mengekspresikan rasa marah terhadap
perwakilan keagamaan atau terhadap Tuhan?
4) Verbalisasi. Apakah klien menyebutkan Tuhan atau Yang Maha Kuasa, doa-
doa, keyakinan, rumah ibadah, atau topik-topik keagamaan? Apakah klien
pernah minta dikunjungi oleh pemuka agama? Atau apakah klien
mengekspresikan rasa takutnya terhadap kematiannya?
pengkajian

5) Afek dan sikap. Apakah klien tampak sendiri, depresi, marah, cemas, agitasi,
apatis, atau khusyuk?
6) Hubungan interpersonal. Siapa yang berkunjung? Bagaimana respon klien
terhadap pengunjung? Apakah pemuka agama dapat mengunjungi klien?
Dan bagaimana klien berhubungan dengan klien yang lain dan juga dengan
personel keperawatan?
diagnosa
Dalam mendiagnosis kesehatan spiritual, perawat dapat menemukan
bahwa masalah spiritual dapat dijadikan judul diagnostik, atau bahwa
distress spiritual adalah etiologi masalah. Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI, 2016) mengakui satu diagnosis yang
berhubungan dengan spiritual: Distress Spiritual.
 
Pohon Masalah

Harga diri rendah

Distress Spiritual

Koping individu tidak efektif


Intervensi
Diagnosa Keperawatan Intervensi utama Intervensi pendukung

DistressSpiritual 1) Setelah dilakukan 1) Dukungan Emosional


  tindakan keperawatan di 2) Dukungan Keyakinan
  harapkan pasien 3) Dukungan memaafkan
Definisi: menunjukkan 4) Dukungan Pengambilan
Gangguanpadakeyakinanata peningkatan spiritual Keputusan
u sistem nilai ditandai dengan kriteria 5) Dukungan Pelaksanaan
berupakesulitan merasakan hasil: Ibadah
maknadan tujuan hidup 2) Klien mampu beristirahat 6) Dukungan
melaluihubungan dengan dengan tenang pengungkapan
diri, 3) Menyatakan penerimaan Kebutuhan
oranglain,lingkunganatauTuh moral/etika 7) Dukungan
an. 4) Mengekspresikan rasa Pengungkapan
damai berhubungan Perasaan
dengan
Penyebab: 5) Menunjukkan sikap 8) Menunjukkan sikap
1) Menjelang ajal efektif tanparasa marah, efektif tanparasa marah,
2) Kondisi penyakit kronis rasa bersalah rasa bersalah
3) Kematian orang terdekat danansietas danansietas
4) Perubahan pola hidup 6) Menunjukkanperilakulebi 9) Menunjukkanperilakulebi
5) Kesepian hpositif hpositif
6) Pengasingan diri 7) Mengekspresikan arti 10) Mengekspresikan arti
7) Pengasingan sosial postitifterhadapsituasida postitif terhadap situasi
8) Gangguan sosio-kultural nkeberadaannya dan keberadaannya
9) Peningkatan 11) perlindungan
ketergantungan pada penganiayaan lansia
oranglain 12) dukungan proses
10) Kejadian hidup yang berduka
tidak diharapkan 13) Konseling
14) Manajemen stres
15) Mediasi konflik
16) Pelibatan keluuarga
Batasan karakteristik Terapeutik

1) Gejala dan tanda mayor 1) Berikan kesempatan


mengekspresikan perasaan
Subjektif
tentang penyakit dan kematian
2) Mempertanyakan 2) Berikan kesempatan
makna/tujuan hidupnya
3) Menyatakan hidupnya mengekspresikan dan
terasa tidak/kurang meredakan marah secara
bermakna
4) Merasa menderita/tidak tepat
berdaya 3) Yakinkah bahwa perawat

Objektif bersedia mendukung selama


5) Tidak mampu beribadah masa ketidakberdayaan
6) Marah pada Tuhan
Gejala dan tanda minor 4) Sediakan privasi dan
waktu tenang untuk
Subjektif
aktivitas
1) Menyatakan 5) Diskusikan keyakinan
tentang makna dan
hidupnya terasa
tujuan hidup, jika perlu
tidak/kurang 6) Fasilitasi melakukan
tenang kegiatan beribadah

2) Mengeluh tidak
dapat menerima
(kurang pasrah)
3) Merasa bersalah
4) Merasa terasing
5) Menyatakan
telah diabaikan
Objektif Edukasi
1) Anjurkan berinteraksi
1) Menolak berinteraksi dengan keluarga, teman,
dengan orang dan/atau orang lain
2) Anjurkan berpartisipasi
terdekat/pemimpin
dalam kelompok
spiritual pendukung
3) Ajarkan metode
2) Tidak mampu relaksasi, meditasi, dan
berkreativitas imajinasi terbimbing
3) Koping tidak efektif Kolaborasi
4) Tidak berminat pada Atur kunjungan dengan
rohaniawan (mis. Ustadz,
alam/literatur spiritual. pendeta, romo, biksu)
implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan
oleh perawat. Hal-hal yang perlu di perhatikan ketika melakukan
implementasi adalah intervensi dilakukan sesuai rencana setelah
dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal,
intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan
cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologi dilindungi dan didokumentasi keperawatan berupa
pencataan dan pelaporan (Rohman dan Walid, 2016).
 
Evalusasi
Menurut Diniarti, Aryani, Nurheni, Chairani & Tutiany (2013), evaluasi
asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif,
objektif, assesment, planning). Komponen SOAP yaitu S (subjektif) dimana
perawat menemukan keluhan klien yang masih dirasakan setelah dilakukan
tindakan. O (objektif) adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau
observasi klien secara langsung dan dirasakan setelah selesai tindakan
keperawatan. A (assesment) adalah kesimpulan dari data subjektif dan
objektif (biasanya ditulis dalam bentuk masalah keperawatan). P (planning)
adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan dihentikan,
dimodifikasi atau ditambah dengan rencana kegiatan yang sudah ditentukan
sebelumnya.
Asuhan keperawatan kasus
Distress Spiritual
Ny.B usia 23 tahun, Pendidikan SMA, Pekerjaan sebagai IRT, Beragama Islam, dan Suku Jawa.
Dibawa oleh keluarga ke Rumah Sakit Jiwa dengan keluhan histeris, emosi naik turun, dan suka
berbicara sendiri. Keluarga mengatakan ketika Ny.B berbicara sendiri, ia sering berbicara dengan
“suaminya”. Keluarga juga mengatakan bahwa Ny.B baru saja kehilangan suaminya yang baru 6
bulan menikahinya karena kecelakaan, dan semenjak Ny.B kehilangan suaminya, Ny.B tidak
pernah lagi melakukan shalat, karena ia beranggapan tidak ada lagi yang mengimaminya. Saat
dilakukan pengkajian Ny.B mengatakan bahwa ia sangat marah dan kecewa pada Tuhan, ia
juga merasa bahwa Tuhan tidak adil dan tidak menyanyanginya padahal selama ini ia selalu taat
beribadah serta tidak pernah meninggalkan shalat. Tapi Tuhan malah mengambil orang yang ia
cintai. Ny.B juga beranggapan tidak ada lagi arti ia hidup di dunia ini. Dan pada saat pengkajian
Ny.B tampak murung, menangis, terkadang marah, putus asa, sering melamun dan suka menyendiri. 
Pengkajian
INFORMASI UMUM
Inisial Klien : NY.B
Usia : 23 Tahun
Jenis Kelamin : [ √   ] Perempuan [ ] Laki-laki
Suku : jawa
Bahasa Dominan : jawa
Status Perkawinan : [ ] Belum Menikah [ ] Menikah [√  ] Janda/Duda
Alamat : Cianjur
 
KELUHAN UTAMA
Dengan keluhan histeris, emosi naik turun dan suka berbicara sendiri
 
PENAMPILAN UMUM
Fisik
Tanda – tanda vital : TD : P : VD : T : -
Ritme :-
Pola makan : dua kali
Alergi : tidak ada
Pola BAB / BAK : baik
Pelaksanaan ADL : total
Pola tidur : terganggu
Kebiasaan sebelum tidur :-
Status imunisasi : lengkap
Riwayat pengobatan fisik : - Hasil Pemeriksaan Laboratorium/Visum/dll :-

b. Penampilan
1. Cacat Fisik [ ] Ada, jelaskan [√ ] Tidak ada
2. Kontak Mata [ ] Ada [ √] Tidak ada
3. Pakaian [ √] Tidak rapi [ ] Penggunaan tidak sesuai
4. Perawatan Diri : -
Intervensi
No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil intervensi
1 Distres TUM : Ekspresi wajah Bina hubungan
spiritual Klien mampu bersahabat, Saling percaya dengan
menyatakan menunjukkan rasa menggunakan prinsip dan teknik
komunikasi terapeutik :
mencapai senang ada kontak 1) Sapa klien dengan ramah
Kenyamanan dari mata, mau berjabat baik verbal maupun non
pelaksanaan tangan, mau verbal
praktik spiritual menyebutkan nama, 2) Perkenalkan diri dengan
sebelumnnya dan mau menjawab salam, sopan
merasa mau duduk 3) Tanyakan nama lengkap klien
kehidupannya berdampingan dengan dan nama panggilan yang
berarti/bermakna perawat, mau disukai klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
mengutarakan masalah 5) Jujur dan menepati janji
yang dihadapi. 6) Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
TUK I : Beri perhatian kepada klien dan
Setelah dua perhatikan kebutuhan dasar klien
kali pertemuan
Klien dapat
membina
hubungan
saling percaya.
TUK 2 : 1) Klien mampu 1) Gunakan komunikasi terapeutik
Setelah satu 2) Mengungkapkan utk membina hubungan saling
kali pertemuan harapan masa percaya dan menunjukkan empati.
klien dapat depan yang positif. 2) Menggunakan alat untuk
mengatakan 3) Mengungkapkan arti memonitor dan mengevaluasi
kepada perawat hidup 3) spiritual well-being sebagai
atau pemimpin 4) Mengungkapkan pendekatan
spiritual tentang optimis 4) Rawat klien dengan bermartabat
kondlik spiritual dan 5) Mengungkapkan dan hormat dengan cara
kegelisahannya. keyakinan dalam diri menghargai pendapat dan
6) Mengungkapkan keyakinan klien.
keyakinan kepada 5) Dorong partisipasi dalam
orang lain hubungan dengan anggota
7) Menentukan tujuan keluarga, teman dan orang lain.
hidup
TUK 3 : 1) Klien mampu Mencintai 1) Berbagai keyakinan
Setelah atau kali diri sendiri dan orang lain tentang arti dan tujuan
pertemuan kali dapat dengan mengungkapkan dengan perawat
mendiskusikan dengan penerimaan terhadap 2) Diskusikan manfaat
perawat hal penting yang dirinya sendiri Berdoa spiritual
memberikan makna menurut keyakinannya 3) Beri kesempatan
dalam kehidupannya masing- masing untuk mendiskusikan
dimasa yang lalu. 2) Melakukan ibadah berbagai hambatan
3) Berpartisipasi dalam yang dirasakan dalam
upcara keagamaan menjalankan
4) Berpartisipasi dlm keyakinan
pengobatan 4) Bersikap terbuka dan
5) Berinteraksi dengan menjadi pendengar
tokoh agama yang baik terhadap
6) Berhubungan dengan apa yang dikatakan
diri sendiri orang lain individu
yang 5) Dorong klien berdoa
7) Berhubungan dengan secara individu
orang lain
8) Berinteraksi dengan
orang lain untuk berbagi
perasaan dan keyakinan
TUK 4 : 1) Klien mampu 1) Mendorong klien untuk
Setelah tiga kali Melakukan ADL menulis dalam daftar
pertemuan klien 2) Melaksanakan kegiatan hariannya setiap
dapat keyakinannya sesuai hari untuk mengekpresikan
mempertahankan dengan perannya pemikiran dan saran
pemikiran dan 3) Mengungkapkan refleksi.
perasaannya tentang perasaannya terkait 2) Menyediakan musik,
spiritual dengan keyakinannya literatur, radio atau program
4) Mengontrol aktifitas TV spritual secara individu
spiritualnya 3) Terbuka terhadap
5) Memilih pelayanan pernyataan individu
spiritual yang terhadap kesepian dan
diperlukan kekuatannya
4) Dorong menggunakan
sumber- sumber spiritual
seperti tokoh- tokoh agama,
literatur- literatur atau buku
yang sesuai dengan
keyakinan, tersedianya
tempat-tempat beribadah
dan alat-alat dalam
menjalankan ritual
keyakinannya.
Daftar pustaka
● Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi 2005 -2006. Editor : Budi
Sentosa. Jakarta : Prima Medika
● Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2016)
● PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
● Herdman, H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 - 2017. Jakarta:
EGC.
● Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan Praktik.Edisi
4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC.2005
● Potter & Perry (Erik Erikson). (2009). Fundamental Keperawatan, Edisi 7, terjemahan (Federderika, A):
Salemba Medika: Jakarta.
● Sarafino, E.P. (2002). “Health Psychology: Biopsychosocial Interactions”, Fourth Edition. New Jersey:
HN Wiley.
● Kozier. (2010). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta : EGC
● Rohman, N., & Walid, S., (2016). Proses keperawatan teori dan aplikasi. Jogjakarta: ISBN
● Herdman, H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 - 2017. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai